Bad Dreams

1.1K 78 1
                                    


Pagi mulai menyingkir membiarkan matahari berada di puncak singgasananya. Johanna tak berani meninggalkan Ellena yang kini sedang tertidur di depannya. Ia sudah menganggap Ellena adiknya sendiri, mana mungkin ia bisa berbahagia menyiapkan Metfonite ketika Ellena sedang terkapar dengan wajah pucat. Sedari tadi ia hanya duduk di ranjangnya menunggu Ellena yang saat ini sedang berperang melawan mimpi buruknya.

Ellena berdiri di sebuah tempat yang cukup asing. Matanya menjelajah ke segala arah berusaha mencari jalan keluar. Tanah tandus tempatnya berdiri terlihat sangat rapuh hingga ia takut untuk melangkah. Ia berusaha berteriak namun suaranya tak keluar. Ketika ia menggerakkan sedikit saja kakinya, tanah di bawahnya mulai bergetar sedikit demi sedikit. Ellena takut dan panik.

Sejauh mata memandang hanya ada padang pasir yang tak berujung. Ellena semakin ketakutan. Bahkan padang pasir yang ia lihat saat ia ke Mesir tidak sesepi ini. Bagaikan sedang terkena fatamorgana di antara pasir hisap, Ellena melihat sebuah bayangan berjalan ke arahnya. Tempat itu sangat panas hingga segalanya terlihat bergoyang-goyang di mata Ellena. Ia tak tau siapa bayangan itu, yang terlihat hanyalah bahu yang lebar. Ellena berusaha meminta tolong kenapa lelaki itu dengan melambaikan tangan selebar mungkin.

Ketika lelaki itu semakin mendekat, gelombang rasa takut mulai menyergap. Ellena dapat melihat lelaki itu mengenakan jas. Siapa orang bodoh yang berkeliaran di lahan sepanas ini dengan menggunakan pakaian seperti itu selain dirinya? Lelaki itu semakin mendekat, dari bayangan seukuran jari, kini berukuran sama dengan telapak tangannya. Saat itulah jantungnya meloncat ke lehernya.

Lelaki itu tak sendiri. Ada badai pasir besar di belakangnya. Mengikutinya dengan kecepatan yang sama. Tidak mungkin! Ini pasti fatamorgana. Pikiran Ellena berusaha menolak hal gila ini. Ellena jatuh terduduk. Bumi berguncang beberapa saat bersamanya. Ellena dapat melihat beberapa retakan tanah di sekitarnya. Belum cukup dengan segala kepanikan itu, lelaki yang wajahnya tak terkena cahaya matahari mendekati Ellena dan merengkuh wajahnya dengan satu tangan.

"Kau menggairahkan." Ucap lelaki itu dalam penuh napsu membuat Ellena membatu.

"Alka." Ucap Ellena begitu saja ketika lelaki itu mengecup bibirnya.

"Ellena?" Panggil seorang lelaki.

Ellena membuka matanya dan segera bernapas lega. "Itu mimpi." Ucapnya.

Kini ia sedang berada di dada bidang kekasihnya, Robert. Adalah hal yang baik karena ia baru saja terbangun dari mimpi buruk. Tetapi entah mengapa Ellena tidak mengingat apapun. Bagaimana ia bisa ada di kamar Robert bersama lelaki itu dan.... ia setengah telanjang. Ia hanya mengenakan pakaian dalam, sedangkan Robert hanya menganakan celana pendek.

"Apa yang terjadi?" Tanya Ellena begitu saja.

"Kau tidak ingat meninggalkanku tidur ketika kita sedang bercinta?" Tanya Robert sambil tersenyum.

"Ah... mungkin aku mabuk." Batin Ellena.

"Bisa ambilkan aku minum?" Ucapnya.

Robert berdiri dan menuangkan air ke sebuah gelas yang terletak di meja di sebelah ranjang. Ellena menarik napas beberapa kali untuk menenangkan diri. Ia masih dapat mengingat dengan jelas betapa mengerikannya pria dalam mimpinya. Ia memang tak melihat wajahnya, namun pria itu memancarkan aura yang sangat mengintimidasi Ellena. Dan kenapa suara pria itu terdengar mirip dengan suara Alka yang dulu sering ia dengar?

"Kenapa kau meminumnya? Aku haus." Ucap Ellena ketika menyadari Robert memasukkan air dari gelas ke dalam mulutnya.

Robert hanya tersenyum. Membiarkan Ellena duduk memandanginya dengan wajah cemberut, namun beberapa saat kemudian memandang kosong dan melamun. Pria itu beringsut menaiki ranjang dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

Beautiful for Rich Boarding School [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang