Sweet Second Kiss

1.1K 72 0
                                    

Seperti tersihir oleh sesuatu, pukul 07.45 am Johanna sudah membuka pintu kamarnya. Ia tidak mengeluh sama sekali. Setelah ia keluar gedung asrama dan meniti jalanan beton, dengan matahari yang sudah agak meninggi, barulah ia tersadar. Betapa menyebalkannya pria itu memintanya bertemu di kandang kuda. Kau tau, KANDANG KUDA!!!

Beauty for Rich Boarding School bahkan memiliki danau yang indah dan mungkin akan terasa segar jika berjalan di sekitarnya pagi ini. Tapi kenapa pria bermarga Anderson dan bernama Daino itu memintanya datang ke kandang kuda? Sekali lagi, KANDANG KUDA!!! Bukannya mendapat udara lembab dan segar dari danau, mereka mungkin malah akan mendapat udara lembab dan segar dari kotoran kuda yang baru keluar dari tempat singgahnya selama beberapa waktu.

Di sepanjang perjalanannya yang berat, melelahkan, dan penuh hasrat ingin membunuh, Johanna beberapa kali berpapasan dengan teman sekelasnya yang sedang berjalan dengan pasangan mereka. Mau tak mau, Johanna harus memasang senyum ramah untuk menyapa mereka. Sayangnya senyum itu malah terlihat kaku dan menyedihkan.

Sepuluh menit. Waktu yang dibutuhkan Johanna untuk berjalan sejauh itu adalah sepuluh menit. Biasanya para wanita bangsawan yang memakai gaun berat hanya dapat menempuh jarak itu dengan waktu dua puluh sampai dua puluh lima menit. Namun karena Johanna memiliki niat membunuh yang tinggi, ia mengabaikan bahunya yang berat dan mempercepat lajunya. Hal pertama yang ia lakukan ketika sampai di depan kandang kuda adalah mencari batang hidung Daino.

"Sepuluh menit? Luar biasa." Suara di belakang Johanna membuat gadis itu berbalik badan dan menatap sebal pemilik suara yang kini berdiri tujuh meter di depannya.

"Darimana kau tau?" Tanyanya.

"Aku mengikutimu sejak dari asrama. Kau berjalan seperti banteng mengamuk." Daino tertawa puas.

"Kenapa kau memintaku menemuimu di kandang kuda?" Tanya Johanna tajam dan dingin.

"Ini dekat dengan gedung tamu." Daino mengangkat bahu dan mulai berjalan mendekati Johanna.

"Jangan berbohong. Kalau kau malas berjalan jauh, lalu kenapa kau sampai di asrama?" Bentak Johanna tak terlalu keras, malah justru terlihat menggemaskan di mata Daino.

"Aku tidak mengatakan bahwa aku malas berjalan jauh, Jo." Daino berkacang pinggang sambil mengangkat alisnya.

"Intinya saja, Tuan Anderson. Kau telah membuatku mandi dan berdandan sepagi ini. Kau mengurangi jam istirahatku." Ucap Johanna dongkol.

"Aku ingin berkuda denganmu. Mommy bilang kemampuan berkudamu tak sebaik kemampuan berdansamu." Daino mengedipkan sebelah matanya sebelum berlalu meninggalkan Johanna yang semakin dongkol.

"Kenapa kau tak bilang? Aku tidak sedang memakai baju berkuda, bodoh." Johanna berjalan menyusul langkah besar Daino dengan susah payah.

"Kau baru saja mengumpat, Nona Bangsawan?" Daino berbalik dan menatap Johanna tajam sambil menahan senyum.

"Aku tidak mengumpat." Johanna menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Karena tak nyaman dipandangi oleh Daino, Johanna berjalan mendahuluinya memasuki kandang kuda.

Sesampainya di dalam kandang, Johanna menghentikan langkahnya bingung. Kuda-kuda yang biasa ia tunggangi saat pelajaran berkuda tidak ada. Yang tersisa hanya tinggal kuda-kuda berwarna gelap yang tinggi, besar, dan gagah. Johanna bahkan tak berani menaiki kuda seperti itu dengan pakaian berkuda, apalagi saat ia memakai gaun sebesar ini. Johanna berbalik hendak meninggalkan ruangan itu. Namun sayang, wajahnya malah membentur dada Daino.

"Kau mendesah, mengumpat, dan bersandar di dada orang lain tanpa izin. Apa kau benar-benar bangsawan?" Daino menahan tawa melihat wajah Johanna yang semakin memerah.

Beautiful for Rich Boarding School [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang