Surat Rahasia

965 67 1
                                    

Semburat matahari pagi samar-samar menerobos jendela kamar bernuansa pastel. Seperti biasa, Johanna lah yang pertama kali membuka mata. Ia melirik jam di nakas antara ranjangnya dan Ellena. Pukul 06.00 am. Masih terlalu pagi untuk keluar kamar ketika ini adalah hari libur bagi peserta metfonite. Tapi sudah terlalu cerah untuk kembali tidur.

Johanna menarik badannya hingga punggungnya bersandar ke kepala ranjang. Matanya melirik sekilas ke arah Ellena yang masih tertidur pulas dengan make up masih melekat di wajahnya yang masih membengkak. Pandangannya mengarah ke lembaran kain yang berserakan di kaki ranjang Ellena. Johanna berani bertaruh Ellena hanya tertidur dengan pakaian dalamnya di balik selimut yang tebal.

Setelah menghela napas panjang dan mengucek matanya beberapa kali, Johanna memutuskan untuk membereskan semua kekacauan ini. Johanna turun dari ranjangnya dengan menggunakan gaun tidur tipis selutut dan berlengan panjang. Pagi musim gugur memang benar-benar dingin. Johanna mengambil selembar jubah mandi dan menggunakannya sebelum mulai memunguti baju-baju Ellena yang berserakan dan memasukkannya ke keranjang cucian. Ia juga mengecek ulang lemari pakaian hingga gantungan baju di kamar mandi untuk memastikan tak ada kain kotor yang tertinggal.

Johanna mengikat rambutnya dan mengangkat keranjang cucian yang sangat berat itu. Satu potong gaun beratnya bisa sampai satu atau satu setengah kilogram. Bahkan jika itu adalah gaun formal, tak dapat disepelekan beratnya bisa mencapai empat atau enam kilogram. Ellena dengan senang hati akan langsung menuju penjahit ketika mendapat baju baru untuk mengurangi untaian kain di bawah gaunnya agar benda itu lebih ringan, dan tentu saja lebih menonjolkan bentuk tubuhnya.

Berbeda dengan Johanna yang memilih mempertahankan bentuk asli gaun yang didapatnya untuk menghargai si pemberi atau si pembuat gaun. Selain itu, ia juga agak malas untuk bepergian jauh ke tempat penjahit. Terakhir kali saat ia mengunjungi penjahit bersama Mrs. Nina, mereka menghabiskan hampir seharian untuk menyelesaikan satu gaun.

Johanna hendak membawa pakaian-pakaian kotor itu ke binatu sekolah. Ia hanya harus keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah kiri, menyusuri lorong itu, lalu berbelok ke arah kiri lagi, lalu kanan, dan sampai di tempat dimana pelayan-pelayan siswa berada. Itu mungkin perjalanan yang mudah jika dilakukan tanpa membawa keranjang berisi kiloan pakaian. Sayangnya, sekali lagi sayangnya.

Johanna menaruh keranjangnya sebelum membuka pintu. Setelah memukul-mukul lengannya sebentar, ia menarik tuas pintu di depannya dan menemukan seorang gadis dengan gaun goni berjongkok di depannya. Johanna terkejut, begitu pula gadis itu. Gadis muda itu segera berdiri dan membungkuk. Ia tak berani mengangkat wajahnya.

"Kau Rachel?" Tanya Johanna memandang wajah gadis itu.

"Ya, Miss." Jawab gadis itu singkat.

Rachel adalah gadis muda pelayan pribadi Ellena saat tahun pertamanya di Beauty for Rich Boarding School. Setiap siswa baru memang memiliki seorang pelayan pribadi. Hal ini dilakukan agar siswa baru tidak bingung dan tidak terlihat seperti orang bodoh di rumah barunya. Johanna dulu mendapat seorang wanita tua yang kini sudah tidak menjadi pelayan lagi karena usianya. Ellena mendapatkan gadis miskin yatim piatu bernama Rachel.

"Kenapa kau berada di depan kamar kami?" Tanya Johanna halus dan anggun.

"Saya hanya.. Tuan Anderson.. Saya dan Tuan Anderson.." Rachel menjawab tergagap. Ia memang dekat dengan Miss Ellena, tapi ia sangat segan terhadap Miss Johanna karena ia sangat anggun dan luar biasa.

"Tenang, Rachel. Tenanglah. Ucapkan perlahan-lahan dengan bahasa yang bisa kumengerti." Johanna masih dengan aksen perfeksionisnya.

Rachel menarik napas panjang beberapa kali membuat Johanna nyaris tak bisa menahan tawanya. Namun ia segera sadar bahwa tertawa di depan orang asing bukanlah sikap seorang bangsawan.

Beautiful for Rich Boarding School [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang