Bawa Aku Pergi dari Sini

621 44 0
                                    

Jam di nakas menunjukkan pukul 12. Kesunyian menyelimuti seluruh sekolah. Joseph menapakkan kaki di tanah, meninggalkan asrama siswa. Ia memutuskan untuk menyiapkan kuda sembari menunggu Ellena berkemas di kamarnya. Rasanya tidak benar jika ia harus membuntuti Ellena sepanjang hari dengan alasan ingin menjaganya.

"Aku akan menunggumu di bawah." Itu yang diucapkan Joseph ketika hendak meninggalkan Ellena tadi. Merasa aman, Ellena mengiyakannya.

Ellena membereskan kamarnya sebelum pergi. Ia tak ingin merepotkan Johanna jika dia nanti sudah sembuh total dan Ellena belum kembali. Ellena baru menyadari ternyata membersihkan kamar adalah kegiatan yang melelahkan. Baru 30% bagian dari kamarnya tersentuh, Ellena sudah kelelahan. Ia memutuskan untuk meminta seseorang untuk membantunya.

"Permisi, apa ada pelayan yang masih bangun?" Tanya Ellena memasuki ruang pelayan.

"Nona Ellena?" Panggil sebuah suara yang sangat Ellena kenal.

"Rachel! Bisa tolong bantu aku membereskan kamar?" Tanya Ellena dengan wajah bersinar.

"Tentu saja." Rachel berjalan mengekor Ellena ke kamar.

"Kenapa kau belum tidur?" Ellena bertanya sembari mengangkat sebuah gaun yang tergeletak di lantai.

"Ada sesuatu yang harus saya lakukan." Jawab Rachel.

Ellena melihat tubuh Rachel dari atas sampai bawah. Gaun goni gadis itu berdebu dari bagian punggung hingga pantatnya. Ia seperti baru saja berguling di tanah kering musim gugur. Rachel pasti bekerja sangat keras hari ini. Ellena tersenyum prihatin lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Rachel, aku sudah merapikan ranjang. Aku belum menyapu, tapi aku sudah mengambil sapu. Ia di sudut ruang gaun. Bisakah kau menyelesaikan sisanya? Aku harus mengemas barangku." Ellena memukul lengannya yang pegal.

"Tentu, Nona. Apa anda akan pulang?" Tanya Rachel mengambil sapu.

"Aku harus pergi ke suatu tempat." Ucap Ellena.

Rachel tak menjawab. Ia tenggelam dalam pekerjaannya, begitu juga dengan Ellena. Hampir satu jam waktu yang mereka butuhkan hingga ruangan itu benar-benar bersih. Ini sudah sepuluh menit sejak agenda bersih-bersih itu selesai, tetapi Ellena belum turun. Tadi ia sempat melihat Joseph berjalan pergi dari jendela kamarnya. Ellena tau Joseph pasti sedang menyiapkan kuda. Jadi ia menunggu hingga terdengar suara kuda di bawah sana.

Begitu suara langkah kuda-kuda terdengar samar, Ellena segera membuka jendela kamarnya. Joseph keluar dari kereta yang diseret kuda tersebut. "Joshie!" Pekik Ellena pelan. Namun karena waktu telah larut malam, dan suasana menjadi sangat hening, Joseph bisa mendengar suara Ellena dan mendongak. Ia tersenyum di bawah sana.

"Aku akan turun." Ucap Ellena.

"Tidak! Tunggu aku!" Joseph memberi isyarat. Ellena hanya tersenyum dan mengangguk.

Joseph berlari masuk. Ellena menutup jendela kamarnya dan mengunci papan berwarna biru itu. Malam ini benar-benar dingin. Ellena membuka kembali tasnya yang tergeletak di ranjang memastikan bahwa ia membawa mantel. Ia mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah maroon. Sebuah kenangan tentang Bundanya yang kini sedang berbahagia bersama Tuhan. Ellena membongkar kembali isi tasnya dan memasukkannya kembali setelah memastikan ia membawa mantel.

Tok!! Tok!! Tok!! Joseph mengetuk pintu tiga kali. Ellena segera menarik tasnya dan berlari menuju pintu. "Aku selesai." Ucapnya kepada Joseph.

"Kau sudah membawa semua yang kau butuhkan?" Tanya Joseph.

"Ya. Ayo kita berangkat. Aku akan tidur di jalan." Ellena menyerahkan tasnya ke Joseph. Pria itu hanya tersenyum.

Mereka sampai di tangga lantai dua ketika Ellena ingat bahwa ia lupa memasukkan bros berharganya. Ia menyentuh lengan Joseph untuk memanggil pria itu. Joseph menoleh.

Beautiful for Rich Boarding School [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang