Namaku Daino Anderson

797 56 0
                                    

Mrs. Nina duduk di sebelah ranjang Johanna yang saat ini sedang bersandar di kepala ranjang. Gadis itu tersenyum ramah seperti biasanya ke arah Mrs. Nina. Meskipun terlihat pucat, Johanna tetap terlihat cantik di mata Mrs. Nina dan putranya.

Putranya? Daino? Ia duduk di kursi yang berjarak 7 meter dari ranjang Johanna. Ia dilarang mendekati Johanna, ia hanya boleh melihat Johanna dari jarak tertentu. Daino juga tidak boleh berkata secara mendadak kecuali jika Johanna sendiri yang bertanya kepadanya. Daino tidak merasa keberatan pada awalnya karena ia sangat ingin melihat keadaan Johanna, tetapi setelah terkurung dalam kebisuan selama hampir 30 menit dan hanya bisa melihat dua wanita di depannya bergosip, Daino yang tidak bisa diam itu mulai menghentak—entakkan kakinya resah hingga mendapat pelototan seram dari Mommy-nya.

"Mam, kenapa Daino di sana? Kenapa dia duduk sejauh itu?" Tanya Johanna kepada Mrs. Nina.

"Tanyakan saja sendiri padanya. Sepertinya dia sudah sangat ingin berbicara." Mrs. Nina menunjuk Daino dengan matanya.

"A-apa yang kau lakukan di situ?" Tanya Johanna cepat dan dengan volume kecil.

"Apa?" Tanya Daino mendekatkan telinganya.

"Katakan lebih keras, Anna. Tak apa." Bujuk Mrs. Nina.

"A-apa yang kau lakukan di situ?" Ulang Johanna lebih keras namun ia menutupi sebagian wajahnya dengan selimut.

"Aku menunggumu. Perawat melarangku mendekat karena kau mungkin akan takut padaku seperti sekarang." Jelas Daino.

"Aku tak takut padamu." Johanna melepas selimut dari wajahnya.

Daino tersenyum karena rencananya memancing Johanna berhasil. Ia kembali melanjutkan rencananya yang sama sekali tidak diketahui Mrs. Nina.

"Benarkah?" Tanya Daino mengangkat sebelah alisnya sambil menggeser kursinya maju mendekati Johanna.

"Y-ya." Johanna meragukan keputusannya menjawab.

"Benarkah?" Daino melakukan hal yang sama.

"I-Iya." Johanna berusaha meyakinkan dirinya. Ia tidak boleh kalah dengan pria di depannya itu.

"Kau bahkan tak yakin dengan jawabanmu." Daino kembali memajukan kursinya.

"Aku tidak takut padamu." Johanna berusaha memberanikan diri menentang Daino.

"Kau yakin?" Daino bergerak lebih jauh ke depan. Jaraknya sekarang mungkin sekitar empat meter.

"Daino, cukup." Mrs. Nina memberi isyarat dengan matanya, namun diabaikan oleh putranya.

"Jo, kau seperti anak ayam yang kehilangan induknya sekarang. Kau ketakutan dan lemah." Daino bergerak terlalu jauh. Ia berada sangat dekat dengan ranjang Johanna dan bahkan merendahkannya.

"J-ja-jangan mendekat!" Ucap Johanna samar. Mulutnya tertutup selimut begitu juga badannya yang mulai gemetaran. Daino tak bisa melihat Johanna gemetar, tetapi Mrs. Nina yang berada di samping Johanna dapat menyaksikan hal itu dengan jelas.

"Apa? Aku bahkan tak bisa mendengar suaramu. Apa kau setakut itu?" Daino masih meneruskan permainannya.

"Daino." Ucap Mrs. Nina.

Johanna tak bisa mendengar suara lain selain suara Daino yang saat ini sedang memojokkannya, dan suara dengungan yang berputar di kepalanya. Melihat mata Johanna yang melotot, Daino mengira Johanna masih menantangnya. Sehingga ia mengabaikan ucapan Mrs. Nina dan melanjutkan permainannya.

"Jangan melihatku seperti itu Jo. Aku tau kau sedang ketakukan sekarang." Ucap Daino sambil berdiri memegang tepian ranjang di dekat kaki Johanna.

"Iya." Jawab Johanna samar hingga Daino tak bisa mendengarnya. Ia ingin mengangguk tetapi lehernya seperti tidak memiliki sendi. Lehernya tak mau bergerak.

Beautiful for Rich Boarding School [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang