Ellena merasakan air mata perlahan menitik. Ia segera menghapusnya. Air mata yang awalnya sendiri itu kini mulai datang berbondong-bondong. Ellena tertawa sambil menghapus air matanya.
"Kenapa aku menangis? Harusnya aku bahagia." Ucapnya.
Ellena menepuk-nepuk dadanya dan berkata, "Kenapa ini sakit? Hatiku milik Robert. Jika Joseph membuangku, aku bisa menikah dengan Robert." Ucap Ellena.
Ellena merebahkan badannya di ranjang Joseph. Ia merangkak naik dan mencium bantalnya. Samar-samar di selimut itu tercium bau Joseph. Ellena menangis semakin keras. Ia menutup mulutnya dengan bantal. Hingga yang terdengar hanyalah isak tertahan.
Joseph mempercepat langkahnya. Semakin lama di sini akan membuatnya semakin terluka. Apalagi jika melihat Ellena menangis. Tangannya akan terulur untuk memeluk gadis itu. Dan lagi-lagi harga dirinya mencegah Joseph melakukan hal itu.
"Josh, kau mau kemana?" Tanya Daino yang melihat Joseph berdiri di samping sebuah kuda coklat.
"Temanku menikah. Bagaimana Johanna?" Tanya Joseph berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Johanna sudah bangun. Ia baik-baik saja. Kita sudah mengirim surat kepada keluarga Johanna. Bagaimana dengan keluarga Ellena?" Tanya Daino.
"Sudah. Mungkin." Jawab Joseph.
"Mungkin?" Daino bertanya dengan nada aneh.
"Aku terburu-buru. Maaf ya." Joseph segera naik ke atas kudanya dan melaju pergi.
Ellena terbangun saat matahari sudah merangkak turun. Matanya bengkak. Tenggorokannya kering. Ia meraba dadanya. Sakit tapi tidak berdarah. Membekas dalam tapi tidak terlihat. Ellena beringsut bangun. Kepalanya pusing. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum ia jatuh tertidur.
"Aku harus melupakannya." Ucap Ellena.
Setelah mencuci muka dan berbenah diri, Ellena berjalan menuju pondok kesehatan. Ia ingin melihat Johanna. Yang jelas, saat seperti ini ia membutuhkan Johanna. Sosok ibu dan sosok kakak yang luar biasa bagi Ellena. Sampai di depan pintu kamar rawat lama Johanna, Ellena mengetuk tetapi tidak ada jawaban.
"Ellena?" Panggil sebuah suara.
"Daino? Atau Peter?" Tanya Ellena setelah melihat si pemilik suara.
"Aku Daino. Apa yang kau lakukan di sini?" Pria itu tersenyum sambil berjalan mendekat.
"Dimana Johanna?" Tanya Ellena.
"Johanna ada di gedung utama." Jawab Daino.
"Lalu kenapa kau ke sini?" Tanya Ellena.
"Johanna memintaku mengambilkan sepatunya. Johanna bilang sepatu kesayangannya tertinggal di sini." Daino terdengar seperti mengeluh.
"Oh. Baiklah." Ucap Ellena hendak berlalu.
"Ellena." Panggil Daino lagi. Ellena yang sudah melewati Daino menoleh.
"Kau mau menemaniku masuk?" Tanya Daino.
"Kau takut?" Ellena menahan tawa. Karena jika ia tertawa, hatinya akan terasa lebih sakit.
Daino mengangguk pelan. Ellena tidak sampai hati untuk menolak. Ia akhirnya menemani Daino di depan pintu. Ia tidak sanggup masuk. Ia tidak ingin memori tentang kematian Rachel muncul di otaknya. Luka batinnya sudah terlalu banyak dan berat.
"Aku melihat Joseph pergi tadi pagi." Ucap Daino untuk mengisi kekosongan udara di sekitar mereka.
"Kau masih lama?" Tanya Ellena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful for Rich Boarding School [Complete]
RomanceBagaimana rasanya hidup sebagai bangsawan? Bagaimana isi sekolah bangsawan? Persiapan malam pesta dansa yang panjang. Kisah cinta terlarang di dalam sekolah bangsawan. Hingga hubungan terlarang yang tidak bisa dihentikan lagi