Gugurnya Bunga Orange Mock

796 46 1
                                    

Joseph turun dari kudanya. Langit masih gelap dan udara masih sangat dingin. Mendengar derap kuda, beberapa pekerja mulai berlarian menyapa pemilik rumah. Joseph masuk ke villa penuh kenangan itu. Tangga itu mengingatkannya pada Ellena saat pertama kali datang. Ia turun dengan rambut terurai mencari sisir. Joseph tersenyum. Buru-buru ia menggeleng sekuat tenaga. Ini bukan saat yang tepat untuk mengingat wanita yang sudah mengkhianatinya.

Joseph berjalan menaiki tangga. Sampai di atas, sebelum berjalan ke kanan, matanya melirik ke ruangan di sebelah kirinya. Tanpa sadar, kakinya berjalan ke ruangan itu. Ia berhenti setelah membuka pintu. Harga dirinya berhasil menguasai kesadarannya kembali. Ia berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Membiarkan kamar bekas Ellena dengan pintu terbuka. Memperlihatkan tas besar yang terletak di atas ranjang yang tersusun rapi.

Joseph memutuskan untuk meluruskan punggungnya sejenak hingga matahari terbit sebelum mengunjungi sahabat lamanya. Ia berguling ke kanan dan ke kiri berusaha memejamkan matanya, namun nihil. Badannya lelah tapi ia tak bisa tidur. Untuk pertama kalinya, harga diri Joseph bisa tersingkir. Ia berjalan perlahan menuju bekas kamar Ellena.

Ia melihat sisir tergeletak di samping tas. Ada beberapa helai rambut pirang tertinggal di sana. Joseph menaruh pantatnya di ranjang. Diambilnya helaian rambut itu. Dihirupnya benda itu. Jantungnya berdebar kencang. Joseph mengusap ranjang di bawahnya. Spreinya belum diganti. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang itu. Aroma lemon menguar sesaat setelah pipinya menyentuh sprei. Joseph menutup matanya, membiarkan ketenangan menyusup ke sumsum tulangnya.

"Aku merindukanmu." Ucapnya sebelum beberapa saat kemudian tertidur.

Fajar menyingsing. Ellena belum tidur sama sekali. Ia merasakan kereta kudanya berhenti. Seorang penjaga mengetuk jendelanya.

"Apa?" Tanya Ellena dengan suara parau.

"Anda ingin beristirahat?" Tanya seorang penjaga.

Ellena tidak langsung menjawab. Ia memandang kedai di depannya. Aster Room. Tulisan itu terpampang jelas di atas bangunan. "Tidak." Jawab Ellena. Keretanya berjalan perlahan meninggalkan tempat itu. Ellena menutup tirainya lagi rapat-rapat. Ia harus segera meninggalkan tempat ini. Terlalu banyak kenangan bersama Joseph yang tergores di tiap sentimeter cubic udara di tempat ini. Hal itu tidak baik untuk luka hatinya.

Joseph mengenakan setelan terbaik yang ada di kamarnya. Pagi-pagi tadi ia mendapat surat balasan dari sahabatnya. Saat di sekolah, ia mengirim surat bahwa ia akan datang berkunjung. Dan di sini, ia mendapat jawaban bahwa ia bisa datang untuk sarapan.

"Anda luar biasa, Tuan Muda." Ucap Troy Troya yang berdiri di belakang Joseph.

"Kau yang akan mengantarku?" Tanya Joseph dingin. Ia memang selalu dingin, tapi semua pekerja di sekitar Joseph tau hari ini Joseph menjadi lebih dingin dari biasanya.

"Ya, Tuan." Ucap Troy.

"Tidak. Siapkan kuda!" Joseph berjalan keluar mendahului Troy.

"Anda akan berangkat sendiri?" Tanya Troy.

"Lakukan saja apa mauku." Bentak Joseph. Troy hanya mengangguk dan segera berlari menuruti permintaan Joseph.

Sepuluh menit kemudian, Joseph sudah berjalan menuju Troy dan sebuah kuda coklat yang kemarin dibawa Joseph. Joseph berdiri dengan bertumpu pada satu kaki. Ia berkacak pinggang sambil mengawasi Troy.

"Kau memberiku kuda ini?" Tanya Joseph.

"Ya, Tuan. Ini kuda yang anda bawa kemarin." Ucap Troy dengan wajah penuh rasa bangga.

"Dia kuda yang kubawa tadi pagi. Dia kuda yang lelah." Ucap Joseph penuh penekanan.

"Ah.. Maafkan saya. Saya akan menyiapkan kuda lagi." Ucap Troy gelagapan.

Beautiful for Rich Boarding School [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang