Sherlock

1K 70 0
                                    

Ellena menelan ludahnya dengan susah payah. Ia memang sudah berhasil membuat Joseph Alka Erlano tertawa, tapi hasilnya tidak seperti bayangannya. Bukan suara serak basah yang keluar dari tenggorokan pria itu, melainkan suara berat pria. Suara itu bahkan lebih berat dari suara Robert. Tanpa sadar, Ellena mengerucutkan bibirnya. Ia sebal karena segalanya tak berjalan seperti rencananya. Ditambah lagi kenapa partnernya terlihat sangat bodoh. Ellena mengakui ia memang tampan dan mempesona, tapi sikap malu-malu itu menurut Ellena sangat pengecut.

"K-kau mau berdansa?" Tanya Joseph ragu.

"Lagi?" Ellena membelalakkan matanya.

"Lupakan! Kau pasti lelah." Joseph kembali menunduk.

Ellena memutar bola matanya jengah sebelum melangkah pergi meninggalkan Joseph. Pria itu sekarang sedang menderita dilema antara harus tetap diam karena gugup atau mencegah gadis yang sedang berjalan menjauhinya semakin tak bisa teraih. Akhirnya ia mengambil pilihan kedua. Setelah Ellena menghilang di balik pintu, Joseph memutuskan untuk berjalan menyusuri lorong sampai ia menemukan bangku panjang berwarna putih di antara ruangan bernuansa merah dan emas.

Joseph menyandarkan punggungnya sejenak. Wajah tampannya mendongak menatap langit-langit berwarna kuning keemasan. Kepalanya terasa sangat berat. Ia ingin berteriak tapi ia sadar ini tempat umum sehingga ia hanya menunduk dan mengacak rambutnya kasar. Entah kenapa hari ini pria yang biasanya tangguh dan mempesona itu kini menjadi anak ayam pengecut di depan Ellena. Ini memang bukan kali pertama ia melihat Ellena. Setiap ada kesempatan, ia selalu memandangi Ellena dari kejauhan. Ketika mengunjungi Bundanya di sekolah, orang yang pertama kali ia cari adalah Ellena. Bahkan ketika Ellena datang untuk mengambil gaun di ruangan Bundanya beberapa hari lalu, ia berada di sana. Jangan berpikir Joseph mengintip Ellena berganti baju!

Semua waktu-waktu itu cukup bagi Joseph untuk mengagumi Ellena. Ralat, mencintai dari kejauhan. Hanya saja, ia tak pernah mengira ia akan menjadi sangat gugup di depan Ellena. Sekali lagi ia mengusap rambutnya keras hingga tanpa sengaja menarik helaian hitam itu dan merontokkan beberapa. Joseph membiarkan kepalanya menunduk dalam. Sikunya bertumpu pada paha yang kekar namun tak bertenaga.

Saat sedang menikmati rasa putus asa, sebuah suara berkelebat di pikirannya. "Jika aku tak bisa melakukannya malam ini, maka tak ada malam-malam dan hari-hari lain bagi kami berdua." Ucap suara itu membuat Joseph tersadar. Joseph menegakkan punggungnya. Matanya berkobar penuh semangat. Ia berdiri dengan segera. Setelah membenahi jasnya, Joseph menarik napas dalam kemudian memutar badannya untuk kembali ke dalam untuk menemui gadis pujaannya.

"Josh!!" Panggil sebuah suara yang cukup familier di telinga Joseph. Mendengar hal itu, ia segera berbalik dan mendapati Ellena berjalan mendekatinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Joseph dengan jantung yang berdetak tak normal.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di sini saat aku mengambil minum?" Ellena menimpali Joseph sambil mendekati pria itu dengan susah payah.

"Kau bukan meninggalkanku?" Joseph masih tak mempercayai pendengarannya.

"Apa kau melakukan sesuatu yang membuatmu pantas ditinggalkan?" Tanya Ellena mulai melancarkan aksinya.

Sebenarnya Ellena memang berniat meninggalkan Joseph, ia muak dengan sikap pengecut lelaki itu. Ketika ia berniat mengambil mantel bulunya dan segera meninggalkan aula itu, ia teringat satu hal. Misi pentingnya malam ini. Ia harus menemukan siapa Alka si Brengsek itu sebenarnya. Ia tak ingin hidupnya maupun hidup sahabatnya berakhir dengan pria sampah seperti itu.

Ini adalah kesempatan bagus untuk memanfaatkan Joseph yang terlihat pengecut itu. Atau mungkin saja Joseph yang pengecut ini hanyalah topeng untuk menutupi wajah sampah pemiliknya. Segera Ellena berjalan menuju meja sajian dan mengambil dua gelas anggur lalu membawanya menuju Joseph.

Beautiful for Rich Boarding School [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang