Dua gadis anggun dan menawan memasuki ruang pesta dansa. Dua orang pelayan dengan sigap mengambil alih jas dari bahu mereka. Udara dingin telah tergantikan dengan kehangatan dari lampu di berbagai penjuru ruangan dan aroma makanan, tentu saja. Beberapa gadis mulai bercengkrama dengan siswa lain yang mereka kenal. Johanna dan Ellena memilih berdiri agak ke tengah. Berusaha sedekat mungkin dengan lampu terbesar, terterang, dan terhangat di tempat itu.
"25 orang. Bukankah Mrs. Nina berkata mereka hanya mengambil 20 orang dari kelas musik kita?" Ucap Ellena setelah selesai menghitung.
"Itu karena kelas kita hanya memiliki 20 siswa. Masih ada kemungkinan diambil dari kelas lain." Ucap Johanna dengan wajah tegang tanpa ekspresi.
"Apa yang terjadi dengan wajahmu?" Tanya Ellena menahan tawa.
"Aku sangat nervous. Perutku rasanya melilit. Bagaimana denganmu? Bukankah beberapa menit yang lalu kau bahkan kesulitan bernapas?" Tanya Johanna sambil memegangi perutnya.
"Aku memilih untuk meninggalkan kekhawatiranku di balik pintu itu." Ellena menunjuk pintu masuk aula dengan dagunya.
Ellena berbohong. Tetapi tidak benar-benar berbohong. Ia bukannya sudah tidak khawatir dengan situasinya saat ini, tetapi kekhawatiran itu memang sudah agak berkurang sejak ia menasehati Johanna. Ia hanya melihat Johanna mengangguk meskipun sebenarnya ia tidak tau Johanna hanya asal mengangguk. Yang jelas, hal itu membuat Ellena sedikit merasa lebih ringan.
"Ellena, aku harap ini kali terakhir kita berada di posisi seperti ini." Ucap Johanna.
"Tentu saja, untukku." Ellena menjawab sambil tersenyum tanpa beban sedangkan Johanna malah memandangnya iba.
"Kuharap kau benar-benar berjodoh dengan Joseph Erlano. Apapun takdirmu, setidaknya bersikap baiklah malam ini!" Johanna berniat memberi semangat.
"Aku tidak bisa menjanjikannya." Ellena nyengir kuda dan dibalas tatapan tajam Johanna.
"Johanna, aku sudah memiliki kekasih, asal kau tau." Ellena mencoba membela diri. Johanna diam menunggu penjelasan lebih lanjut dari Ellena.
"Robert, itu namanya. Ia memang bukan seorang bangsawan. Tapi berasal dari keluarga saudagar yang cukup terkenal dan berwibawa." Lanjut Ellena.
Karena tak mendapat tanggapan dari Johanna Ellena melanjutkan, "Aku mencintainya. Aku serius." Ellena menunjukkan keseriusannya dari tatapan mata.
"Bagus. Lalu apa rencanamu?" Tanya Johanna.
"Aku tak memiliki rencana apapun. Aku hanya akan menikmati malam ini dan berusaha mencari tau sesuatu. Mungkin aku akan melarikan diri sesudahnya." Ellena menangkat bahu dan berusaha menghindari tatapan mata menyelidik Johanna.
Baru saja Johanna akan membuka mulut, terdengar tiupan terompet dari ujung aula. Suara itu menarik perhatian seluruh siswa. Tanpa aba-aba lagi, mereka mulai berbaris membentuk garis lurus memanjang ke samping, beberapa langkah di depan si peniup terompet. Tak lama kemudian, 25 pria tampan, mapan, dan elegan berjas rapi menghampiri mereka dan mulai menempatkan diri sekitar 6 meter di depan pasangan masing-masing.
"Apapun yang ada di otakmu, enyahkan sekarang juga. Malam ini, bersikaplah layaknya bangsawan." Bisik Johanna kepada Ellena yang berdiri di sebelahnya.
Ellena hanya bisa menelan ludah melihat tatapan garang Johanna. Tak lama kemudian kedua baris pasangan itu saling memberi salam dan musik mulai mengalun. Hentakan demi hentakan tempo membawa mereka semakin mendekat dan mendekat hingga tak ada jarak. Masing-masing pria membawa wanitanya ke lantai dansa yang mengilap. Mereka berputar, melangkah, menghentak, dan berputar lagi secara bersamaan mengikuti musik yang semakin cepat dan menggebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful for Rich Boarding School [Complete]
RomanceBagaimana rasanya hidup sebagai bangsawan? Bagaimana isi sekolah bangsawan? Persiapan malam pesta dansa yang panjang. Kisah cinta terlarang di dalam sekolah bangsawan. Hingga hubungan terlarang yang tidak bisa dihentikan lagi