BRAK!!! Pintu sebuah kamar dibuka dengan sembrono. Daino dan Johanna yang sedang tertidur sontak terbangun. Daino berdiri di depan Johanna. Ia bersiap menunggu orang yang akan keluar dari kegelapan itu. Apapun yang terjadi, ia harus melindungi Johanna.
Seorang pria melangkah masuk perlahan. Daino masih berdiri dengan kuda-kuda sempurna. Perlahan sinar bulan menerangi wajah pria itu, "Apa ada sesuatu di belakangku?" Tanyanya sambil mengangkat kedua tangan.
"Joseph! Kukira kau pria gila." Daino menghembuskan napas lega.
"Apa Ellena ada di sini?" Tanya Joseph to the point.
"Apa maksudmu? Dia tak bersamamu?" Tanya Johanna.
"Tadinya dia bersamaku. Sesampainya di gerbang sekolah, dia berlari mendahuluiku. Kupikir dia ke sini." Jawab Joseph.
"Kenapa dia bergegas ke sini? Apa Ellena sudah mengetahui semuanya?" Tanya Daino.
"Ellena membaca suratmu." Jawab Joseph.
"Kau memberitahu dia soal Peter?" Tanya Daino.
"Tentu saja." Jawab Joseph.
"Dia ada di gedung tamu." Johanna menyimpulkan.
"Menemui Peter." Joseph melanjutkan. Tanpa menunggu komando, ia segera berlari meninggalkan Johanna dan Daino menuju gedung tamu.
"Kenapa kau masih di sini?" Tanya Johanna.
"Aku tidak bisa meninggalkanmu." Jawab Daino bimbang.
"Hilangkan gengsimu. Aku tau kau sudah tidak membenci Peter. Pergilah! Jangan biarkan mereka bertengkar selarut ini." Johanna mendorong Daino pelan. Pria itu segera berlari mengejar Joseph.
"Apa maumu?" Tanya Johanna setelah ia benar-benar sendiri bersama sesosok bayangan di balik tirai.
Ellena menelusuri lorong dengan karpet merah dan pilar-pilar tinggi. Ia sudah bertanya kepada seorang pelayan. Kamar Peter Alka Anderson berada di sebelah kamar yang biasa digunakan Mrs. Nina. Tanpa mengetuk pintu, Ellena masuk ke kamar itu. Ada sebuah ranjang king size di tengah ruangan. Ada beberapa sofa di sebelah kiri ranjang, tepatnya di sebelah kanan Ellena.
"Apa dia sedang mandi?" Tanya Ellena dalam hati saat mendengar suara air di kamar mandi.
Ellena berjalan lurus ke arah pintu kamar mandi. "Jika dia baru saja mandi, aku tidak perlu membuatnya mendesah untuk tau siapa dia." Ucap Ellena sesaat sebelum air mati dan pintu terbuka.
"S-siapa kau?" Tanya Peter mundur satu langkah.
"Kemarilah. Aku hanya ingin memastikan sesuatu." Ellena maju satu langkah.
"Berhenti di sana!" Ucap Peter mundur beberapa langkah.
"Kau yang berhenti di sana!" Ellena maju beberapa langkah.
Peter terpojok di samping bak kamar mandi sedangkan Ellena tetap berjalan maju. Seperti harimau yang hendak menerkam rusa. Beruntung rusa berhasil melarikan diri dari sisi kiri harimau yang lengah dan keluar dari kamar mandi.
"Berhenti di sana!" Ucap Ellena mengejar Peter.
"Jika saja aku tidak separuh telanjang." Batin Peter. Ia berlari dan sempat menyambar kemeja bersih di ranjang sebelum berlari keluar kamar.
Ellena kehilangan Peter di tikungan. Ia celingukan mencari pria itu. Ahhh tadi nyaris saja dapat. Ellena masih belum putus asa. Ia berbelok ke kiri dan di ujung lorong, seorang pria berdiri tegak dengan kemeja putih dan rambut basah seolah memang sedang menunggu Ellena.
Tanpa rasa takut sama sekali, Ellena berlari mendekati Peter. Setelah sampai di depannya, tanpa permisi Ellena menempelkan wajahnya di dada Peter dan menghirup aromanya. Peter mundur beberapa langkah.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Peter sambil menutupi dadanya dengan kedua tangan yang disilangkan.
"Bukan bau pria itu." Ellena menghentakkan kaki sebal.
"Wahh... Kau menakutkan." Peter mundur lagi.
"Maafkan aku." Jawab Ellena sebelum berlalu.
"Kau Ellena Mckinney?" Tanya Peter setelah melihat warna rambut Ellena.
"Kau tau aku?" Tanya Ellena.
"Tentu saja. Mana mungkin aku tak tau calon istri adik sepupuku." Jawab Peter sambil menahan tawa. "Apa yang kau inginkan dariku?" Lanjutnya.
Ellena lupa Peter adalah sepupu Joseph. Dan Joseph sangat mengagumi pria ini. "Maafkan aku. Tapi bisakah kau merahasiakan ini dari Joseph?" Tanya Ellena memohon.
Peter berpikir beberapa saat sebelum menjawab, "Tentu saja."
"Ellena!" Panggil sebuah suara.
"Daino?" Ucap Ellena dan Peter bersamaan.
"Kenapa kau di sini?" Tanya Peter.
"Aku mencari Ellena." Jawab Daino. Peter memandang Ellena dan Daino aneh.
"Kami tidak selingkuh!" Bentak Daino. "Aku ke sini mengikuti Joseph." Ucap Daino sambil terengah.
"Lalu dimana Joseph? Kau lihat, dia tidak di sini." Peter bertanya. Ketiganya membeku.
"Johanna!" Pekik Ellena segera berlari menuju pondok kesehatan. Peter dan Daino saling pandang sebelum akhirnya mengikuti Ellena.
Di ujung lorong gedung tamu, Joseph menabrak bahu Ellena. "Kenapa?" Tanyanya setelah melihat wajah panik Ellena.
"Johanna sendirian." Ucap Ellena sebelum berlari lagi diikuti Peter dan Daino dengan ekspresi sama.
"Aku harus berlari lagi?" Batin Joseph sebelum mengikuti Ellena.
Ellena berhenti di depan pintu. Ia takut. Peter mendahuluinya dan membuka pintu kamar Johanna tanpa permisi hingga pintunya membentur dinding. Ia menoleh ke kanan. Di atas ranjang itu, ada seorang gadis yang tertidur. Selimut itu menutupi badannya hingga atas hidung. Tapi rambut gelapnya tetap tergerai di kegelapan.
"Dia masih di sini." Ucap Peter tersenyum.
Peter bergeser dari pintu membiarkan Ellena dan Daino masuk. Ellena membeku. Daino berjalan beberapa langkah dan membeku. Bersamaan mereka berkata, "Itu bukan dia."
Joseph sampai di samping Ellena. Di saat semua orang membeku, ia berjalan mendekati ranjang putih itu dan membuka selimutnya. Daino yang lebih tinggi dapat melihat samar siapa wanita itu, sedangkan Ellena tidak. Ia memberi isyarat kepada Joseph.
"Ellena, jangan melihat!" Ucap Daino bersamaan dengan Joseph yang memeluk Ellena. Badannya yang besar menghalangi Ellena melihat isi ranjang.
Peter menampar alam bawah sadarnya. Ia berjalan mendekat ke arah ranjang diikuti Daino. Sedangkan Joseph menahan Ellena membeku di tempat. Peter memperhatikan tubuh di depannya dengan seksama.
Darah yang sudah kering menempel di baju wanita itu. Lehernya lebam dan terdapat luka menganga. Perutnya bersimbah darah yang sudah berhenti mengalir. Wajahnya lebam di sana sini. Tanpa memeriksanya pun, Peter tau. Gadis ini sudah mati bahkan sebelum dipindahkan ke sini.
"Dia sudah mati." Ucap Peter. Daino masih membeku. Ia hanya mengangguk beberapa kali.
"Siapa yang mati?" Tanya Ellena.
"Jangan mendengarnya!" Ucap Joseph perlahan di telinga Ellena. Ia menciumi puncak kepala Ellena.
"Siapa yang mati?" Tanya Ellena. Ia menyingkirkan paksa tubuh Joseph.
Dengan kaki bergetar ia mendekati ranjang. Melihat gadis yang terlihat mengenaskan dengan rambut yang gelap karena kotor itu, kakinya tak mampu berdiri. Ia jatuh terduduk ke lantai. Joseph berusaha membantu Ellena berdiri. Tapi gadis itu menarik lengan Joseph hingga pria itu berlutut di sebelahnya.
"Apa itu dia? Itu benar dia? Beritahu aku ini mimpi! Beritahu aku ini tidak nyata!" Ellena menangis. Isakannya tak tertahan.
"Menangislah. Aku di sini." Joseph memeluk Ellena. Menenangkan gadis itu dengan dadanya yang hangat. Meredam tangis gadis itu agar tak terdengar menyakitkan bagi hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/134274040-288-k112669.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful for Rich Boarding School [Complete]
RomanceBagaimana rasanya hidup sebagai bangsawan? Bagaimana isi sekolah bangsawan? Persiapan malam pesta dansa yang panjang. Kisah cinta terlarang di dalam sekolah bangsawan. Hingga hubungan terlarang yang tidak bisa dihentikan lagi