Suasana mulai menghangat di teras samping aula. Johanna beberapa kali tertawa akibat ulah Daino. Daino merasa puas dengan keahliannya memperbaiki suasana yang sempat keruh. Saat ini ia sedang melihat Johanna yang belum bisa berhenti tertawa akibat lelucon terakhirnya tentang kuda dan high heels. Lalu matanya beranjak turun ke bahu Johanna. Di sini dingin dan bahkan sering terdengar samar suara dengungan nyamuk. Johanna juga menyilangkan kedua tangannya di depan dada beberapa kali ketika sedang berbincang dengan Daino.
"Kau kedinginan." Ucap Daino menebak.
"Yah... Beruntunglah kau seorang laki-laki." Johanna hanya tersenyum.
"Jangan berikan jas-mu untukku!" Titah Johanna ketika melihat Daino melepas jas hitam kecoklatannya.
"Ayolah, Jo. Biarkan aku melakukan sesuatu untukmu." Ucap Daino dengan mata memohon.
"Mungkin kau bisa meminta dua cangkir cokelat panas." Tawar Johanna setelah berpikir beberapa saat.
"Tentu saja, Miss Boundee." Daino membungkuk sekilas sambil tersenyum jahil sebelum meninggalkan Johanna yang hanya tersenyum geli. Tak lupa ia menyampirkan jasnya di pagar yang tadi sempat ia sandari.
Johanna memandang ke sekeliling teras itu. Tepat di belakangnya, berbatas pagar sepinggang terdapat sebuah kolam ikan dengan beberapa bunga teratai di atasnya. Ini sudah hampir musim semi. Kolam itu pasti sangat indah jika dilihat saat hari terang. Seberapa dalam itu? Pikir Johanna. Lalu tanpa sengaja matanya menemukan suatu keganjilan. Ia melihat sekelebat bayangan di kegelapan di seberang kolam. Johanna menyipitkan mata untuk dapat melihat lebih jelas ke seberang kolam yang gelap tanpa penerangan.
"Apa yang kau cari?" Suara bariton ringan mengejutkannya.
"Kau mengejutkanku." Ucap Johanna sambil mengusap dadanya berusaha menetralkan denyut jantungnya.
"Aku tau." Jawab Daino singkat sambil menyerahkan secangkir cokelat panas ke tangan Johanna.
"Terima kasih."Ucap Johanna.
Bukannya segera meminum cairan kehitaman itu Johanna hanya menyeruput sedikit kemudian memegangnya sambil melihat sekeliling. Menyadari Johanna sedang mencari sesuatu, Daino bertanya sambil mengerutkan keningnya, "Kau mencari sesuatu?"
"Aku mencari bangku. Jujur, kakiku sakit." Johanna nyengir kuda.
"Haruskah kau sejujur itu pada kencan pertama dengan calon suamimu?"Tanya Daino sambil tertawa geli.
"Lalu apakah kau juga mau menikah dengan wanita pembohong?" Johanna menaikkan dagunya menantang Daino.
"Jika itu kau, aku tak masalah." Ucap Daino singkat.
Mendengar hal itu Johanna hanya menggelengkan kepalanya heran. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan lelaki bangsawan seperti Daino. Ekspektasinya sangat jauh dari realita. Pria di sebelahnya ini terlihat sangat "ringan". Johanna tidak benar-benar tau kata yang cocok untuk mendeskripsikan pria itu.
Saat pikiran Johanna sedang melayang mencari kata yang cocok untuk Daino, pria itu mengambil cangkir di tangan Johanna kemudian mengangkat pinggang gadis itu dan mendudukkannya di atas pagar. Johanna yang terkejut hanya bisa berteriak kecil dan memegang bahu Daino karena takut.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Johanna setelah Daino mengembalikan cangkir ke tangannya.
"Membantumu duduk." Ucap Daino sambil tersenyum. Kedua tangannya berada di samping kanan dan kiri kayu tempat Johanna duduk. Dadanya yang hanya berbalut kemeja putih nyaris menempel di lutut Johanna. Kakinya disilangkan dengan tumpuan kaki kiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/134274040-288-k112669.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful for Rich Boarding School [Complete]
RomanceBagaimana rasanya hidup sebagai bangsawan? Bagaimana isi sekolah bangsawan? Persiapan malam pesta dansa yang panjang. Kisah cinta terlarang di dalam sekolah bangsawan. Hingga hubungan terlarang yang tidak bisa dihentikan lagi