Johanna's Dress

1.3K 100 0
                                    


Johanna menunggu cukup lama di atas sebuah kursi kayu yang hanya cukup untuk menampung dirinya sendiri. Gaun besarnya yang tak mendapat sisa tempat terurai di beberapa bagian. Beberapa pekerja yang berlalu lalang mencuri pandang ke arah gaun itu di saat mereka menunduk melewati Johanna. Beberapa dari mereka secara terang-terangan menatap dengan pandangan "sayang sekali gaun itu" ke arah Johanna. Alih-alih memperhatikannya, Johanna hanya duduk tegak sembari menunggu gurunya berkonsultasi dengan penjahit di dalam.

Ia berusaha mengabaikan rasa tidak nyaman yang menyergapnya. Ruangan di sekelilingnya begitu suram. Dindingnya tidak bercat sama sekali. Seluruh ruangan itu hanya terdiri dari batu dinding, besi jendela, dan kayu pintu. Tak ada yang menarik. Bahkan di mata Johanna tempat ini sama seperti penjara. Bagaimana mungkin para pekerja di sini dapat menggunakan kreatifitas mereka jika ruangan yang mengelilingi mereka berwarna kelabu?

Johanna mengalihkan fokusnya menuju jam dinding besar di sudut lorong. Di lorong itu hanya ada jam tua itu dan kursi yang sedang didudukinya. Johanna menghela napas keras ketika menyadari ia sudah duduk di kursi kecil yang tak nyaman itu selama lima menit.

"Apa kau harus mendesah sekeras itu? Bulu kudukku berdiri karenanya." Ucap suara berat seorang lelaki mengejutkan Johanna dan membuat gadis itu menoleh ke arah datangnya suara dengan ekspresi aneh.

Johanna berusaha mengendalikan dirinya dan memperbaiki ekspresinya. Ia menegakkan tubuhnya lagi lalu memalingkan wajahnya. Siapa lelaki itu berani menyapa Johanna? Setidaknya itu yang dipikirkan Johanna. Ada sesuatu dari lelaki itu yang familier bagi Johanna tetapi Johanna mengabaikannya.

"Apa kau marah? Maafkan aku, Lady." Ucap lelaki itu sembari membungkukkan kepalanya ke arah Johanna.

Johanna yang merasa kesal tetap tidak menanggapi lelaki itu. Menurut Johanna, desahan terlalu fulgar untuk dijadikan bahan bercanda. Johanna mengabaikan lelaki itu bahkan ketika ia nekad berdiri di depan Johanna sambil tersenyum-senyum tanpa dosa. Ingin rasanya Johanna menampar pipi lelaki itu tapi entah mengapa ada suatu perasaan dalam dirinya yang mencegahnya. Karisma dari lelaki yang sedang berusaha berbicara dengannya ini membuat detak jantungnya mulai tak teratur sedikit demi sedikit.

"Tidakkah seharusnya kau membalas sapaanku, Lady Boundee?" Tanya lelaki itu membuat mata Johanna tak bisa dikontrol.

Johanna baru saja berniat mendongak menatap pria itu ketika seorang wanita datang dan mengalihkan perhatian kedua sejoli itu. Lelaki yang tadi bersikap sangat kekanakan, kurang ajar, dan berisik itu segera bersikap dingin dan angkuh kepada pelayan wanita itu. Sosoknya yang sekarang sangat kontras dengan lelaki yang membuat Johanna terkejut karena mengetahui nama keluarganya.

Lelaki itu berbicara selama beberapa saat dengan pekerja itu. Johanna menyapukan mataya ke seluruh tubuh lelaki itu. Ia mengenakan pakaian yang terlihat mahal. Setelan hitam membalut tubuhnya yang tinggi dan tegap. Ia berbicara dengan suara beratnya yang kini terdengar semakin berat dan sedikit serak. Johanna tidak bisa bilang lelaki itu tidak menarik. Ia sangat menarik. Sekarang, lelaki itu terlihat seperti bangsawan.

Saat Johanna mulai berniat memandangi pesona lelaki itu lebih dalam, sang model pun menoleh dan segera berjalan mendekati Johanna. Wanita itu memalingkan wajahnya dan berusaha berakting seolah tak terjadi apa-apa. Johanna hanya diam dan menatap kosong ke depan. Perlahan tapi pasti ia merasakan lelaki itu semakin mendekati sisi kiri tubuhnya.

"Apa aku baru saja melihatmu memandangiku?" Suara itu membuat bulu kuduk Johanna berdiri beberapa milidetik.

Tanpa melihat pun Johanna tau lelaki itu tersenyum puas. Sorot matanya terlihat jahil dan menyebalkan. Johanna tau sesaat ketika mata mereka beradu beberapa saat yang lalu bagaiman memberi daging kepada buaya lapar, dan ia adalah daging itu. Johanna tetap kukuh untuk tidak menanggapi lelaki itu. Beberapa saat kemudian suara langkah kaki terdengar mendekati mereka. Johanna benar-benar bersyukur karenanya.

Beautiful for Rich Boarding School [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang