Chapter 7

2K 240 3
                                    

Walaupun sudah beberapa hari berlalu, Nayeon tetap saja geram melihat foto-foto pernikahan Jungkook-Yeri di media-media. Bahkan teman-temannya pun tak berhenti bertanya kebenaran berita tersebut, karena yang mereka tahu Jungkook sudah lama menjalin kasih dengan Nayeon.

Wanita itu melemparkan ponselnya setelah beberapa kali me-reject panggilan Jungkook. Bahkan Jungkook mengancamnya jika Nayeon tak mengangkatnya setidaknya sekali, ia tak akan pernah berhenti menelfonnya,

Tak lama ponsel Nayeon kembali berdering. “Aish!” umpat wanita itu.

Dan pada akhirnya Nayeon menerima panggilan Jungkook. Sebenarnya tak ada hal-hal yang penting, pria itu hanya ingin meyakinkan Nayeon jika perasaannya tak pernah berubah dan masih sama seperti dulu.

Nayeon menghela nafas. “Sudah?” tanpa mendengar jawaban terlebih dahulu, Nayeon langsung memutuskan panggilan sepihak.

Sebenarnya mudah menghindari panggilan dari Jungkook dengan mengganti nomor ponsel, tapi Nayeon tak benar-benar menginginkan itu, setidaknya ia masih bisa mendengar suara Jungkook.

Tak lama ponsel Nayeon kembali berdering. “ADA APA LAGI JUNGKOOK-SSHI!?”

“Nay, ini Yoongi.”

Nayeon membelalakan matanya tidak percaya, ia melihat layar ponselnya dan ternyata benar itu adalah Yoongi.

Sejak Yoongi mengantarkannya pulang, mereka sudah bertukar nomor telfon. Jujur saja, Nayeon tidak merasa canggung saat berada di sekitar Yoongi. Mereka seperti teman lama yang sudah tak pernah bertemu.

“Oh Yoongi, hai! Sorry tadi ku kira-” Nayeon melembutkan nada suaranya.

“Iya tak apa,” potong Yoongi. “Kau dimana?”

“A-aku? Oh aku di apartemen sekarang, ada apa?”

“Aku di depan gedung apartemenmu.”

“Maksudmu sekarang? Sekarang kau sedang di depan apartemnku?”

“Eoh- aku tak sengaja lewat dan teringat dirimu jadi aku mampir.”

“Baiklah, aku segera turun.”

.
.
.

Tak tahu mengapa hari ini Yoongi sudah seharian di dalam studionya. Wajahnya berseri, terlihat secuil senyuman yang tersungging di ujung bibirnya. Ia memainkan pianonya dengan lihai, menuliskan beberapa not di buku kecil di hadapannya.

ia menghentingkan kegiatannya dan meraih ponsel yang berada di atas pianonya karena bergetar.

“Halo eomma?”

“Yoongi-ah, kapan kau akan pulang? Eomma merindukanmu.” ucap seorang wanita paruh baya di sebrang telfon.

“Yoongi belum tahu eomma, eomma bisa mengunjungiku jika ada waktu.”
“Maksud eomma, kau pulang ke Korea sekalian untuk melaksanakan pertunanganmu.”

Eomma! Yoongi sudah bilang bukan? Yoongi tidak siap untuk saat ini, beri Yoongi waktu.”

“Sampai kapan nak? Eomma sudah menunggu lama.”

Yoongi menutup telfonnya sepihak. Ia marah, bukan pada eommanya namun lebih tepatnya pada dirinya sendiri. Ia belum bisa menemukan kebahagiannya sendiri, menentukan masa depannya sendiri tanpa campur tangan orang lain sekalipun itu orangtuanya.

Mengambil kunci mobil dan juga coatnya, Yoongi berjalan keluar apartemennya. Dengan keadaan kesal seperti ini, Yoongi biasanya akan mencari udara segar dan merokok. Ia bukan perokok berat, hanya ketika stress melandanya ia akan merokok.

Yoongi melajukan mobilnya, ia tak bisa memikirkan tempat lain yang ingin ia kunjungi saat ini, kecuali apartemen Nayeon yang semalam baru saja ia datangi untuk mengantar wanita yang baru ia kenal itu untuk pulang.

.
.
.

Nayeon melangkahkan kakinya menuruni tangga secara perlahan sehingga tak menimbulkan suara. Itu memang kebiasaanya jika ada seseorang yang sedang menunggu di depan gedung apartemennya sehingga bisa mengagetkannya, walaupun sebenarnya itu adalah hal yang kekanakan.

Ia menepuk pundak pria yang sudah menunggunya pelan. “Hei!”

Yoongi menoleh ke arah sumber suara, melihat dalam tatapan Nayeon membuat hatinya tiba-tiba berdebar sama seperti saat ia membawa Nayeon yang setengah sadar ke apartemennya saat malam mereka bertemu.

“Hei! Kau free?”
Nayeon mengangguk, “Hmm..”

“Bisa kita berjalan sebentar? Aku sedang membutuhkan teman.”

" Tentu, aku akan menemanimu.”

.
.
.

Seorang pria yang menggunakan setelan jas abu-abu, terdengar beberapa kali terdengar helaan nafasnya. Duduk di ruangannya yang besar dan rapi, menandakan jika ia seorang pemilik perusahaan itu, Jungkook.

Sudah terhitung 1 bulan pernikahannya bersama Yeri, namun tak ada satu malam pun yang ia habiskan bersama istrinya. Jungkook lebih sering menginap di hotel daripada rumah yang seharusnya ia dan Yeri tinggali.

"Tuan, ini sudah pukul 10 malam, sebaiknya anda segera pulang." ucap sekretaris Kim yang baru saja masuk ke ruangan Jungkook.

"Aku akan segera pulang sekretaris Kim, tak perlu mengkhawatirkanku, pulanglah dulu."

"Baik tuan, saya pulang dulu."

Jungkook memang orang yang keras kepala, ia akan melakukan apa yang ia inginkan. Walaupun hari-hari mulai berat, setelah ia harus berpisah dengan kekasihnya, Nayeon ia tetap bekerja keras di perusahaannya tak peduli seberapa lelah pikiran dan tubuhnya.

Tak satu haripun ia lewatkan untuk menghubungi Nayeon, walaupun ia tahu jika Nayeon tak akan permah mengangkat panggilannya, setidaknya ia mengirimkan pesan kepada Nayeon tentang perasaannya, bagaimana harinya, apa yang ia lakukan setiap hari.

"Kita belum berakhir Nay, aku masih sangat mencintaimu." gumam Jungkook.

***

Thank youu for vote❤

Melody✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang