Pria yang ia cintai pergi meninggalkannya demi menikahi wanita lain. Hubungan yang mereka jalani selama 6 tahun harus berakhir. Namun, kesedihan Nayeon tak berlarut-larut ketika Yoongi tiba-tiba muncul dalam kehidupannya.
"Her voice suddenly stuck i...
Irene menyusuri kantor baru Yoongi. Walaupun masih baru namun, kantor Yoongi sudah memiliki beberapa karyawan dan finishing untuk desain interiornya pun sudah hampir selesai.
Irene membantu mendesain kantor baru Yoongi. Awalnya Yoongi menolak nya tapi Irene terus memaksanya dengan alasan sebagai teman.
Yoongi masih sibuk untuk merekrut pegawai-pegawainya sehingga itu juga menjadi salah satu alasannya membiarkan Irene membantunya.
Irene tau Yoongi sudah memutuskanya lama hubungan mereka. Namun, Irene dengan perlahan masih mencoba untuk mendapatkan hati Yoongi.
Ia tahu Yoongi sudah memiliki kekasih. Tapi saat ini ia sedang jauh dengan kekasihnya dan Irene mengambil kesempatan itu.
Walaupun Irenelah yang lebih dulu menghianati Yoongi dulu. Namun, saat ini Yoongi telah memaafkannya. Yoongi tahu Irene memiliki kepribadian yang gigih, dan itulah yang membuatnya ia jatuh cinta dulu.
Lagipula Yoongi tak ada alasan lagi untuk tidak memaafkan perbuatan Irene dulu, ia sudah memiliki Nayeon, itu saja sudah cukup bagi Yoongi.
"Kau tak pergi makan siang?" ucap Irene setelah memasuki ruangan Yoongi.
Yoongi menggeleng. "Aku habis ini keluar, menjemput Nayeon, aku akan mengajaknya makan siang." ucap Yoongi tanpa sedikitpun mengalihkan perhatian dengan berkas-berkas di mejanya.
"Yoongi kau tak lupa kan, nanti malam ada acara makan malam bersama keluargamu, keluargaku, dan keluarga-keluarga lain yang sudah menjadi rekan bisnis ayahmu dan ayahku."
"Aku ingat. Aku akan mengajak Nayeon nanti malam ke sana."
Rahang Irene mengeras. Ia geram di dalamnya, ia kesal karena ia lebih memilih Nayeon yang notabene baru ia kenal dalam beberapa bulan saja. Sedangkan ia, Yoongi sudah mengenalnya sudah bertahun-tahun lamanya.
"Yoongi, aku tahu dirimu lebih dari kau mengenal dirimu sendiri. Kau baru mengenalnya beberapa bulan, kumohon jangan mudah percaya dengan orang yang baru kau kenal."
"Aku mengerti diriku Irene. Aku sudah mengenalnya dan aku percaya ia tak ada menghianatiku." Sarkas Yoongi yang saat ini menatap Irene.
"Aku berbicara seperti ini sebagai orang yang sudah lama mengenalmu. Aku tahu kau masih peduli padaku, sebelum akhirnya kau bertemu dengannya, kau masih menyayangiku meskipun aku sudah melakukan kesalahan yang sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahanku. Kau hanya salah paham."
"Walaupun itu salah paham, itu tak akan merubah semuanya. Aku sudah mencintai Nayeon."
.
.
.
Yoongi sudah setengah jam lebih dulu sampai dari jadwal kedatangan Nayeon. Ia sudah menunggu-nunggu momen ini sejak meninggalkan London.
Ia langsung menuju airport yang seharusnya banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Namun demi Nayeon, ia akhirnya menyerahkannya pada asistennya untuk sementara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yoongi bisa melihat Nayeon saat ia melewati pintu keluar. Ia tak bisa menyembunyikan senyumnya saat melihat wanitanya yang sudah sebulan ini tidak berada di sampingnya.
Nayeon menggunakan kaosnya! Kaos yang biasa Nayeon pakai saat ia menginap di apartemen Yoongi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yoongi meraih pinggang Nayeon, mengangkatnya sedikit sehingga bibir mereka bisa saling bertemu.
Raut wajah Nayeon bingung, karena tiba-tiba Yoongo kesal tanpa sebab.
"What?" tanyanya.
Mata Yoongi menyusuri pakaian yang Nayeon pakai dan ia menekan jari telunjuknya pada perut Nayeon.
Nayeon baru paham apa maksud Yoongi. "Baju ini? Oh aku tahu ini milikmu. Aku menggunakannya karena sangat nyaman, berhubung perjalanan London-Korea sangat lama jadi aku menggunakannya."
Yoongi menghembuskan nafas kasar. "Tapi bukan berarti kau bisa menggunakannya di depan umum. Kau hanya boleh menggunakannya di apartemenku saat hanya ada aku."
"Maaf. Aku salah." sesal Nayeon.
Yoongi melepaskan jaket jeansnya dan melingkarkannya pada pinggang Nayeon, mengikatnya di sekeliling perut wanitanya.
"Ini lebih baik." Yoongi tersenyum.
.
.
.
"Aku lapar." ucap Nayeon sambil menoleh pada Yoongi yang sedang menyetir.
"Aku tahu, kita akan makan siang dulu baru aku mengantarkan ke rumahmu."
Nayeon mengangguk.
Yoongi memarkirkan mobilnya di sebuah gedung apartemen, bukan di restoran yang ia janjikan untuk mereka makan siang.
"Bukankah kita akan makan siang?" tanya Nayeon.
"Makan siang di apartemenku. Aku sudah menyuruh asistenku untuk memesankan makanan dan mengerimkannya di apartemenku."
"Kenapa tidak ke restoran saja?"
"Kau tak ingin aku menciumimu di depan umum kan?"
"Kita cuma mau makan bukan bercumbu." kesal Nayeon.
"Jika selesai makan aku akan langsung mengantarmu pulang ke rumahmu, dan mengembalikannya apa ayahmu. Kita akan akan punya waktu untuk berdua."
Napas Nayeon tersendat. Ia tak percaya apa yang baru saja Yoongi katakan.
"Maksudmu-"
"Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Jadi aku hanya ingin berdua saja denganmu. Jika di apartemenku kita bisa makan siang dan juga-"
"Baiklah kali ini aku menurutimu." potong Nayeon sebelum Yoongi melanjutkan kata-katanya.
"Aku menagih janjimu selama sebulan ini Im Nayeon."
"Aku berjanji apa?"
"Menciumimu hingga aku bosan. Namun sayangnya aku tak akan bosan, jadi mungkin sulit untuk kau menghentikanku." Yoongi tersenyum nakal.
"Oke Yoongi. Lakukan dengan cepat, jika kau tidak ingin appa ku marah padamu karena tidak langsung memulangkanku ke rumah."
"Kau mau mau aku melakukan cepat apa?" tanya Yoongi seolah ia seorang innocent.
"Menciumiku dan makan siang. Tidak lebih. Karena aku tahu maksud lainmu tapi tidak hari ini aku masih jet lag."