Yang sangat Nayeon kecewakan adalah mengapa Yoongi tak pernah mengatakan yang sebenarnya. Mereka berada di titik yang sama merasa di khianati oleh seseorang yang mereka cintai.
Hanya saja mereka berbeda. Nayeon sudah tidak lagi mencintai Jungkook itu karena Yoongi. Sedangkan Nayeon tau jika Yoongi mencintainya namun ia tak tau perasaannya pada Irene masih sama seperti dulu atau tidak.
Sudah 3 hari Nayeon maupun Yoongi tak membicarakan tentang hubungan mereka. Mereka hanya berkomunikasi untuk urusan pekerjaan. Dan sesungguhnya itu sangat membunuh mereka.
Malam ini adalah acara pembukaan resmi perusahaan SG Production House. Semua karyawan tak terkecuali menghadiri acara formal tersebut.
Para pengusaha-pengusaha yang sudah menjadi rekan kerja ayah Yoongi pun juga datang mengahadiri, termasuk orang tua Irene.
Yoongi :
Kau datang kan malam ini? karena aku dengar kau tak akan datang.Nayeon memang sudah mengatakan jika tidak akan datang apa acara pembukaan perusahaan pada teman kantornya dengan alasan ia akan pergi bersama appa-nya.
Nayeon tak membalas pesan Yoongi.
Yoongi :
Ingin ku jemput malam ini? Aku tahu kita masih bertengkar tapi setidaknya kau masih milikku jadi aku menawarkan untukmu.Secuil senyum merekah di ujung bibi Nayeon. Namun ia kembali merengutkan bibirnya saat mengingat malam ketika ia dan Yoongi bertengkar.
Nayeon :
Tak perlu.Yoongi :
Aku datang menjemputmu. 20 menit aku akan sampai.Nayeon mendecahkan mulutnya kesal. Ia bahkan tidak ingin datang. Ia bahkan tak punya persiapan sama sekali untuk malam ini.
Nayeon tak menggubris pesan Yoongi yang akan datang 20 menit lagi karena ia sudah memutuskan untuk tidak datang. Nayeon berbaring di sofanya dan menonton film.
Benar. Yoongi datang 20 menit kemudian karena Nayeon mendengar ketukan pintu rumahnya.
Sudah beberapa kali ketukan namun Nayeon tak segera bangkit dari sofanya.
Ia mendengar pintu terbuka dan segera ia bangkit dan melihat bagaimana pintu bisa tebuka. Appa-nya.
"Masuklah dan bicara." Appa Nayeon mempersilahkan Yoongi masuk dan menunjuk ke arah tempat Nayeon berada.
Yoongi mengangguk. "Thank you Sir."
Yoongi sudah siap dengan menggunaka suits yang terlihat sangat pas untuknya.
Appa-nya tahu jika Nayeon sedang bertengkar dengan Yoongi karena sudah beberapa hari Yoongi tak pernah datang ke rumah mereka.
Yoongi menghampiri Nayeon yang masih terbaring sambil menatap layar tv, tidak memperdulikan kedatangannya sama sekali.
Yoongi mengangkat sedikit kedua kaki Nayeon agar ia bisa duduk dan meletakan di pahanya.
Nayeon menarik kedua kakinya agar tidak bersentuhan dengan Yoongi namun Yoongi menahannya.
Yoongi memperhatikan Nayeon, sejujurnya ia sangat merindukan wanita ini.
"Nay ayolah." ucap Yoongi.
"Pergilah Yoongi. Kau menyia-nyiakan waktumu di sini karena aku tak akan ikut denganmu."
"Kita tak bisa saling diam seperti ini terus. Bicaralah Nay." Yoongi memohon.
"Seingatku terakhir kali aku sudah mengatakan jika hubungan ini tak akan berhasil."
"Bukan hanya kau yang memutuskannya. Aku juga memutuskan jika kali ini aku tetap akan mempertahankan hubungan kita meskipun kau bilang tak akan berhasil. Aku tahu, ini akan berhasil."
Nayeon terdiam masih tidak mengalihkan perhatiannya di layar tv.
"Aku mencintaimu Nay."
Nayeon meneteskan air matanya namun dengan segera ia menyekanya.
"Kau masih menyukainya?" ucapnya pelan.
"Jangan pernah sedetik pun berpikir jika aku masih menyukainya Nayeon." tegas Yoongi.
"Tapi kenapa kau membiarkannya terus di dekatmu? Kau membiarkannya membantumu?"
Saat ini Yoongi terdiam.
"Ayolah Yoongi. Kau sendiri yang mengajak untuk bicara." ucap Nayeon yang sudah bangkit baringannya dan menatap Yoongi.
"Karena dia mengira jika aku masih menyukainya dan berpikir jika aku menajalin hubungan denganmu hanya karena untuk mencoba mengalihkan perasaanku padanya."
"Dan apa dia benar?"
"Salah Nay. Aku mencintaimu apapun yang ada pada dirimu bukan karena dia."
"Aku ragu. Aku berpikir dia benar."
"Aku bilang jangan pernah berpik-" ucapan Yoongi terhenti karena ponselnya berdering.
Nayeon melihat layar ponsel yang saat ini Yoongi genggam dan melihat nama Irene di sana.
"Angkatlah. Kekasihmu menelpon." sarkas Nayeon.
Namun Yoongi memilih untuk me-rejectnya.
"Nay kumohon percayalah padaku."
Yoongi menatap lekat Nayeon. Namun Nayeon belum merespon.
Ponsel Yoongi kembali bergetar dan saat ini adalah eommanya yang menelpon. Dan tentu Yoongi mengangkatnya.
"Iya eomma. Aku akan segera kesana."
Yoongu memasukan kembali ponselnya di kantong dalam jasnya. Yoongi kembali menatap Nayeon yang masih diam.
"I'm sorry. Aku harus datang di acara itu. Aku akan kembali tepat setelah acara selesai dan hari ini kita harus berbaikan karena aku sudah tak tahan seperti ini lebih lama."
Nayeon tak menjawab ataupun mengangguk. Ia hanya menatap Yoongi, bukan tatapan marah ataupun tatapan lembut, namun tatapan dimana ia mencoba mengenal Yoongi.
Yoongi bangkit dari sofa dan mengecup lama puncak kepala Nayeon. Dan Nayeon membiarkannya.
Setelah Yoongi keluar dari rumahnya, Nayeon sangat gelisah. Ia percaya Yoongi, karena dari dulu memang seperti itu.
Sudah sejak pagi tadi Nayeon bersikeras dengan batinnya untuk tidak menghadiri acara itu. Namun, ayahnya sudah membujuknya agar ikut acara tersebut.
Appa-nya bilang tak baik untuk selalu terus menghindari masalah dan yang harus mereka lakukan adalah berbicara dan saling mengerti.
Nayeon memahaminya dan dia sendiri sudah berniat untuk berbaikan dengan Yoongi, karena sejujurnya ia sudah tak tahan untuk tidak merindukannya.
***
Akhirnya bisa update!😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody✔
FanfictionPria yang ia cintai pergi meninggalkannya demi menikahi wanita lain. Hubungan yang mereka jalani selama 6 tahun harus berakhir. Namun, kesedihan Nayeon tak berlarut-larut ketika Yoongi tiba-tiba muncul dalam kehidupannya. "Her voice suddenly stuck i...