Chapter 11

1.9K 216 5
                                    

Perkataan Yoongi bukan hanya bualan, sudah seminggu ini ia selalu menjemput Nayeon di kampus, bahkan ia sering menemani wanita itu hingga larut malam untuk mengerjakan tugas akhirnya.

"Jadi kapan kita bisa pulang?" Ucap Yoongi yang sudah terduduk di samping Nayeon sejak beberapa jam yang lalu.

Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih berada di perpustakaan. Lampu-lampu beberapa meja sudah dimatikan, tapi Nayeon masih berkutit dengan macbook dan beberapa tumpukan buku yang berada di sekelilingnya.

Nayeon menutup laptopnya. "Sudah, ayo pulang."

Nayeon beranjak dari tempat duduknya, namun tangannya di tahan oleh Yoongi sehingga menjatuhkan tubuhnya untuk kembali duduk.

Yoongi berdiri dan mengecup puncak kepala Nayeon. "Kerja bagus untuk hari ini."

Yoongi menarik kembali tangan Nayeon dan menggenggaamnya erat. "Ayo pulang." Ajaknya.

Nayeon merona. Pipinya seketika terasa panas. Wajahnya berseri tak terlihat lelah walaupun sudah seharian hanya berkutik dengan laptopnya.

***

Akhirnya malam ini Yoongi bisa bernafas lega karena Nayeon sedang istirahat dari tugas akhirnya. Ya, ia sendiri yang memaksa Nayeon agar berhenti sejenak dari laptop dan buku-bukunya.

Yoongi mengajaknya untuk berjalan-jalan, tanpa adanya kendaraan pribadi, karena Nayeon sedang ingin naik kendaraan umum.

"Apa kau sudah tidak ke bar lagi? Apa kau sudah keluar?" tanya Nayeon.

"Apa aku belum memberitahumu?" Ujar Yoongi menoleh pada wanita di sampingnya.

"Memberitahu apa? Bahwa kau tidak lagi bekerja di bar sebagai pianist?"

"Bukan itu."

"Lalu apa? Kau sekarang pengangguran?"

Yoongi tersenyum remeh. "Kau bilang aku pengangguran? Tapi walaupun begitu aku tetap bisa menghasilkan uang."

"Bagaimana bisa?"

"Karena sebenarnya pemilik bar itu aku." Yoongi menyunggingkan bibirnya karena kemenangan.

"KAU BOHONG!" Nayeon melepaskan tangannya dari genggaman Yoongi.

Sejenak mereka berhenti berjalan. Nayeon ingin mendengarkan penjelasan Yoongi.

"Itu benar, tak mungkin jika aku membohongimu. Aku jatuh cinta padamu karena aku bisa selalu jujur padamu."

"Lalu kenapa kau tak lagi bermain piano disana?"

Yoongi mengambil nafas panjang. "Hm- karena kau Nay,"

"aku tak mau jika kau bersedih lagi memngingat masa lalumu, aku tak ingin kau pergi meninggalkanku karena kau sudah membenci musik." lanjut Yoongi

Nayeon mendekatkan tubuhnya pada Yoongi, meraih salah satu tangannya dan menatap dalam ke netra pria itu.

"Jangan berhenti, alasan aku menyukaimu karena aku bisa mulai mencintai musik karena kau. Kau bermain piano begitu indah seperti eomma, aku menyukainya."

Yoongi meremas tangan Nayeon dan membawanya ke pangkuannya, sesekali ia mengecup lembut tangan mungil itu. Nayeon membiarkannya menyuntuhnya dan menciumnya. Nayeon menyukainya.

Nayeon mendekatkan wajahnya di kepala Yoongi, mengecup lembut pipi Yoongi, tak peduli jika mereka sedang berada di tempat umum- kereta bawah tanah.

***

Irene menatap geram layar ponselnya, ia baru saja mendapat kiriman beberapa foto yang menampilkan Yoongi sedang jalan bersama seorang wanita. Tak hanya itu terdapat pula foto saat wanita tersebut mencium pipi Yoongi.

Apa karena dia Yoongi sudah tak pernah mengangkat telponku?

Bahkan Irene pun tahu, jika wanita yang saat ini selalu bersama Yoongi masih seorang mahasiswa.

Jadi dia yang membuat Yoongi menunda pertunangan?

Irene tak bisa diam saja, jika seperti ini terus mimpinya akan hidup bersama Yoongi akan hilang. Dan ia tak kan membiarkan itu terjadi.

***

Helaan nafas terdengar dari ujung telepon. "Kau ingin aku bagaimana Im Nayeon?" desah Jungkook, "kau ingin aku menceraikannya? Akan kulakukan secepatnya setelah ia melahirkan."

"Sudah terlambat Jungkook-sshi." ujar Nayeon mencoba untuk tetap tenang.

"Aku akan tetap mencoba meskipun terlambat, aku akan mendapatkanmu kembali."

"Mencobalah mencintainya Jungkook-sshi, dia wanita baik."

"Jadi kau menyerah begitu saja dengan hubungannya kita?"

"Bukankah kau yang menyerah dulu, memilih untuk menikahi wanita lain tanpa meberitahuku terlebih dahulu?" suara Nayeon terdengar lemah.

"Nay, orangtuaku memaksaku, jika aku tak melakukannya maka-" Jungkook tak bisa menyelesaikan kalimatnya.

"Aku tahu orangtuamu menentang hubungan kita, jadi akan sia-sia jika kita tetap melanjutkannya." Nayeon memutuskan sambungan telepon.

Nayeon menutup matanya dan merasakan air mata mengalir di pipinya. Ia akan melupakannya, bukan, dia sudah berusaha melupakannya. Walaupun melupakan perasaannya kepada Jungkook bukan sesuatu yang mudah, tapi ia percaya jika Yoongi akan membantunya.

***

Melody✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang