Walaupun bukan pertama kalinya ia tidur di apartemen Yoongi, tapi tetap saja rasanya seperti baru pertama.
Nayeon sangat malu dengan kejadian tadi. Ia bahkan tak mampu untuk menatap Yoongi. Untungnya sejak kejadian tadi Yoongi masuk ke studionya sehingga Nayeon tak perlu repot-repot untuk menahan ekspresi wajahnya karena malu.
Nayeon berada di tempat tidur Yoongi, ia sudah beberapa kali berusaha untuk tertidur tapi ia tak bisa.
Ia keluar dari kamar menuju dapur untuk segelas air putih. Sambil berjalan, netranya mengelilingi seluruh penjuru ruangan tapi tak menemukan apa yang ia cari- Yoongi.
Ia berjalan mendekati pintu studio Yoongi dan membuka secara perlahan. Nayeon menemukan Yoongi di dalam studionya, ia bernafas lega saat melihat Yoongi sedang tertidur pulas di sofa dan masih menggunakan earphone yang menyala.
Nayeon mendekatkan tubuhnya pada Yoongi, melepaskan earphone yang masih terpasang di telinga Yoongi.
Sontak ia terkejut ketika Yoongi membuka matanya dan menarik tangan Nayeon hingga tubuhnya jatuh di dada Yoongi.
"Kau tau berapa besar upayaku menahan untuk tidak menciummu?"
"Lalu mengapa menahan?" Pertanyaan Nayeon seolah menantang Yoongi.
Nayeon tersadar. Sebenarnya apa yang baru saja ia coba katakan. Apa ia mengharapkan saat ini Yoongi untuk menciumnya.
"Belum saatnya."
Baik Yoongi maupun Nayeon belum ada yang ingin menjauh. Wajah mereka hanya bersela beberapa centi.
Mereka bisa merasakan hembusan nafas hangat yang mereka keluarkan.
Nayeon menarik diri dan mulai berdiri. Ia bahkan tak sanggup menatap Yoongi.
"A-aku akan mengerjakan skripsi ku." Ucapnya dengan gugup dan meninggalkan studio.
"Jangan sampai larut malam." Teriak Yoongi memperingatkan.
Berdebar-debar? Tentu. Nayeon selalu merasakan seperti jantungnya ingin copot. Seumur hidupnya Nayeon hanya merasakan seperti ini dua kali. Dua pria yang sudah membuatnya seperti ini, Jungkook dan Yoongi.
.
.
.
Jungkook benar-benar tidak sehat. Sudah seharian ini ia terbaring di rumah sakit.
Ia merasa tertekan, karena semua masalahnya datang secara bersamaan .
Bukan salahnya jika ia sangat merindukan Nayeon saat ini. Saat ia masih bersama Nayeon, wanita itu akan memberikan ketenangan untuknya. Sekalipun itu jauh, suara Nayeon selalu menenagkan hatinya.
Dan baru sekarang ia sadari, jika ia benar-benar membutuhkan Nayeon untuk disampingnya, untuk menangkan hatinya disaat masalah yang sering muncul.
Tengah malam Jungkook terbangun, tak ada seorang pun di kamar tempat di terbaring di rumau sakit.
Ia menangis. Pria itu menangis dalam kesunyian. Berat memikirkan jika tak ada seorang yang bersamanya saat ini. Bahkan orang tuanya sekalipun. Ia tak mengharapkan Yeri yang sudah menjadi istri sahnya selama beberapa bulan terakhir. Ia hanya memikirkan Nayeon, setidaknya mendengar suaranya saja sudah bisa membuat tangisnya berhenri.
Ia mengambil ponsel yang berada di nacas. Menekan nama Nayeon di sana. Ia menelpon Nayeon. Walaupun ia tahu jika, Nayeon tak akan mengangkatnya tapi ia tetap menelponnya.
Tut
Tut
"Ya?" Suara wanita terdengar di seberang sambungan telepon.
Jungkook tak balas menjawab, ia menangis.
"Tak apa, kau kuat Jeon Jungkook," ucap Nayeon. "Kau harus kuat."
Nayeon tahu itu Jungkook. Ia tahu jika Jungkook sedang berada dalam masa sulit. Tak ada niat apapun untuk Nayeon memutuskan sambungan telepon, karena ia tahu Jungkook sedang membutuhkannya.
Walaupun pria itu sudah menyakiti hatinya, tapi ia tak bisa benar-benar membencinya.
"Jangan tutup dulu." Suara Jungkook di tengah isakannya.
"Aku tahu. Aku yang akan berbicara untuk menenangkanmu."
"Lakukan apa yang biasanya kau lakungan jika aku sedang seperti ini."
"Pasti. Jadi apa kau sudah nonton Black Panther? Kau sangat menyukai film Marvel!"
Disaat Jungkook terpuruk dengan masalahnya, Nayeon hanya bisa menghiburnya dengan cara seperti ini, mengobrol apapun yang sama sekali tidak menyinggung masalahnya. Nayeon akan bertanya apapun, sehingga sejenak Jungkook bisa keluar dari keterpurukan.
"Kau tahu, aku tidak suka nonton bioskop sendiri."
"Cobalah. Aku sering melakukannya di sini, itu cukup menghibur diri."
"Baiklah akan segera ku coba."
.
.
.
Yoongi baru saja keluar dari studionya dan melihat Nayeon yang berada di ruang tv sedang tertawa sambil menelpon.
Ia berjalan ke arah Nayeon, dan mengecup belakang kepala wanita itu.
"Kau sedang apa?" Bisik Yoongi di telinga Nayeon yang bukan untuk menelpon.Nayeon terlonjak kaget karena Yoongi tiba-tiba berada di belakangnya. Ia menatap Yoongi kesal.
"Baiklah sampai di sini kau harus istirahat. Bye." Nayeon memutuskan sambungan telponnya.
"Yoongi! Kau mengagetkanku!" Kesal Nayeon dan mencubit perut pria itu.
"Aww! Sakit Nay. Memangnya siapa yang kau telpon?"
"Ayo pergi! Aku sudah menunggumu lama."
Tanpa ada jawaban Nayeon segera mengambil sling bag-nya dan pergi keluar apartemen.
***
Sorry banget baru bisa update sekarang😢
Btw thank youu yang udah mau nungguin❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody✔
FanfictionPria yang ia cintai pergi meninggalkannya demi menikahi wanita lain. Hubungan yang mereka jalani selama 6 tahun harus berakhir. Namun, kesedihan Nayeon tak berlarut-larut ketika Yoongi tiba-tiba muncul dalam kehidupannya. "Her voice suddenly stuck i...