Chapter 16

1.8K 190 7
                                    

Jungkook memasuki kamar inap Yeri. Ia melihat wajah Yeri yang masih tertidur karena pengaruh obat, wajahnya begitu tenang—karena ia belum tahu apa yang telah terjadi. Jungkook bisa membayangkan apa yang akan terjadi saat Yeri mulai tersadar.

Orangtua Jungkook dan juga Yeri sudah pulang karena saat ini sudah larut malam, dan Jungkook akan mengabari mereka jika Yeri sudah sadar.

"Jungkook."

Jungkook belum sempat tertidur saat Yeri memanggil namanya. Ia langsung berdiri dan menghampir tempat tidur Yeri.

"Apa yang terjadi?" tanya Yeri lemah.

"Kau pingsan di kamar mandi."

"Lalu apa aku baik-baik saja? Bagaimana dengan ba-" Yeri seketika terdiam saat tangannya mengelus perutnya yang rata.

"Apa yang terjadi Jungkook!"

Yeri meronta hingga semua selang yang terpasang pada tubuh Yeri terlepas dari tempatnya. Jungkook berusaha menenangkannya dengan memegang erat kedua bahu Yeri. Namun, Yeri masih berusaha melepaskan cengkraman Jungkook.

Yeri berteriak dan menangis, membuat hati Jungkook merasa tercabik-cabik. Jungkook tak berhasil menenangkan Yeri, alhasil perawat memberinya obat penenang.

.

.

.

3 hari setelah Yoongi ke Korea, Nayeon menunggu-nunggu telpon pria itu karena ia belum menghubunginya lagi sejak mendarat di Korea. Berkali-kali Nayeon menatap layar ponselnya, tapi tak ada satu pun pesan yang masuk. Ia takut jika ia menghubungi Yoongi, waktunya tidak tepat karena Yoongi juga sudah berjanji untuk menelponnya.

Yoongi hanya bilang jika ia pulang ke Korea untuk bertemu dengan orangtua mereka, ia tak bilang ada alasan lain. Nayeon bahkan rela tidur malam untuk berjaga-jaga jika Yoongi akan menelponnya saat pagi hari di Korea—mungkin saja Yoongi lupa ada perbedaan waktu Seoul dengan London.

Nayeon dengan ragu menekan tombol send, tapi dengan tidak sengaja ia menekannya dan mengirim pesan pada Yoongi.

Nayeon : Hubungi aku, jika kau tidak ingin aku mabuk bersama orang asing di club!

Mata Nayeon membelalak karena ia baru saja melakukan kesalahan. Sebenarnya ia tak bermaksud begitu, ia hanya terlalu kesal karena Yoongi belum juga mengubunginya. Tapi Nayeon akan lebih kesal lagi jika Yoongi tidak segera menghubunginya.

Namun, itu satu-satunya cara jika Nayeon ingin Yoongi segera menghubunginya. Yoongi melarang Nayeon untuk datang ke club tanpa dirinya, karena terakhir kali yang ia ingat saat ia di club ada pria asing yang ingin mengajaknya saat mabuk.

Nayeon menunggu balasan Yoongi, namun read pun tidak. Nayeon menunggu hingga tertidur.

Nayeon terbangun ketika ponselnya tak berhenti berdering, ia pikir itu alarm tapi saat ia menatap ponselnya Yoongi sedang menelponnya. Tanpa ragu Nayeon langsung cepat mengangkatnya.

"Kau dimana? Kenapa baru diangakat? Sudah 3 jam aku mencoba untuk menghubungimu." kesal Yoongi.

"Kau yang dari mana saja, kau tidak menelponku sama sekali."

"Jangan mengubah topik pembicaraan Im Nayeon." tegas Yoongi.

"Aku tertidur." jawab singkat Nayeon.

"Kau tak benar-benar bermaksud untuk mabuk dengan orang asing kan?"

"Apa yang kau katakan? Kau sendiri yang melarangku, kau tak percaya padaku?"

"Kau lupa? Beberapa jam yang lalu kau mengirimi pesan ancaman untukku? Apa kau mabuk saat mengirimnya?"

Nayeon baru ingat ia semalam mengirim pesan pada Yoongi. "Oh- aku tak bermaksud, aku hanya kesal karena kau tak segera menghubungiku."

"Maaf. Aku sangat merindukanmu."



Sudah satu jam berlalu Yoongi menelpon Nayeon. Yoongi tak henti-henti mengatakan ia sangat merindukan gadisnya, dan itu sama sekali tak membuat Nayeon bosan.

"Tidurlah, aku tahu di Korea sudah jam 2 malam, dan karena aku harus berangkat ke kampus untuk bertemu dosen pembimbingku." ucap Nayeon di tengah-tengah ia berpakaian.

"Yoongi kau tak apa?" sahut Nayeon setelah beberapa saat tak mendengar suara jawaban Yoongi.

"Aku mengantuk, aku akan tidur. Kau hati-hati dan jangan macam-macam saat aku jauh darimu." ucap Yoongi di ujung telpon.

Suara Yoongi tidak seperti biasanya, suara sedih dan lemah—meskipun ia barusan berkata untuk megaskanku. Tapi Nayeon tahu Yoongi sedang tidak baik-baik saja. Namun, Nayeon tak ingin mengusiknya jika Yoongi belum ingin memberitahunya apa yang terjadi padanya.

"Beritahu aku jika terjadi sesuatu, secepatnya dan jangan buat aku menunggu."

"Aku tahu. Maaf membuatmu menunggu dan tidak menelponmu kemarin, aku jet lag."

"Aku tahu. Aku sempat berpikir kau kabur dariku."

"Jangan berani-beraninya berpikir begitu, karena itu tak akan terjadi Im Nayeon!"

Nayeoen terkekeh mendengarnya, "Iya Mr. Pianist aku tak akan berpikir begitu lagi. Cepatlah pulang!"

"Baiklah. Hati-hati di sana sayang."

Nayeon tak bisa menyembunyikan senyumnya setelah mendengar ucapan Yoongi yang terakhir, itu membuatnya bunga-bunga seketika tubuh di perutnya dan menjalar hingga dadanya. Ia membenci saat kata-kata manis yang terucap dari bibir Yoongi untuknya memberi efek yang kuat untuk tubuhnya.

***

Melody✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang