Pria yang ia cintai pergi meninggalkannya demi menikahi wanita lain. Hubungan yang mereka jalani selama 6 tahun harus berakhir. Namun, kesedihan Nayeon tak berlarut-larut ketika Yoongi tiba-tiba muncul dalam kehidupannya.
"Her voice suddenly stuck i...
"Hanya 1 bulan sayang. Setelah 1 bulan aku sudah ada berada di Korea." ucap Nayeon membujuk Yoongi.
Yoongi mengerang frustasi. Mengacak-acak rambut belakang kepalanya yang menempel di kepala ranjangnya.
Yoongi ingin sekali menunggu Nayeon agar mereka bisa pindah bersama ke Korea. Namun, rekan bisnisnya menginginkan Yoongi untuk segera ke Korea untuk keperluan perusahaan barunya
Nayeon menggulung rambutnya hingga leher putihnya terlihat sempurna di mata Yoongi. Membuat Yoongi tak bisa mengalihkan perhatiannya.
Yoongi bergerak mendekati Nayeon yang duduk di ujung tempat tidurnya. Berada tepat di punggung Nayeon, ia mulai mengecupi leher belakang wanitanya.
"Bagaimana bisa selama 1 bulan aku tidak menciummu? Jika hanya sedetik saja kau jauh dariku rasanya aku ingin segera menciummu seperti ini." ucap Yoongi yang masih mengecupi leher hingga turun di tulang belikat Nayeon diluar kaos tipisnya.
Nayeon menoleh pada pria di belakangnya. "Kalau begitu, kita tak perlu bertemu sementara sampai persiapan pindahmu selesai. Kau akan sibuk sehingga kau melupakanku sementara."
Yoongi menyernyitkan kedua alisnya bingung. "Kau pikir jika aku sibuk aku akan melupakanmu?"
Nayeon mengangguk."Itu berhasil pada Jungkook. Ia sibuk dengan pekerjaannya dan ia lupa denganku sesaat."
Yoongi mendorong tubuh Nayeon hingga terjatuh di kasur dan bergerak di atas tubuh Nayeon.
"Tolong jangan menyebut nama pria lain saat kau berada di tempat tidur bersamaku. Tidak. Karena hanya aku pria yang boleh berada di satu tempat tidur denganmu."
Belum sempat Nayeon memprotes Yoongi sudah melumat bibir Nayeon kasar.
Yoongi segera menyadari perbuatannya dan melepaskan ciuman kasarnya pada Nayeon. "Maaf aku salah. Aku kelepasan. Aku hanya kesal saat mendengar nama mantanmu."
Nayeon tersenyum. "Yoongi it's okay. Aku tahu kau kesal karena kau cemburu dan itu mendandakan kau menyayangiku."
Yoongi masih berada di atas tubuh Nayeon dengan tepalak tangan sebagai tumpuhan agar tidak mendidih tubuh Nayeon.
"Aku mencintaimu. Dan cara yang mantanmu lakukan itu tak akan berhasil padaku."
"Tapi kau harus segera ke Korea. Kau tidak ingin rekan bisnismu membatalkannya bukan?"
"Aku tahu. Tapi-"
"Tidak ada kata tapi. Yoongi kau harus pergi secepatnya. Setelah wisuda aku akan mengurus kepindahanku secepatnya, mungkin tidak sampai 1 bulan aku akan ke Korea menyusulmu, aku akan mengusahakannya.
"Baiklah apapun perkataanmu akan aku turuti." Yoongi mengecup puncak hidung Nayeon.
"Oh dan satu lagi. Apa saat kita di Korea nanti kau mau tinggal bersamaku?"
"BIG NO! Yoongi kau gila?! Apa yang nanti appa katakan?!
Yoongi terkekeh melihat ekspresi kesal Nayeon. "Tentu aku bercanda! Aku tak mau appamu melihatku pria brengsek."
"Yoongi itu tidak lucu." Nayeon mendorong dada Yoongi sehingga menyingkir dari atas tubuhnya.
Nayeon berjalan keluar dari kamar Yoongi.
Nayeon mengambil beberapa barangnya untuk segera pulang ke apartemennya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanpa Nayeon ketahui, Yoongi sudah berada di belakangnya dan membalikan tubuh Nayeon dengan tangan yang sudah penuhnl dengan barang-barang bawaannya.
Yoongi mengambil semua barang yang ada di tangan Nayeon dan melemparkannya di sofa.
"Ini masih pagi. Nanti saja akan ku antar kau pulang."
Nayeon menuruti Yoongi. Tanpa berkata apapun, ia pergi menuju dapur dan meninggalkan Yoongi di tempat.
Yoongi mengikuti Nayeon menuju dapur. Nayeon mengambil sekotak sereal di kabin dapur.
Nayeon hanya menggunakan kaos kebesaran milik Yoongi yang hanya menutupi sebagian paha atasnya.
Yoongi hanya bisa menggigit bibir bawahnya melihat keseksian Nayeon.
"Setelah ini aku akan pulang. Dan kau harus selesaikan apa yang perlu untuk kepindahanmu. Aku juga harus mengurus berkas-berkas di kampus." ucap Nayeon seraya menuangkan sereal di kedua mangkok di konter dapur.
Yoongi duduk tepat di hadapan Nayeon. Tak bisa berhenti memperhatikan wajah polos tanpa make up wanita bergigi kelinci itu.
"Lalu kapan aku boleh bertemu denganmu lagi? Nanti malam?" tanya Yoongi.
Nayeon menggeleng.
"Besok?" tanyanya lagi.
Nayeon masih diam tak menjawab.
"Lusa?"
"Mungkin. Asal semua urusahanmu sudah selesai, kau boleh bertemu denganku." jawab Nayeon tanpa menatap Yoongi.
"Nay! Kau serius?"
"Aku serius sayang. Semakin cepat kau selesai urusanmu semakin cepat kau bertemu denganku. Jadi cepat selesaikan." tegas Nayeon.
"Hari ini aku akan menyelesaikanya. Besok mau tidak mau kau harus bertemu denganku. Aku akan menjemputmu di kampus. Oh bukan. Aku akan menjemputmu di apartemenmu dan menemanimu seharian."
Nayeon ingin memprotes tapi dipotong oleh Yoongi. "Ini bukan pertanyaan. Ini perintah."
Nayeon mengangguk pasrah.
Bukankah tadi Nayeon yang memberi perintan pada Yoongi, tapi mengapa sekarang Yoongi yang memberinya perintah.