Min Yoongi menatap heran pada wanita di hadapannya saat ini. Bagaimana tidak, sedari tadi Nayeon benar-benar berbicara banyak tidak seperti biasanya. Bahkan Nayeonlah yang mengajaknya untuk makan di restoran mewah di sini.
"Pilihlah aku yang akan mentraktir." ujarnya yang melihat Yoongi sama sekali tak membuka buku menunya.
"Kau berbeda hari ini." Ucap Yoongi sambil menyipitkan matanya menatap Nayeon.
"Aku menggerai rambutku? Mungkin karena aku tidak sering melakukannya."
"Bukan, kau sangat cerewet hari ini." Yoongi terkekeh melihat ekspresi Nayeon yang kesal padanya.
"Aku tak tahu, hari ini semua berjalan dengan mulus."
"Baiklah kalau begitu aku yang akan mentraktirmu, sebagai hadiahmu untuk hari ini."
"Tak perlu aku akan mentraktirmu, cepat pilihlah."
"Kau yakin? Kalau begitu aku akan pesan white truffles pasta dan segelas wine yang berumur 40 tahun." ujar Yoongi santai setelah membuka buku menunya.
"Ya! ya! jangan yang mahal, kau tau kan bagaimana kantong mahasiswa."
Yoongi terkekeh melihat wajah Nayeon yang memerah karena kesal. "Aku bercanda, baiklah kau yang memilih menunya, aku akan mengikutimu."
Nayeon bernafas lega, karena Yoongi tidak benar-benar memilih menu itu.
Alasan sebenarnya Nayeon terlihat sangat bahagia adalah karena Appanya, ya, satu-satunya pria yang hanya Nayeon miliki saat ini telah memberikan dukungan penuh pada Nayeon untuk melakakukan hal-hal Nayeon inginkan, seperti menyanyi misalnya.
"Appa aku ingin mengatakan sesuatu," Ucapan Nayeon tampak ragu, "tapi sebenarnya ini tidak terlalu penting, aku hanya ingin memberitahu appa."
"Tentang apa?"
"Hm- sepertinya aku ingin mulai untuk bernyanyi lagi."
"BENARKAH?!" Nayeon bisa mendengar suara appanya yang sangat antusias.
"Iya appa, dan aku sudah pernah melakukannya sekali." Terlihat wajah Nayeon yang mulai berseri saat ia mengingat dimana ia bernyanyi secara tidak sengaja.
"Appa sangat mendukungmu, jadilah apa yang kau mau," terdengar suara lega dari sebrang telpon, "sebenarnya siapa pria yang sudah membuatmu ingin bernyanyi lagi eoh? Appa ingin bertemu."
"Appa datanglah kesini, aku akan mengenalkannya pada appa, nde."
"Baiklah appa akan mencari waktu luang."
.
.
.
Irene geram setelah beberapa kali telponnya tak kunjung Yoongi angkat. Sebenarnya mereka serig berkomunikasi, bahkan Irene juga serig menelpon Yoongi, tapi akhir-akhir ini Yoongi sama sekali tak menerima telponnya.
Aish! Apa yang dia lakukan hingga mengangkat telponku saja tak bisa?
Irene juga sudah menlpon beberapa kalk ke bar music live milik Yoongi, namun mereka berkata jika Yoongi belum ke bar lagi sejak minggu lalu.
Hari ini bukan kali pertamanya bagi Irene ketika Yoongi tak mengangkat telpon darinya. Awal hubugan mereka memang tak berjalan mulus- mungkin sampai saat ini pun juga tidak, Yoongi selalu mencari alasan untuk membatalkan acara kencan mereka. Walaupun Irene sudah berusaha bagaimana pun, Yoongi tetap tak sedikitpun memperhatikan Irene.
Namun, setelah beberapa bulan setelah orang tua mereka mengumumkan tentang perjodohan mereka, Yoongi seolah berubah ia sudah mulai memperhatikan Irene, bahkan tak jarang ia menelpon Irene lebih dulu.
Alasan perubahan Yoongi tak lain dan tak bukan tentu karena dorongan dari orang tuanya selain itu, Yoongi tak kunjung menemukan wanita yang cocok untuk walaupun banyak wanita-wanita yang mencoba untuk mendekatinya.
Dan saat ini Yoongi kembali seperti dulu kepada Irene, alasannya karena Nayeon. Ya, Yoongi yakin jika Nayeon wanita yang selama ini ia cari.
.
.
.
Yoongi :
Sedang apa? Aku merindukanmu.
22.05Nayeon :
Ya! Baru kemarin kita bertemu! Aku masih di kampus, sebentar lagi pulang.
22.08Yoongi :
Ya! Bukankah sudah ku bilang jika pulang malam kau harus menelponku?! Tetap disana sebelum aku menjemputmu!
22.09Nayeon :
Tapi aku bisa pulang sendiri. Masih banyak kendaraan umum.
22.10Yoongi :
Diam di tempatmu sekarang! Aku menjemputmu!
22.11Apa boleh buat Nayeon harus menuruti perkataan Yoongi, lagipula tak ada ruginya juga jika ada yang menemaninya pulang. Walaupun terkadang Yoongi sedikit pemaksa, tapi Nayeon sama sekali merasa tidak terganggu.
Nayeon berdiri di depan gedung perpustakaan kampusnya menunggu kedatangan Yoongi sudah hampir 15 menit yang lalu ia berada di luar dengan udara yang sangat dingin.
"Aissh! Kenapa aku lupa membawa sarung tangan!" Ucap Nayeon sambil menggosakan telapak tangannya dan menempelkannya di kedua pipinya.
Nayeon melihat pria yang menuju ke arahnya, terlihat jelas walaupun hanya ada beberapa lampu penerangan jaoan yang menyala. Bukan pria asing baginya, ialah Yoongi.
"Aku menyuruhmu untuk menunggu di dalam bukan di luar." Yoongi meraih tangan Nayeon dan memasukannya kedalam salah satu saku coatnya.
Yoongi mengerutkan kedua alisnya, ia terlihat sangat kesal. Ia menarik tubuh Nayeon untuk mendekat padanya.
"Kau akan susah mencariku, karena banyak lorong-lorongnya." Elak Nayeon.
"Tak masalah, daripada kau harus berdiri kedinginan di sini."
"Dan kau kenapa masih di kampus malam begini? Kau tak tahu bagaimana sepinya jalan menuju pulang eoh?" Lanjut Yoongi.
"Aku sedang menyusun tugas akhir jadi mungkin akan lebih sering pulang malam."
"Kalau begitu aku akan menjemputmu setiap hari."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody✔
FanfictionPria yang ia cintai pergi meninggalkannya demi menikahi wanita lain. Hubungan yang mereka jalani selama 6 tahun harus berakhir. Namun, kesedihan Nayeon tak berlarut-larut ketika Yoongi tiba-tiba muncul dalam kehidupannya. "Her voice suddenly stuck i...