Menunggu waktu.. (3)

218 10 0
                                    

"dhini, lo pesan apa biar gue pesanin?" tanya tasya

"ehhmm serah lo aja deh, gue samain aja sama lo" balas dhini

"ok, gue pesanin mie ayam ya"

Setelah selesai, bel berbunyi tanda mereka harus kembali kelapangan. Matahari mulai naik, cahayanya pun semakin terik. Berharap angin berhembus malah panas yang mereka dapat, mereka yang tidak tahan selalu mengibaskan wajahnya.

Merasa kasihan, akhirnya para peserta dipindahkan ke aula.

Bosan, itu yang mereka rasakan dari pagi dan setelah selesai istirahat mereka hanya mendengarkan kata sambutan yang berkelanjutan.

Alex yang begitu kesal, akhirnya dia mengeluarkn uneg-unegnya.

"kapan mulainya sih? daritadi  sambutan mulu, kalo mau ceramah dimesjid sana.." teriak kesal alex.

Kesal dengan perkataan alex, tapi mencoba tetap sabar menghadapi anak itu, kalau dia ingin marah bisa saja, tetapi citranya sebagai ketua osis akan tercoreng buruk.

"ok baiklah, kita mulai saja acara mosnya" teiak ketua osis dengan sabar.

Akhirnya mos pun dimulai.....

###

Setelah seminggu, akhirnya kegiatan mos berakhir. Semua murid kelas X  tampak senang bisa mengikuti kegiatan belajar, pada saat kegiatan mos terakhir siswa-siswi sudah ditentukan kelasnya berdasarkan urutan nama pendaftaran.

Dan si tasya mendapat kelas X-IPA3, sama halnya dengan dhini yang tidak berada jauh namanya dari tasya. Mereka tertawa riang bisa sekelas. Sedangkan alex dkk mendapat kelas X-IPA1 karena saat pendaftaran alex dan si gengnya itu sama-sama mendaftar.

Saat tasya memasuki gerbang, dia melihat dhini dan nanda sedang berjalan. Tasya pun menghampiri mereka.

"Hei.." Sapa tasya yang memegang pundak nereka.

Mereka pun menoleh, saat ada seseorang yang menepuk, ternyata sosok tasya.

"eh.. Tasya" balas mereka.

"gue senang karna kita bisa sekelas" kata tasya dengan senyum manisnya.
"yoi.. Takdir telah mempertemukan kita lagi, hahaha" tukas nanda.

Brumm...

Geng alex datang dengan mogenya, semua mata memandang mereka, ini bukan pertama kalinya mereka berbarengan tetapi tetap saja ketika mereka datang sebuah pemandangan yang menghebohkan para siswa lain terutama siswi-siswinya, pastinya mereka akan berteriak histeris seperti selebriti.

"kenapa sih cewek-cewek pada heboh lihat mereka, apa asiknya coba?" tanya tasya yang heran.

"masa lo nggak nyadar sih kegantengan mereka, ya kecuali 1 orang" balas nanda yang mulai heboh juga.

"hahhh..1 orang, siapa?" potong dhini.
"vero, wajahnya standar". Jawab nanda.

"lo pintar ngejudge orang" balas dhini.

Yang menjudge malah tertawa terkekeh.

"kalo aku sih biasa aja" jawab tasya.
"hahh.. Lo demam?" tanya nanda sambil memegang kening tasya.

"iihh apa'an sih? Gue normal dan sehat" balas tasya yang merasa
risih keningnya dipegang.

"gue nggak suka cogan, pastinya mereka playboy. Apalagi yang pake pengikat kepala, gue sebel banget" jengkel tasya.

"kenapa?" tanya serempak.

"dia pernah nolongin gue, waktu gue diganggu kakak kelas" jawab tasya.

"what?"
Mereka melongo tidak pecaya.

"iya, gue ditolong dia, tapi gue nggak suka sikapnya yang so cool itu, gue bilang makasih tapi sikapnya malah cuek, cowok dingin" jelas tasya.

"gue nggak percaya lo ditolong dia" takjub nanda.

"apa hebatnya sih?" tanya tasya dengan heran.

"secara dia anak pengusaha besar tommy mahendra, mata dan hidungnya seperti ibunya, ibunya kan blasteran arab dan pastinya dia mewarisi ketampanan ayahnya, lengkap 1 paket" terang nanda.

"kok lo bisa tau segalanya tentang dia?" tanya tasya.

"hehe.. Sepupu gue 1 smp sma dia" jawab nanda.

"kepo banget lu sama tuh orang" balas tasya.

Alex memarkirkan motornya dan melepaskan helm yang menutup wajahnya. Seketika suara riuh dari para cewek, semenjak dia masuk gerbang cewek-cewek sudah meneriakinya, dia hanya bersikap dingin "para cewek alay" itu yang dikatakannya didalam helmnya. Tapi hanya 1 sosok yang dia perhatikan cewek itu hanya bersikap sinis, padahal dia berharap cewek itu akan memberikan senyum kepadanya tapi ternyata tidak.

Kenapa? Itu yang terbesit dihati cowok tampan itu.

Dia masih saja melihat tasya dari kejauhan, dia rela berjalan dibelakangnya agar dapat melihat gadis pujaannya tersenyum manis.

"bro kita terobos tuh gerombolan cewek rempong" ujar vero.

"nggak usah, biarin aja kita ngalah aja" balas alex

"lo tumben banget mengalah" curiga vero.

"nggak apa-apa"ucap alex yang masih memandang tasya.

Ari heran dengan perubahan drastis sahabatnya. Biasanya siapa pun yang menghalangi jalannya pasti akan bermasalah, dia tidak segan-segan mendorong dengan kasar, entah itu cowok atau pun cewek. Tapi tidak untuk 3 cewek yang didepan, seperti sengaja melambatkan langkahnya. Terbesit dipikiran ari :

3 cewek ini pasti ada yang disukainya.

Jangan lupa divoment ya, biar aku tahu letak salahku 😁😁

You (just for me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang