Kekhawatiran (14)

118 5 0
                                    

Aku ingin kamu baik-baik saja disana, bukan kabar yang membuat hatiku hancur

"nenek"

"selamat nenek anda melewati masa-masa kritisnya" ucap dokter

"terima kasih dok"

"jangan berterimasih dengan saya, ini kuasa tuhan yang menyelamatkan nenek anda"

Alex dan naya kelewat bahagia, betapa senangnya neneknya sudah sadar kembali.

Naya pun buru-buru menghubungi, keluarganya, untuk mengabarkan kabar bahagia ini.

Sedangkan alex masih menggenggam tangan neneknya.

"alex"

"iya nek"

"kamu sudah besar dan tampan"

"alex memang tampan nek, gen nenek dan kakek"

"kamu bisa aja"

"nenek istirahat dulu"

Neneknya pun terpejam, untuk mengistirahatkan tubuhnya. Alex hanya menatap wajahnya yang sudah dimakan usia.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"ada apa ri"

"tasya pingsan, sekarang kami di klinik"

"kok bisa"

"nggak tau, dia ditemuin dhini dikelas, tapi dhini lihat gerombolan shila keluar dari kelasnya"

"ri gue minta lo jagain tasya, secepatnya gue akan pulang"

"ok"

Alex bingung harus apa? pikirannya begitu kacau, dia baru saja merasakan bahagia neneknya sadar, tapi dia harus mendapatkan kabar buruk bahwa kekasihnya dibully.

Gue harus apa? Batinnya.

Keluarganya tiba dirumah sakit, mereka bahagia atas berita ini.

"alex, nenekmu"

"Ssstt nenek istirahat"

Mereka pun tidak mengeluarkan suara berisik untuk tidak mengganggu wanita renta itu.

Alex masih dengan khawatirnya, ia memberanikan diri untuk meminta izin pulang.

"mah" sapa alex.

"apa alex" sahut nindya.

"aku boleh pulang" ragu alex.

"nenekmu kan baru sadar sayang" balas nindya

"aku udah banyak ketinggalan mah" bohong alex.

"biarin aja mah, nggak bagus banyak ninggalin sekolah, kan mama sudah sadar juga" ralat tommy.

"ya udah, kamu pulang juga naya?" tanya nindya pada naya.

"kayanya mah, rumah sakit kayanya butuh aku mah, aku ditelpon terus dari kemarin" jawab naya.

"ya udah kalian hati-hati"

Mereka pun menyalami punggung tangan orang tua mereka dan pamit.

Selagi dijalan alex begitu cemas tidak tenang. Naya mengerutkan dahinya melihat tingkah adiknya.

You (just for me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang