[1] Si Pemuda Pendaki

487 48 45
                                    

"KUPIKIR, kita harus mengakhiri ini semua." Kata gadis berambut lurus sepunggung itu.

Sembari mengayunkan gagang penyapu, aku memandanginya sangsi. Gadis itu sudah melemparkan penyapu ke dalam loker dan menendang pintu loker hingga berdebam. Loker tertutup rapat, ia pun berbalik badan dan mendengus kesal.

Aku heran, kenapa gadis berpenampilan semanis dirinya bisa memperlakukan benda-benda yang tak bernyawa itu secara kasar.

"Kita masih harus mengepel," kataku, lalu beralih memandangi ember hitam yang telah diisi airnya oleh salah seorang teman sekelas kami sebelumnya, "kelas harus benar-benar bersih sebelum—"

Belum aku selesai berbicara, seseorang telah menyentak gagang penyapu dari genggamanku. Aku sontak kaget, namun tak membuatku begitu amat kaget saat tahu gadis itulah yang telah melarikan penyapuku.

"Sebelum jam empat." Imbuhnya. Ia melakukan hal yang sama terhadap penyapuku seperti bagaimana ia memperlakukan penyapu miliknya. "Kita tak harus mengepel." Ujarnya. Ia sekilas memandangiku sebelum menghilang bersama ember hitam berisikan air setelah melewati pintu.

Aku mengedikkan bahu, masih terheran dengan sikapnya. Aku pun bergerak ke setiap meja untuk menurunkan kursi di atasnya. Tak lama terdengar suaranya lagi.

"Lagi pula, kenapa harus kita berdua yang selalu ditinggalkan saat piket kelas?" omelnya, ia ikut serta menuruni kursi di atas meja di sampingku. "Maksudku, teman-teman yang dijadwalkan piket hari ini! Oh, astaga! Ketua Kelas bahkan membiarkan kita mengantarkan buku harian ke ruang guru. Itu kan tugasnya!"

Perkataan gadis itu sesungguhnya benar. Setiap kali piket kelas, murid-murid di kelas yang mendapati jadwal piket yang sama seperti kami akan segera meninggalkan kami dengan berbagai macam alasan, dan pada akhirnya kami terpaksa melakukan segala macam kegiatan piket kelas seperti: menaikkan kursi ke atas meja, menyapu dan mengepel lantai, membersihkan papan tulis, mengelap jendela, dan menurunkan kursi dari atas meja. Aku tak masalah akan hal itu, secara harfiah itu adalah masalah terbesarku hingga keinginan untuk menyobek lembar jadwal piket kelas yang menempel di dinding terus mencuat-cuat di benakku.

Namun, aku masih dapat menahan keinginan gilaku itu. Tetapi, tidak dengan gadis yang sedang bersamaku ini. Meskipun sebelumnya ia berkata "tak apa-apa" saat murid yang dijadwalkan piket hari ini akan memberikan semua pekerjaan kepadanya, ia bahkan tak bisa berhenti marah-marah di saat kelas sesepi ini, hingga sekarang.

Aku berpindah ke meja berikutnya, gadis itu juga ikut berpindah. "Nitani-san harus mengikuti latihan memanah, Sakurai-kun harus menghadiri rapat OSIS, Hiyama-kun sedang tak enak badan, dan...."

"Dan Si Cellis Jenius Kita tak bersekolah hari ini." Sambung gadis itu sembari meletakkan kursi dari atas meja dengan amat kasar.

Seketika aku terpaku memperhatikan kursi tersebut, bukan karena mengasihani benda tak bernyawa itu. Aku hanya berpikir, rasanya sudah sangat lama tidak melihat si pemilik bangku tersebut menempatinya.

"Semua orang selalu punya alasan untuk kabur dari tanggung jawab!"

Aku menghela napas panjang dan menurunkan kursi terakhir.

"Akhirnya selesai!" ucap gadis itu, girang. Setelah mengambil tas masing-masing di meja, ia menggamit lenganku sembari melewati pintu. "Yurika, bagaimana kalau sekarang kita pergi ke toko kue kemarin? Kau tahu, aku ketagihan dengan rasa cheesecake-nya."

"Ya," sahutku, "setelah kita mengantarkan ini." Aku mengangkat tanganku untuk memperlihatkan buku harian yang telah ia lupakan di atas meja depan tadi. Ia mengerjap, kemudian menepuk jidatnya.

"Oh, ya ampun! Aku benar-benar lupa."

***

Si Gadis Pelupa yang sedang bertele-tele menanyakan semua kue di balik etalase konter kepada seorang pelayan wanita, bernama Nagahama Ayami. Sedari awal masuk SMA, gadis itu selalu mengekoriku ke mana-mana dan aku—mau-tak-mau—juga harus mengekorinya ke mana-mana karena kami tak pernah bergabung ke kelompok pertemanan mana pun di kelas.

Season To Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang