[8] Melepas Rindu Bersama Big Mac

100 23 23
                                    

PAGINYA, Kawamura Aki masih saja menggangguku.

Sebenarnya, ia tak sungguhan menggangguku. Ia hanya mengekoriku berangkat ke sekolah dan terkadang mengajakku berbicara. Aku tak mengacuhkannya karena bagiku ia sangat mengganggu. Entah mungkin karena suara beratnya yang terasa mengusik pendengaranku.

Kendati merasa terganggu atas kehadiran Aki, pagiku kembali cerah dan sejenak melupakan kekesalanku terhadap Aki karena melihat Ryosuke telah mengisi bangkunya yang sebelumnya kosong selama seminggu lebih.

Jam pelajaran pertama pun dimulai, Shiraishi-sensei memerintahkan kami untuk membuka buku paket Ilmu Kemasyarakatan pada halaman 175. Kudengar seseorang sedang mengacungkan tangan. Semua pasang mata beralih ke arah orang tersebut, tak terkecuali aku. Oh, Aki ternyata.

"Sensei, aku tak membawa buku paket." Ujarnya.

Shiraishi-sensei membenarkan letak kacamatanya, "Kenapa kau tak membawanya, Kawamura-kun?"

Pemuda itu mengangkat bahunya, "Aku belum terbiasa dengan jadwal yang baru. Jadi aku lupa membawanya." Tuturnya sembari menyengir, lalu ia menunduk, "Maafkan aku, sensei."

Pria dengan rambut yang nyaris beruban itu kembali memandangi buku paketnya, seakan Aki adalah seonggok barang yang tak berguna.

"Berbagilah dengan Okazaki-san." Ucapnya, kemudian. Tak lama pandanganya terangkat ke arahku. "Okazaki Yurika-san?"

Aku mengangkat sebelah alisku. "Ya, sensei?"

"Kawamura-kun tak membawa buku paketnya. Berbagilah buku paketmu dengannya." Jelas Shiraishi-sensei.

Aku masih terpaku memandangi beliau. Namun, pria itu sudah kembali mengamati buku paketnya.

Aku menoleh ke samping saat Aki menyatukan mejanya dengan mejaku. Tiba-tiba saja aku ingin memprotes Shiraishi-sensei. Tetapi, sudah terlambat untuk memprotes. Sekarang, kami tampak tak berjarak.

Sewaktu ia tersenyum dan menyapaku, aku sungguh memerlukan Pintu Ke Mana Saja milik Doraemon.

***

Ryosuke bilang, sepulang sekolah ini ia akan mengikuti latihan untuk persiapan lomba orkestra antar sekolah yang akan diselenggarakan minggu depan. Dan itu akan berlangsung selama seminggu. Itu berarti aku dan Ryosuke tak memiliki waktu untuk bertemu. Mengingat pemuda itu selalu pulang latihan pukul enam, sementara aku harus ada di rumah kurang lebih pukul tujuh.

Aku tak tahu kegiatan apa lagi yang harus kulakukan sepulang sekolah ini tanpa mendatangi rumah pemuda itu. Jika langsung pulang ke rumah, aku akan dikuasai rasa sepi karena aku tak mempunyai kegiatan apa pun di rumah. Entah bagaimanapun caranya, aku harus mendapati kegiatan yang menyenangkan sebelum pulang ke rumah sore nanti.

Bel sekolah berdentang, menandakan akhir dari kegiatan sekolah hari ini. Di depanku tampak Nagahama-san sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Usai kami memberi salam kepada Sasaki-sensei dan beliau keluar, aku menghampiri gadis itu.

"Hei," sapaku.

"Oh, Yurika," ia tersenyum padaku sembari mengait tali tas ke bahu. "Ada apa? Kau mau ikut denganku?"

Kesempatan yang bagus. "Ke mana kau akan pergi?"

"Karaoke..." ia mendekatiku dan matanya menyipit. Bak agen mata-mata yang akan membicarakan suatu rahasia besar, ia berkata dengan suara yang amat pelan. "Sebenarnya ada acara kencan buta di tempat karaoke."

Aku mendelik. "Kencan buta?" ulangku. Tentu saja aku tak boleh pergi ke acara semacam itu. Jika Ryosuke tahu, sepulangnya aku dari kencan buta, ia akan segera mengulitiku dengan penggesek cello!

Season To Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang