[16] Kemendungan Dari Sang Teman

79 18 8
                                    

TANDA tanya besar tentang ucapan Aki dua hari yang lalu, sampai sekarang masih menggantung di atas kepalaku. Kendati aku merasa amat bingung, aku tak bisa bertanya secara langsung padanya.

Sebenarnya, bukan karena aku tak bisa bertanya langsung. Hanya saja, setiap kali aku ingin membicarakan itu bersamanya, tenggorokanku seakan tersumbat sesuatu, dan pada akhirnya pertanyaan itu menyangkut di sana.

Aku melirik Aki yang sedang asyik bersenda gurau dengan murid-murid laki-laki di depan kelas dari bangkuku. Sedari kami kecil, Aki pandai membaur dengan siapa pun tanpa memandang seperti apa orang itu. Meski sudah seminggu berlalunya ia menjadi murid pindahan, ia bahkan tak terlihat bermasalah untuk mendapatkan teman.

Tapi, mengapa orang yang pandai berteman itu malah memintaku untuk menjauhi orang lain?

Aku melirik bangku kosong yang berada di deretan dekat pintu, di bangku ketiga. Untuk hari ini, Ryosuke absen dari kelas karena mengikuti lanjutan perlombaan orkestra minggu lalu. Kuingat-ingat selama kami bersama, Ryosuke tak pernah melakukan hal-hal yang mencurigakan. Ia juga tak pernah menyakitiku hingga membuatku menangis. Jadi, mengapa orang sebaik Ryosuke harus kujauhi?

Huh? Apa mungkin Aki tak sengaja melihat Ryosuke berbincang-bincang sembari menggoda para gadis dari sekolah lain, lalu bertukar nomor telepon? Sebagaimana ia bertingkah sebagai pemuda yang menarik dan menggoda dengan menyandang julukan playboy tingkat dewa—Ryosuke kan tampan, para gadis yang memandang wajahnya pun pasti akan langsung tergoda. Maka dari itu, Aki memintaku untuk menjauhi pemuda seperti itu....

Dan itu berarti, diam-diam Rysouke sedang bermain-main dengan para gadis yang tak kukenali di belakangku. Jika itu benar, aku akan segera mengulitinya dengan pisau kue sepulang ia dari lomba!

Tapi, aku tak yakin jika Ryosuke bertingkah sebrengsek itu.

Selama yang kulihat, Ryosuke tak mau berbicara dengan gadis lain selain aku dan Nagahama-san. Sebenarnya, bukannya tak mau, Rysouke hanya tak suka mengeluarkan banyak kata-kata dan ia akan segera mencari cara untuk segera mengakhiri pembicaraannya dengan seorang gadis. Ryosuke selalu merasa tak betah jika terlibat percakapan dengan seorang gadis. Kalau sudah begitu, aku jadi ragu jika pemuda itu tiba-tiba menyandang julukan playboy tingkat dewa.

Saat mataku tak sengaja terarah ke pintu depan, pandanganku menangkap tubuh kecil Nagahama-san yang melewati pintu. Kali ini, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu; tak ada lengkungan di bibirnya, matanya yang bulat kini tampak dua per tiga lingkaran, dan wajahnya jelas sekali menunjukkan kemendungan di dalam hatinya.

Sewaktu ia berjalan menuju bangkunya, sinar mentari cerah yang tak sengaja menerobos masuk melalui jendela menerpa rambut sepunggungnya yang berwarna cokelat, sehingga tampak terang dan halus. Semakin ia mendekat, semakin aku menyadari jika pandangannya kosong.

Kini, raut wajahnya yang menunjukkan kemendungan dari dalam dirinya sangat berlawanan dengan sinar mentari pagi yang amat cerah ini.

"Pagi, Nagahama-san," sapaku, saat ia akan duduk di bangkunya.

Ia tampak kaget, lalu menolehku. Aku tak tahu ekspresi macam apa itu. Entah mungkin ia baru saja menyadari keberadaanku atau ia baru saja menyadari jika dirinya sudah sampai di ruang kelas.

Sudut bibirnya sedikit terangkat, ada kegetiran dari bibirnya. "Hei, pagi, Yurika." Balasnya, senyumnya terlihat sekali memaksa.

Ia pun duduk di bangkunya sembari meletakkan tas di atas meja.

Dari balik punggungnya yang agak membungkuk, kulihat kedua tangan Nagahama-san terangkat, mengaduk-aduk isi tasnya. Aku pikir, aku telah melakukan kesalahan padanya sehingga ia tak mau berbicara padaku di pagi hari seperti biasanya. Namun, seingatku, aku tak melakukan kesalahan apa pun padanya. Terakhir kali kami bertemu—dua hari yang lalu—ia bahkan masih tertawa-tawa saat mengantarku dan Ryosuke ke halte.

Season To Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang