[36] Sepasang Mata Kecokelatan Yang Bergetar

62 15 6
                                    

AKU tak tahu penyebab dari kekosongan yang kurasakan sekarang. Bila berada di kamar sendiri, aku menyadari ada sebagian dari diriku yang menghilang, tak tahu pergi ke mana. Rasanya begitu kopong. Perasaan semacam itu pun telah berhari-hari ini menguasaiku. Tetapi, perasaan itu gampang ditutupi dengan keberadaan Aki.

Aku pikir setelah membalas perasaan Aki tadi pagi, hal semacam itu tak akan lagi terjadi. Sebelumnya pun perasaanku telah penuh setelah ia menciumku. Namun, mengapa saat sendiri seperti ini aku masih merasa hampa?

Sekarang pukul satu lewat dua puluh dan kelopak mataku masih saja belum mau terkatup. Jika Ibu tahu kalau aku masih terjaga, ia pasti akan mengomel.

Kupikir ini karena lampu kamar belum dimatikan. Jadi, aku beranjak dari kasur dan mematikan lampu. Aku kembali berbaring di kasur, memejamkan mata sembari mengingat kencanku bersama Aki beberapa jam yang lalu. Tetapi, itu tak cukup menghilangkan perasaan kopong ini.

Aku menyampingkan tubuh, melingkari tangan ke pinggang Teddy Bear yang sedang duduk di samping kepalaku.

"Kau tak bisa melakukan juggling menggunakan Teddy Bear."

"Aku sudah lama tak melihatnya. Halo Teddy Bear..."

Dan senyum kecil milik Ryosuke terpampang jelas di penglihatanku yang remang ini...

Tunggu, aku kenapa?

Aku kembali beranjak dari kasur, menghidupkan lampu kamar. Teddy Bear yang berbulu cokelat tampak jelas, sedang terduduk menyandar di kepala kasur.

Mungkin aku tahu sekarang penyebab kekosongan pada diriku ini, hilangnya sebagian dari diriku, dan kekopongan yang semakin terasa nyata: Aku tak bisa berhenti memikirkan Ryosuke.

Sudah berkali-kali aku menghalau wajah Ryosuke yang terngiang-ngiang di kepalaku serta kenangan-kenangan yang berputar-putar di benakku, namun aku tak sanggup lagi melakukannya.

Aku duduk di tepian kasur, memperhatikan setiap penjuru kamar. Ada furin yang menggantung di tengah-tengah jendela, kuingat Ryosuke memberikannya saat aku berulang tahun yang kedelapan belas. Sekawanan Minions yang tersusun rapi di atas rak meja belajar, mereka adalah pemberian dari Ryosuke yang ia bawa dari USJ—aku masih ingat betul wajah konyol Ryosuke saat melakukan juggling dengan tiga orang anggota dari keluarga Minions yang diculiknya, sehingga aku terbahak. Teddy Bear yang kupunggungi sekarang ini, Ryosuke jugalah orang yang memberiku benda selucu itu saat malam Natal dua tahun yang lalu. Lalu, kalung berbandul bunga lily yang melingkar di leherku sekarang...

Kuusap bandul kalung tersebut sembari menatap benda-benda pemberian Ryosuke yang terpajang di dalam kamarku.

***

Sewaktu aku turun dari tangga bersama dua kardus yang kudekap, Ibu memandangku dengan tampang ingin tahunya.

"Apa itu?" tanya Ibu, penasaran. Ia mendekatiku saat aku akan berjalan menuju pintu depan.

"Hanya barang-barang yang harus kukembalikan kepada pemiliknya." Sahutku.

"Memangnya barang-barang itu milik siapa?" tanya Ibu lagi. "Yang Ibu tahu, kau tak pernah meminjam sesuatu dari orang lain. Sejak kapan kau mulai meminjam barang-barang orang lain sebanyak ini?"

"Punya Nagahama-san." Kilahku. "Sudah lama kok. Makanya Nagahama-san meminta barang-barangnya kembali hari ini."

Tentu saja aku berkilah, bisa gawat bila Ibu tahu bahwa barang-barang ini sebenarnya pemberian dari Ryosuke. Ibu pasti akan mencurigai hubunganku dengan Ryosuke yang telah hancur-lebur ini. Kuharap Ibu juga tak memasuki kamarku sekarang dan mengamati setiap penjurunya. Bisa-bisa aku akan kewalahan menjawab kebingungan Ibu tentang benda-benda yang sudah tidak ada lagi di tempatnya.

Season To Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang