35. Aku Menyayangi Keluargaku

787 50 0
                                    

Rika's Pov.

Senjapun tiba sebelum akhirnya malam  datang menyelimuti bumi. Berminggu-minggu telah berlalu hingga melampaui dua bulan. Dua bulan. Dua bulan yang entah kenapa terasa begitu panjang. Ya, dua bulan. Jangka waktu yang kugunakan tuk menunggu Cenna dan Cennaku tak kunjung datang. Minggu demi minggu yang berjalan tanpa mengetahui kabarnya saat ini membuatku kesal & sedih sendiri.
Aku telah beberapa kali mencoba masuk hutan. Tapi pada akhirnya jalan menuju ladangnya sulit sekali ditemukan. Aku mendesah putus asa dengan kemurunganku ini.

Kini aku sedang berada diatas ranjangku yang begitu nyaman. Bermalas-malasan dan tentu saja... Uring-uringan. Aku hanya bersantai tidak jelas diranjang sembari memeluk jubah maroon pemberian Cenna. Aku masih dapat mengingat kejadian itu dengan jelasnya. Terasa seperti kejadian itu berputar ulang dikepalaku.
...............................................................

"Lagipula, kau sudah tahu kan bahwa banyak tikus yang harus kuatasi untuk bisa bersamamu?" Tanyanya dengan senyum lembutnya yang terlihat sendu dimataku.

"Ya sudah, hati-hati dijalan. O'ya , ini jubahmu." Ucapku sembari mencoba melepas jubah maroon yang masih kukenakan.

"Tidak. Tidak perlu. Simpan saja jubah itu." Cegahnya sembari menahan pergelangan tanganku yang hendak melepaskan jubah ini dengan genggamannya yang lembut.

"Tapi ini milik mendiang ibumu."

"Kini jubah itu akan lebih berguna bila ada ditanganmu. Ambil dan simpanlah. Lagipula kau terlihat sangat menakjubkan dengan jubah itu. Simpan baik-baik. Tidak ada yang tahu apa kau akan membutuhkannya suatu saat nanti." Jelasnya lembut sembari tersenyum dengan sorot mata yang sendu. Iapun melepaskan tangannya yang menahan pergelangan tanganku perlahan. Malam ini dia memang aneh. Kenapa aku merasa bahwa kita akan berpisah dalam waktu yang sangat lama? Untuk sesaat hatiku dilanda kesedihan tidak jelas yang sama sekali tidak dapat kugambarkan bagaimana rasanya.

"Sudah. Masuklah, aku tidak mau kau diluar terlalu lama disaat kau sudah mulai kedinginan seperti saat ini. Aku pergi dulu." Ucapnya yang menyadari sembari tersenyum kecil. Ia pun membalikkan badannya dan pergi. Aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi bodoh bila mengatakannya saat ini. Tapi... ah, sudahlah.

"Cenna!"

Ia pun membalikan badannya dan memandangku.

"Aku mencintaimu.....

Ucapku sungguh-sungguh. Ia memandangku dengan sedikit terkejut. Mungkin ia tidak menyangka aku hanya memanggilnya untuk hal semacam ini

....dan... Hati-hati ya." Sambungku khawatir akan kepergiannya malam ini yang entah kenapa mampu membuatku sedih secara tiba-tiba. Iapun tergelak kecil dan berkata...

"Iya. Aku akan berhati-hati. Aku juga. Aku sangat sangat mencintaimu, mateku." Ucapnya dengan senyuman yang lembut dan sangat tulus. Aku dapat merasakannya. Dengan jarak ini sekali lagi kami saling berpandangan sesaat dalam diam yang terasa begitu mengusik hati. Dia dengan jubah hitamnya dan aku disini dengan jubah maroonku yang baru saja diberikannya. Setelah tersenyum iapun kembali. Membalikkan tubuhnya dan pergi.
......................................................................

Setelah mengingat semua itu akupun merengek-rengek sendiri dengan tidak jelasnya mempertanyakan Cenna yang sangat sulit ditemui padahal aku sendiri sedang setengah mati merindukannya. Entah sejak kapan aku selalu memeluk dan terkadang tidur dengan jubah ini dikala dingin.

Akupun membenamkan wajahku dijubah itu. Hingga aku mendengar suara dentingan piano. Piano? Apa aku terlalu merindukannya hingga aku mendengar suara dentingan piano lembut yang begitu menunjukkan perasaanku yang sedang mellow ini? akupun memejamkan mata menikmati alunan ini..

Petualangan Sang Omega (Belum Di Revisi). Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang