54. Petualangan Cennaya #2

642 35 0
                                    

Keesokan paginya aku melihat adikku yang tengah bersiap-siap untuk pergi ketempat belajarnya yang berbaur dengan manusia. Ketika melihatnya sepanjang pagi ini, dari pandangannya ia terlihat begitu penuh dengan pikiran, kesal dan muram. Aku tergelak melihatnya. Apakah aku terlihat seperti itu juga saat baru mengetahui takdir yang terungkap itu?

Pastinya Rika telah melihat dan merasakan perubahan seperti itu juga pada diriku. Membuatku tersenyum sedih membayangkan kebingungan atau lebih buruk lagi membayangkan seberapa sakit hatinya yang merasakan emosi itu. Emosi ketika tingkah lakuku begitu sentimental dan tidak bisa ditebak karena sedang banyak pikiran. Sungguh, bila aku berhasil menyelesaikan semua ini, aku akan meminta maaf dan berusaha menebus semua kesalahan yang telah kuperbuat padanya.

"Kau sudah berumur 27 tahun. Kau hanya setahun lebih muda dariku. Kau juga sudah melewati standar pembelajaran yang diterima didunia manusia. Apa yang membuatmu  memutuskan untuk tetap melanjutkan pendidikanmu? Mengapa kau selalu mendaftar untuk belajar lagi segera setelah kau mendapatkan kelulusanmu ditempat yang berbeda?" Tanyaku datar sembari bersandar pada kusen pintu kepadanya yang tengah duduk sembari memakai sepatu diberanda rumah.

"Hei, aku tidak pernah memberitahumu tentang itu. Apa beta Kurt memberitahukan hal tentangku lagi?! Asshh." Ucapnya tidak menyangka dan menghembuskan nafasnya frustasi. Membuatku tertawa.

"Dengar. Walau aku ini sudah 27 tahun. Namun, wajahku dan staminaku ini akan terus terlihat muda hingga aku mulai berusia 75 tahun. Jadi, terserah aku untuk memutuskan mau bersekolah dimanapun dan kapanpun tanpa memerdulikan umur atau apa yang telah kucapai. Aku pasti akan selalu bisa beradaptasi dengan mereka dengan kelebihan itu. Lagipula, mateku masih begitu muda. Lebih nyaman bagiku bila ia tahu bahwa umurku ini tidak terlalu jauh darinya."

"Jadi matemu tidak tahu berapa umurmu yang sebenarnya?"

"Tidak."

"Itu penipuan."

"Aasshhh, kau ini. Aku bersyukur baru bertemu denganmu. Tidak bisa kubayangkan bila kau bersamaku sejak kita kecil. Kau pasti akan sering mencampuri urusanku. Sudahlah, jangan ganggu aku lagi. Semalam kita sudah membuat kesepakatan untuk aku bisa mempertimbangkan semua ini dalam tiga hari. Dalam jangka waktu itu.. Ja.ngan. meng.gang.gu.ku! Aarkh." Ucapnya frustasi sembari mengikat tali sepatunya lagi. Membuatku merasa lucu melihatnya marah seperti itu.

"Memangnya berapa umur Mira?"

"21. Kalau Rika?" tanyanya penasaran.

"Hmm..." Pikirku serius. "Bukan urusanmu." Jawabku sambil tertawa kecil.

"Sial!" Ucapnya sembari memukul kakiku dengan tasnya yang membuatku segera menghindar dari pukulannya dan tertawa ringan. Membuatnya terbawa tertawa sedikit sebelum berdiri dan memakai ranselnya itu.

Iapun pergi, dan aku tentu saja akan melaksanakan langkah yang ingin kuambil sekarang. Aku akan mengikutinya dan melihat kehidupannya disana. Lagipula, aku bosan dan ingin melihat mate adikku. Hmm, aku akan pergi ketempatnya dan tentu saja beberapa jam setelah kepergiannya, aku tidak ingin dia tahu aku mengikutinya atau dia akan marah-marah lagi padaku.

....................................................

Aku tiba disebuah universitas yang begitu megah. Aku datang kesini dengan pakaian yang baru dibelikan beta Kurt padaku. Jenis pakaian yang cocok untuk kugunakan ketempat semacam ini. Jenis pakaian yang tidak terlalu sederhana seperti nyaris semua pakaian yang kumiliki selama ini. Beta Kurt sendiri yang menyuruhku mengenakan ini. Ia berkata bahwa tidak masalah aku lalu lalang disana karena aku pasti akan dikira sebagai mahasiswa disana.

Aku berjalan sembari mengedarkan pandanganku dengan santai. Mencarinya. Aku kehilangan jejaknya. Kuharap aku bisa menemukan Canavar secara tidak sengaja. Disisi lain, sepanjang perjalanan aku dapat merasakan tatapan-tatapan wanita yang menatapku seperti tatapan yang pernah ditunjukkan Rika padaku. Ada wanita yang menatapku seolah-olah aku ini barang yang menarik, ada yang menatapku dengan tatapan memuja, ada yang menatapku dengan tatapan diam-diam namun intens.

Petualangan Sang Omega (Belum Di Revisi). Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang