56. Petualangan Cennaya #4

592 42 3
                                    


Setelah kejadian itu akupun memutuskan untuk langsung pulang. Lagipula, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan lagi disana. Semuanya terasa membosankan dan aku sama sekali tidak berniat untuk memanggil Lily saat ini. Walau ia kini temanku namun tetap saja aku tidak ingin mengganggunya bila aku tidak memiliki keperluan yang penting terhadapnya.

"Cennaya!" Panggil seseorang dari arah belakangku. Ia berlari menghampiriku dan menepuk bahuku sebelum aku benar-benar membalikkan badanku kearahnya.

"Kau?!...

Nyatakah ini? Kamipun langsung tertawa dan berpelukan erat. Terasa begitu lama mengingat kapan terakhir kali kami bertemu dan aku sangat senang melihatnya disini.

"Aku sangat merindukanmu, sahabatku. Bagaimana kabarmu?" Tanyanya dengan pandangan tidak menyangka akan bertemu denganku.

"Sudah bertemu dengan mateku." Ucapku sembari melepas pelukan kami dengan senyuman lebar yang masih menghiasi wajah kami.

"Kau? Sudah bertemu matemu? Apa golongannya?" Tanyanya antusias.

"Manusia."

"Murni?"

"Iya."

"Mengerikan sekali." Ucapnya tertawa sembari meringis. Yang membuatku ikut tertawa juga. Ya. Dia benar. Ini memang mengerikan. Hal mengerikan terindah sekaligus termanis yang bisa kurasakan.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau telah bertemu dengan matemu?" Tanyaku ringan. Namun, ekspresi Landaga yang senantiasa terlihat santai dan ramahpun terlihat seperti sedikit terkejut karena tidak siap dengan pertanyaanku.

"Um, aku..ak.. Aku..um..tidak. Aku tidak memiliki mate." Ucapnya yang terkesan seperti meyakinkan dirinya sendiri dibanding seperti memberi jawaban padaku.

"Kau yakin?" Tanyaku sembari mengangkat sebelah alisku.

"Ah, sudahlah lupakan saja hal itu. Kita sudah lama tidak bertemu. Mari, ikut aku kesuatu tempat kesukaanku. Disana kita bisa bicara dengan nyaman. Bagaimana kau bisa tiba disini? Aku pasti telah kehilangan banyak berita dan cerita menarik yang telah terjadi dalam hidupmu. Tahukah kau aku telah..." Ajaknya sembari merangkulku kesuatu tempat diiringi obrolan-obrolan antar sahabat.

..................................................................

"Adikmu tidak mau ikut denganmu?" Tanya Landaga dengan begitu terkejutnya hingga membuat beberapa orang yang ada disekitar kami menoleh kearah kami. Membuatku hanya bisa tersenyum mengingat kelakuan sahabatku bila sedang mengalami hal yang tidak masuk akal baginya. Yaitu, tidak sadarnya ia akan volume suaranya yang meningkat. Hmm, dan aku yakin ia tidak menyadari bahwa kami tengah menjadi pusat perhatian kini. Setelah aku tersenyum ringan terhadap beberapa orang yang masih memandang kami. Merekapun akhirnya mengalihkan pandangan mereka dari kami kembali.

Landaga adalah sahabat rogue-ku yang suka berkelana. Aku menceritakan semua yang terjadi padaku belakangan ini. Terkait Rika, Bhagiara, pengasingan, rahasia yang selama ini disimpan Impisi, Canavar dan Mira. Semuanya. Kami membicarakan semua ini disebuah kedai kopi yang sangat nyaman. Bahkan, aku bisa melihat pemandangan pegunungan dikejauhan dari tempatku duduk.

"Entah bila nanti. Namun, untuk saat ini aku ragu bila ia mau ikut denganku." Ucapku sembari meringis.

"Kau benar-benar harus pergi melaksanakan dharma itu, Cennaya." Ucapnya sungguh-sungguh.

"Iya. Kau benar. Aku tengah berusaha kini."

"Apa kau memiliki foto adikmu dan matenya serta matemu? Aku ingin mengetahui wajah mereka."

"Ah, tentu." Akupun mengambil ponselku dan menunjukkan foto Rika, Canavar dan Mira yang ada diponselku. Setelah mengamati foto mereka untuk beberapa lama Landagapun melihat kearah jam tangannya dan berkata...

Petualangan Sang Omega (Belum Di Revisi). Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang