51. Jahat!!

639 40 10
                                    

***

Tekadku sudah bulat dan tidak bisa dirubah-rubah lagi.
Sekarang atau tidak sama sekali!
***

Rika's Pov

Aku memacu sepedaku menuju rumah pohon. Dalam perjalananku kesana, aku terus meyakinkan diriku dan mempertahankan prinsipku untuk hal ini.  Yaitu, tekadku sudah bulat dan tidak bisa dirubah-rubah lagi. Sekarang atau tidak sama sekali. Dan, apapun yang terjadi dikedepannya aku ataupun Cenna harus bisa menerimanya. Aku bersyukur ada Bhagiara yang walau tidak ingin aku pergi secepat ini namun ikut meyakinkanku dan membuka pikiranku untuk mampu mengambil pilihan yang kutahu benar namun hampir tidak kuambil karena dilema dengan emosiku sendiri. Terima kasih, Bhagiara. Terima kasih.

Aku tiba dirumah pohon. Ketika mulai mendekati rumah pohon aku turun dari sepeda dan menuntunnya perlahan hingga tiba ditempat itu dan menemukan Cenna. Aku menghentikan langkahku. Merasa ragu mendekatinya. Cenna kini tengah duduk bersandar dipohon dengan satu kaki kanannya yang diluruskan dan kaki lainnya ditekuk serta menjadi tumpuan bagi tangan kirinya. Dan, terdapat sebatang rumput diantara kedua bibirnya yang dimainkan olehnya dengan pandangan kedepan dan tatapan yang kutahu tengah memikirkan hal lain. Bahkan, ia belum menyadari kehadiranku kini. Dia terlihat sangat tampan dimataku. Namun, aku tahu bahwa ia kini menjadi salah satu pria yang tidak pasti dalam hidupku.

Cukup. Aku harus memperjelas semua ini dan menyelesaikan semuanya. Bahkan, aku telah bertekad didepan Bhagiara untuk melakukan hal terpenting yang saat ini harus kulakukan tak peduli bagaimana emosi, perasaanku, ataupun pendapat orang lain. Aku harus. Setelah menstandarkan sepedaku. Akupun menghampirinya perlahan.

"Cenna?" Panggilku yang tentu saja terdengar lembut bahkan ditelingaku sendiri. Bayangan tentang kemungkinan ini pertemuan terakhir kami membuatku terbawa perasaan hingga aku baru menyadari bahwa ini pertama kalinya aku mengeluarkan suara hari ini. Sejak bangun tidur pikiranku pikiranku terlalu berisik memikirkan pertemuan ini.

Iapun mengarahkan mata cokelatnya kearahku. Membuatku harus menatap tanah untuk mengendalikan diriku. Aku takut semakin lama menatap manik cokelat pada matanya yang indah membuatku kesulitan untuk melupakannya. Setidaknya, walau tanah yang kupandang juga memiliki warna cokelat. Namun, cokelat tanah ini tidaklah mampu memengaruhi perasaanku sekuat pesona warna cokelat yang terpancar dari matanya.

"Ada apa?" Tanyanya sembari berdiri dan membuang batang rumput tadi hanya dengan tiupan singkat dari mulutnya. Kukira ia ingin menawariku duduk didekatnya tapi.. Ya sudahlah.

"Kita harus berbicara." Ucapku yang kini menatapnya dengan tangan yang bersedekap. Seakan-akan dengan begini aku dapat melindungi diriku dari goncangan yang bisa saja terjadi.

"Dan kita tahu bahwa kita sedang saling bicara kini." Ucapnya dingin. Kenapa ia terkesan datar, cuek, dan terkesan dingin begini? Apa Bhagiara mengatakan sesuatu yang dapat membuatnya dingin seperti ini?

"Apa Bhagiara mengatakan sesuatu selain mengirimkan pesanku?" Tanyaku cemas dan penasaran.

"Tidak. Ia hanya datang, memberi surat dan pergi. Memangnya apa yang mau kau katakan?" Tanyanya datar.

"Kenapa kau dingin tiba-tiba lagi padaku? Apa ada alasan lain yang bisa membuatmu seperti ini selain Bhagiara?"

"Bukan urusanmu. Aku sedang ingin begini dan aku bukan makhluk yang bisa selalu hangat dan ramah disetiap detiknya. Apa yang ingin kau katakan?" Tanyanya dingin. Membuatku seakan-akan tidak mengenal pria yang kini ada dihadapanku. Rasanya seperti didorong untuk terjun kelaut yang dalam oleh orang yang kau sayang disaat kau belum siap untuk mencegahnya dan bahkan tidak bisa berenang. Rasanya menyakitkan...

Petualangan Sang Omega (Belum Di Revisi). Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang