Rika's Pov
Ini hari ke-6 setelah kedatanganku kerumah pohon itu. Aku sedang dalam perjalanan kerumah sore ini. Tidak terbayangkan hariku akan terasa sesuram ini. Apakah kepergian Cenna dapat memberi dampak sebesar ini? Dia sudah pergi dan takkan kembali. Kalau tahu begini akhirnya kurasa akan lebih baik bila sebelumnya aku tidak pernah mengajaknya berteman. Tapi kalau aku tidak mengenalnya aku tidak akan memiliki rumah pohon saat ini. Astaga, ini rumit. Cukup! Aku tidak mau menghiasi pikiranku dengan hal ini lagi.
Aku berjalan sambil menatap tanah dengan lemas dan kedua tanganku disaku jaketku. Ketika aku tiba dirumah aku melihatnya. Ia sedang duduk diterasku sambil memandangku dengan tatapan datar. Itu Cenna. Aku menghentikan jalanku dan menatapnya. Namun, tidak terjadi satu percakapanpun diantara kami dan aku terlalu lelah untuk memulai pembicaraan. Lagipula aku tidak tahu apa yang harus kubicarakan dengannya.
Ia berdiri dan menghampiriku. Kini ia dihadapanku. Aku sedikit mendongak untuk menatap wajahnya. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Note-ku.
"Kau yang menulis ini?" tanyanya dengan alis kanannya yang terangkat. Sembari menunjukkan isi note itu didepanku.
"Iya."
"Ada apa? Bukankah kau yang menginginkan aku pergi dari hidupmu?"
"Aku tidak pernah bilang seperti itu."
"Tapi kau diam saja ketika aku bilang bahwa aku tidak akan mengganggu dan menemuimu lagi, Rika!" ucapnya dengan kesal. Kenapa ia yang jadi kesal disini? Huh, dia benar-benar mengesalkan!
"Memangnya apa yang harus kukatakan?! Aku sama sekali tidak tahu respon apa yang harus kuberikan. Aku terlalu bingung dengan situasi saat itu. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi terlebih tentang perasaanku sendiri sehingga aku tidak memberikan jawaban apapun karena aku tidak mau bila aku sampai salah bicara, Cenna!" ucapku cepat dan kesal dengan nada tinggi. Sungguh, sebenarnya aku sedang begitu lelah untuk membahas hal seemosional ini.
"Memangnya... apa yang membuatmu bingung? Katakan padaku. Aku akan mendengar semuanya." Pintanya dengan raut wajah yang bingung dan lebih lembut mencoba untuk memahami. Huuft, haruskah aku bentak dulu seperti tadi agar ia tidak mengesalkan seperti beberapa saat yang lalu? Aku yang lelah ini pun menarik nafas panjang sebelum mengutarakan semua yang kurasakan selama ini. Sungguh, ia adalah pria polos yang menyebalkan!
"Semuanya berjalan dengan normal. Hingga aku kecelakaan dan bertemu denganmu. Kemudian berteman denganmu. Semuanya masih terasa normal hingga kau selalu memerlakukanku dengan sangat baik. Kau menjadi temanku, mengobrol denganku, jalan-jalan bersamaku, menghiburku, bahkan kau sampai membuatkan aku sesuatu yang telah kuinginkan sejak lama. Namun, entah bagaimana caranya kau bilang bahwa kau mencintaiku. Aku masih terkejut pada hal itu. Itu semua terjadi begitu cepat. Lalu kau bilang kau akan pergi dari hidupku dan aku semakin tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya diam dan mencoba berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, apa yang terjadi? Kau benar-benar meninggalkan aku! Aku menunggu kedatanganmu dan sesekali masuk kehutan sendiri berharap bisa bertemu denganmu. Tapi kau tidak ada! Kau pergi begitu saja tanpa benar-benar tahu apa yang kurasakan. Kau berasumsi sendiri. Aku lelah dengan semua itu dan kini kau dihadapanku dan menyalahkan aku karena aku hanya diam saja saat itu? Kau pikir aku tidak kecewa denganmu yang pergi dan datang dengan begitu mudahnya seperti ini? Kau membuatku sedih, Cenna!" tanpa kusadari aku mengatakan semua itu dengan emosional. Bahkan, semakin menuju akhir kalimat, semakin aku berteriak. Tidak hanya itu. Bahkan, rasanya aku hendak menangis karena kesal, marah, kecewa sekaligus sedang lelah.
"Maafkan aku Rika. Aku tidak tahu bila kau akan terluka hingga seperti ini. Aku sama sekali tidak memiliki maksud untuk menyakitimu...
Ucapnya sembari menunduk. Baguslah, kalau ia sadar akan kesalahannya. Iapun menatap wajahku lagi.
...Kumohon, jangan sedih lagi. Bila kehadiranku membuat semuanya terasa buruk maka aku rela untuk benar-benar pergi sehingga kau bisa mendapatkan kehidupanmu yang normal lagi. Sungguh, aku minta maaf Rika. Aku... Aku akan pergi." Ucapnya tulus. Tapi, seriuskah ia? Lalu iapun diam sebentar hingga kemudian ia membalikkan tubuhnya dan benar-benar meninggalkanku. Wait! Are you serious?! Bagaimana mungkin dia bisa meninggalkanku lagi setelah dia datang? Apa dia hanya ingin mempermainkan aku? Dugaanku salah! Ia sama saja seperti pria yang hanya mempermainkan hatiku. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!!
Akupun melepas sepatu yang tengah kupakai dan melempar sepatu tersebut dengan penuh perhitungan dan tenaga kearahnya sebelum ia semakin jauh. Dan seperti dugaanku. Sepatu itu "tepat" mengenai kepalanya. Aku puas. Dengan begini bila ia mau pergi dari hidupkupun aku akan melepaskannya. Pergilah sesukamu! Dasar pria bodoh berhati busuk!!!
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Sang Omega (Belum Di Revisi).
Manusia SerigalaWolf's Love Series #1 Werewolf, Romance, Action, Adventure, Revenge. ***************************************** Cennaya. Werewolf berkasta rendah yang hidup dengan segala keterbatasan yang begitu banyak dalam hidupnya dan tidak memiliki siapapun kec...