19. Itu Otomatis

1K 87 0
                                    

Cennaya's Pov

"Aarkh" apa ini? Bagian belakang kepalaku terkena sesuatu yang cukup menyakitkan. Aku menoleh kebelakang dan melihat sebuah sepatu yang telah tergeletak ditanah. Akupun mengambil sepatu itu dan kuyakin benda iniliah yang terkena kepalaku tadi. Tapi... Hei, bukankah ini sepatu Rika?

Aku melihat kearah Rika dan ia tengah melihatku dengan ekspresi yang begitu puas. Aku melihat kearah kakinya dan benar saja, dia hanya memakai satu sepatu yang sama dengan sepatu yang kini ada digenggamanku. Apa ia kini membenciku? Kukira ia ingin aku pergi dari hidupnya dan aku sudah memenuhi hal itu bukan? Lalu apalagi yang dia mau? Astagaa, aku benar-benar dibuat bingung dengan wanita ini.

"Apa kau yang melakukan ini?" tanyaku berhati-hati.

"Kau pikir bila bukan aku siapa lagi yang melakukan itu hah? Dasar pria penipu!"

"Penipu? Kapan aku menipumu Rika?" Sanggahku membela diri. Sungguh, aku semakin bingung dengan jalan pikir wanita ini.

"Kau bilang kau mencintaiku. Namun, kau bisa begitu mudahnya meninggalkan aku, huh?"

"Tapi, aku memang mencintaimu."

"Iya. Kau mencintaiku dan sanggup meninggalkanku begitu saja. Itu kan maksudmu, huh?!"

Aku diam sebentar. Aku sama sekali bingung. Akupun menjawabnya ditengah kebingunganku yang luar biasa. "Lalu apa yang kau mau? Kau tidak mencintaiku dan tidak menginginkan aku pergi? Apa itu yang kau mau? Astaga, aku berusaha membuatmu senang atau tidak terganggu tapi begitu sulit bagiku untuk tahu apa yang sebenarnya kau mau, Rika. Sekarang aku akan bertanya. Memangnya, bagaimana perasaanmu padaku yang sebenarnya?" ucapku frustasi dan sangat gerah.

Aku tidak pernah menghadapi orang sepertinya. Apa ini yang dialami semua orang yang bertemu dengan matenya? Kini ia terlihat geram sebelum menjawab pertanyaanku. Oh moon goddess, apa aku melakukan kesalahan lagi? Kini ia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar. Ouh tidak, rasanya seperti menghadapi gunung yang hendak meletus.

"Aku senang menghabiskan waktu bersamamu! Aku tidak tenang bila aku tidak melihatmu dalam waktu lebih dari 36 jam! Aku senang bersepeda denganmu! Aku senang jalan-jalan bersamamu! Aku senang kau telah menyelamatkanku! Aku senang dengan senyummu! Aku senang kau membuatkanku rumah pohon! Aku senang aku telah melemparmu dengan sepatu sehingga kau tidak jadi pergi! Aku senang dengan segala kenangan diantara kita! Tapi aku sangat tidak suka saat kau meninggalkan aku dalam waktu yang terasa sangat lama! Aku tidak suka tidak mengetahui apapun tentangmu! Aku tidak suka dengan kau yang tidak membiarkan aku mengetahui kabarmu! Aku tidak suka dengan kau yang mau meninggalkan aku lagi!" ucapnya dengan berapi-api. Aku sangat terkejut dengan responnya ini. Ini melebihi apa yang kuharapkan.

"Kurasa kau ketinggalan satu kalimat lagi."

"Apa?" tanyanya dengan nafas yang terengah-engah.

"Kau lupa mengatakan bahwa kau telah jatuh hati padaku. Dengan semua yang kau katakan barusan itu. Kurasa itu cukup menjadi bukti bahwa kau ingin aku bersamamu sama seperti yang kurasa. Sebenarnya kau bisa bilang itu sejak tadi sehingga kau tidak perlu mengeluarkan banyak energi seperti ini." Ucapku dengan senyum yang tertahan. Merasa geli, terharu, sekaligus senang.

Rika yang mendengar ini semuapun hanya sanggup terdiam dengan nafasnya yang masih terengah-engah. Membuatku tertawa kecil melihatnya yang harus mengatur nafas terlebih dulu sebelum bisa menjawab apapun lagi."Tapi tidak masalah. Kini aku telah tahu jawabannya. Masuk dan beristirahatlah. Kau terlihat sangat lelah. Besok hari minggu. Aku akan datang dan membawamu kesuatu tempat yang kuharap akan kau sukai juga. Tidurlah yang nyenyak. Esok pagi aku akan menjemputmu." Lanjutku masih dengan senyumku. Akupun menghampirinya untuk mengembalikan sepatunya. Sambil tersenyum padanya aku memandangnya yang terlihat kacau. Dia terlihat bingung dengan perasaannya saat ini. Aku harus mengambil kesempatan ini untuk mengontrol situasi ini sesuai yang aku mau. Lagipula, sepertinya dia memang sudah jatuh hati juga sama sepertiku, kan?

"Apa yang kau lihat?" tanyanya waspada dengan nafasnya yang sudah lebih teratur walau aku masih bisa mendengar nafasnya yang masih sedikit terengah-engah.

"Tahukah kau. Kau terlihat sangat kacau saat ini. Rambut yang keluar dari kepangan, lingkaran hitam dibawah matamu, raut wajah yang menunjukkan kelelahan."

"Ini karenamu." ucapnya suram.

"Dan kukira aku telah mendapat hukumanku melalui sepatu itu." Ucapku sambil menyeringai. Iapun tersenyum.

"Tapi, itu masih kurang dibandingkan dengan delapan hari kepergianmu." Ucapnya sambil cemberut. Astaga, betapa aku ingin sekali memeluknya saat ini.

"Baiklah, aku akan menebusnya dengan menghabiskan waktuku untukmu disetiap hari minggu selama delapan minggu berturut-turut. Aku akan menjadi apapun yang kau mau. Kau juga bisa memintaku untuk melakukan apapun yang kau mau. Bahkan bila kau mau aku membuat lebih banyak rumah pohon sekalipun aku akan menyetujuinya. Bagaimana?" tawarku sambil tersenyum. Ia pun tertawa dan mendorongku ringan.

"Aku terima. Ya sudah pulang sana sebelum hari semakin malam. Aku akan pulang dan beristirahat selama sisa hari ini." ucapnya sembari masuk rumah.

"Sampai jumpa Rika." Ucapku tersenyum sembari mengusap bagian belakang kepalaku yang terkena sepatunya tadi. Ia pun menoleh dan tersenyum juga. Aku dapat melihat kilatan rasa malu sekaligus senang dalam wajah letihnya itu ketika tersenyum, sebelum masuk kedalam rumahnya.

Setelah ia menutup rapat pintunya, akupun baru melangkahkan kakiku untuk pulang. Aku sangat senang! Ternyata mate itu memang saling mencintai. Itu otomatis. Pikiranku mulai memikirkan hal-hal yang ingin kulakukan untuknya dalam jangka waktu hukumanku ini. Baru mulai memikirkannya saja sudah membuatku merasa senang.

Tidak pernah kubayangkan hukuman bisa terasa semenyenangkan ini. Aku berlari dengan begitu bersemangat menuju rumah. Cintaku terbalas!

Rika mungkin masih kesal dengan apa yang terjadi selama delapan hari terakhir. Sama sepertiku yang menjalani delapan hari bak neraka ini. Namun kami berdua sadar kami harus menelan ego kami dan berusaha untuk memberi kesempatan untuk memperbaiki hubungan ini meski dengan hati yang memar karena kesalah pahaman yang lalu. Aku harap ini akan menjadi awal dari hubungan yang lebih kuat di antara kami.

Sepanjang perjalanan aku menatap langit biru yang luas. Neraka yang kurasakan selama delapan hari terakhir, hilang begitu saja. Kini hidup rasanya dipenuhi harapan-harapan baru kembali. Kesempatan kedua dari Moon Goddess untukku merajut kebahagiaanku. Aku memejamkan mata. Dalam hati aku berdoa. Moon Goddess, mudahkanlah jalan kami. Pintaku penuh harap.

***

Petualangan Sang Omega (Belum Di Revisi). Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang