Chapter panjang.
Langit sudah mulai meredup menandakan waktu petang sudah tiba. Masih di kediaman Daehyun, Baekhyun tengah bersiap untuk pamit pulang. Hari ini terasa begitu menyenangkan.
"Paman Jong In, terima kasih untuk hari ini, aku ingin pulang sekarang." Jong In bergegas melepas sarung tangan karet pencuci piringnya kemudian keluar menghampiri Baekhyun dan Daehyun di ambang pintu. "Dae, aku pulang ya."
"Kuantar saja, Baek."
"Kau akan mengantarnya dengan apa, Bocah? Kau bahkan belum bisa menaikkan standar motor." Daehyun buru-buru menyikut lengan Jong In dan menarik-narik ujung bajunya pelan. "Paman! Jangan beri tahu Baekhyun."
Baekhyun tertawa, "kau lucu sekali."
"Ayo Paman antar." Jong In tersenyum menawan.
"Apa? Paman ingin mengantar Baekhyun dengan apa? Kan tidak ada mobil."
"Tentu saja dengan sepeda motor, Bodoh."
"Lalu aku?"
"Kau disini, lanjutkan cucian piringku."
"Tapi aku ingin ikut, Paman~" Daehyun berdecak dan mengguncang tubuh Jong In tak karuan, "aku akan duduk di depan."
"Kau gila? Diam di rumah selagi aku mengantar temanmu, Daehyun." Jong In memperingati Daehyun sekali lagi. Baekhyun hanya tersenyum kecil dan menengahi keduanya, "tak apa Paman. Kalau Paman tidak ingin Daehyun yang di depan, biar aku saja yang di depan. Bagaimana? Tak masalah bukan?"
"Apa? Kau-kau tega padaku, Baek?" Daehyun bersedih dengan tatapan sendunya yang ditujukan untuk membujuk Baekhyun.
"Tega apa, Dae? Kau ingin ikut mengantarku, kan? Mungkin Paman Jong In akan bersedia jika aku yang di depan. Benar kan, Paman?"
"O-oh.. ya, tentu saja. Ayo!" Seringai kecil Jong In perlahan muncul. Ia buru-buru menyambar kunci motornya dan menggiring kedua bocah tersebut keluar.
Jong In naik, disusul Daehyun kemudian Baekhyun dengan sedikit bantuan. "Sudah?" Jong In memastikan kenyamanan Baekhyun yang disambut dengan anggukan kecil. Setelah semuanya siap, Ia menyalakan mesin motor dan melaju perlahan; sengaja mengulur waktu selagi menikmati waktunya bersama Baekhyun.
Sesekali Baekhyun berpegangan pada tangkai spion guna memundurkan tubuhnya. Pada saat itulah Jong In bersedia mengulurkan tangan, melingkari lengannya pada pinggang Baekhyun dan menariknya mendekat. Kala itu, seringaian khas miliknya kembali terpatri.
Jong In menunduk dan berbisik, "ada apa, Baekhyun? Kau merasa tidak nyaman?"
"Ah, t-tidak Paman, Baekhyun baik-baik saja hehe. Kupikir justru Paman yang merasa sempit karena diriku." Lagi-lagi Jong In menarik tubuh Baekhyun. Benar, Baek. Dibawah sana sempit sekali karena tubuhmu yang terus-menerus menghimpitku.
Jujur saja, Baekhyun pun merasa kurang nyaman. Pertama, karena jok motor Jong In yang berbahan kulit licin, itu alasan utama yang membuatnya seringkali merosot ketika ada rintangan di jalan. Kedua, ada perasaan tak nyaman lainnya yang membuatnya selalu mencari pegangan. Baekhyun tahu betul apa yang dirasakan Jong In, karena hal-hal yang menyangkut dengan gairah, Baekhyun sudah mengetahuinya dari tabiat Chanyeol.
"Paman! Berkendaralah dengan benar dan apa yang Paman bicarakan bersama Baekhyun? Beri tahu aku juga! Aku kesepian di belakang sini." Daehyun melemahkan cengkeramannya pada sisi tubuh Jong In. Ia malah menabrakkan keningnya pada bahu Jong In sambil menggerutu tak karuan. Sesekali ia mengguncang tubuh Jong In.
"Hey Bocah! Kau menghilangkan keseimbangan ku, diamlah." Jong In memaki melalui kaca spion.
Lagi, Jong In menarik tubuh Baekhyun. Baekhyun sedikit menggeliat, Ia sengaja memajukan tubuhnya agar tak bersinggungan langsung dengan benda pusaka milik Jong In. "Mendekatlah, Baekhyun. Kau bisa berpegangan pada pahaku." Jong In memposisikan sebelah tangan Baekhyun di atas pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy; PCY [Completed][GS]
FanfictionUntuk putriku apapun kulakukan, satu-satunya wanita yang kucintai di sisa hidupku. Permintaannya akan selalu kukabulkan, termasuk- -memuaskannya.. come to me, Baekhyun-ah.