Namaku Yoon Haekang. Dan aku baru sampai di Bandara Incheon.
Alasan aku kembali ke Korea simpel. Aku hanya rindu pada tanah airku.
Masa-masa remaja yang kuhabiskan di Jepang telah menjadi masa dimana aku paling bahagia. Tapi Jepang telah menjadi tempat yang membuatku sesak setelah kematian eomma.
Aku berniat tinggal dengan appa disini, di Korea. Sejak appa dan eomma bercerai saat aku berumur 9 tahun, aku sama sekali belum berkomunikasi dengan appa dan juga Haewon, adik laki-lakiku.
Aku dijemput oleh Haewon, dengan taksi. Iya, appa menyuruhnya, karena appa sedang sibuk menyelesaikan menulis bukunya. Lagipula, Haewon hanya tiga tahun di bawahku. Ia sudah besar juga ternyata.
"Noona, kau sudah makan?" tanyanya, mungkin sedikit kaku karena sudah lama tak bertemu denganku.
Aku menatap wajahnya yang mirip dengan wajahku. "Aku sudah makan tadi, di pesawat."
Situasi di taksi kembali hening. Karena Haewon memutuskan untuk bermain hapenya saja, maka aku pun mengeluarkan hape dan memakai kartu nomor telepon Korea yang tadi kubeli di Incheon. Aku mengabari Sorae, teman lamaku, kalau aku sudah berada di Seoul. Ia langsung membalas pesanku dan mengajakku untuk ikut dalam reuni tahunan ini.
Aku pun mengiyakan, mumpung aku sudah lama tak bertemu dengan teman SDku.
Selanjutnya, yang kutahu, Haewon menurunkan koperku dan membawanya ke kamarku di rumah yang baru ini, lalu appa menyambutku dan memberikan aku pelukan yang hangat.
Pelukan yang telah kurindukan.
"Ternyata putriku sudah tumbuh dewasa dan menjadi secantik ini," katanya.
Bisa kurasakan, pipiku memerah dan wajahku panas. Aku lalu pamit untuk ke kamarku. Disana, ada Haewon yang telah selesai mengangkat koperku dan ia menyuruhku untuk berjalan-jalan sebentar kalau aku tidak lelah.
"Lingkungan rumah kita lumayan nyaman. Di dekat sini ada gedung agensi. Noona kenal Seventeen, Pristine, atau NU'EST?"
Mataku membulat. "Gedung yang kau maksud itu Pledis?"
Haewon mengangguk.
"Daebak!" Aku langsung berlari turun dan meminta izin untuk jalan-jalan sebentar, hanya sekedar melihat gedung Pledis yang selalu membuatku penasaran dengan bentuknya.
Seventeen juga terkenal di Jepang, meskipun mereka belum debut di Jepang. Dan aku adalah seorang Carat!
Tak butuh waktu yang lama untuk menemukan gedung Pledis, apalagi sekarang ada google maps yang sangat membantu. Bodohnya, ternyata gedung Pledis hanya beberapa rumah dari rumahku saja.
"Wah, ternyata ini toh, Pledis," gumamku. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, penasaran apakah ada kemungkinan kalau Seventeen sedang berada di dekat sini.
Tapi, terakhir kudengar, Seventeen sedang pergi ke tempat lain untuk syuting sebuah reality show. Aku lupa namanya.
Mungkin mereka belum kembali ke Seoul.
Ah, tinggal di Seoul benar-benar enak. Apalagi jika dirimu merupakan seorang fangirl.
Tiba-tiba, dari belakang, bahuku ditepuk seseorang. Aku berbalik dan menatap wanita itu. Matanya indah, dan ia lebih pendek dariku beberapa cm. Tapi dia cantik.
"Chogiyo," katanya, "kenapa anda berdiri di depan gedung?" (Permisi.)
Matanya menunjukkan seperti ingin supaya aku mengucapkan kalau aku mengenalnya. Tapi sayang, aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya.