Pt. 4

4.9K 411 17
                                    

"Kau gila?" Mingyu sedikit panik karenanya. "Kau tahu kalau Coups hyung akan membunuhmu jika ia tahu hal itu, 'kan?"

"Kurasa tak sampai begitu," aku menggelengkan kepalaku.

Yah, memang ada beberapa saudara yang posesif terhadap adik perempuan mereka, tapi kurasa, Choi Seungcheol itu pengecualian. Kurasa ia malah akan lebih senang, mengetahui yang menyukai adiknya itu adalah member yang telah ia kenal beberapa tahun lamanya.

Seungkwan terlihat panik. "Jadi aku harus bagaimana, hyung?"

Sepertinya enak, ya, disukai oleh seseorang. Ah, aku sangat iri pada Seunghee.

"Jadi, saat kau pergi dari dorm tiba-tiba pada malam hari, itu kau ke rumahnya? Pulau Yeoseo?"

Eh? Apa yang sedang mereka bicarakan?

Seungkwan mengangguk. "Aku khawatir saat mendengar kalau ia sakit."

"Mwoya," kataku sambil melirik ke arah Mingyu yang wajahnya sudah sangat marah, sepertinya. Entahlah, aku tak pandai mendeskripsikan ekspresi seseorang.

"Ya! Boo Seungkwan!" Suara Mingyu memang kecil supaya tak menarik perhatian, tapi sepertinya ia benar-benar marah. "Kau gila? Bagaimana jika publik tahu tentang hal ini? Untung saja PD-nim tidak menampilkan rekaman itu! Kalau ditampilkan, bagaimana?"

Melihat Seungkwan yang wajahnya sudah merah, mungkin malu, aku berucap, "Sudahlah. Lagipula, tidak ketahuan, kok. Aku saja tidak tahu." Aku tertawa sedikit di akhirnya supaya suasana tidak terlalu serius. "Berusaha saja, ungkapkan perasaanmu padanya. Jangan takut ditolak."

"Iya," jawabnya. Kami pun berpisah setelah itu.

-------

Haewon masuk ke dalam kamarku sambil membawa USB yang kulempar ke dia saat itu. Ia duduk di ujung kasurku dan mengembalikan USB itu.

"Aku sudah membacanya, Noona," ia agak ragu saat mengatakan ini, "tapi sepertinya kurang."

"Kurang? Kurang apanya?"

Haewon diam sebentar. "Ani, sepertinya ceritanya sudah terlalu kuno."

"Kuno kenapa?" Aku mengernyit. "Memangnya, kenapa dengan dua anak SMA yang jatuh cinta?"

Aku tak mengerti. Bukankah cerita itu yang sedang menjadi tren belakangan ini?

"Terlalu banyak cerita seperti itu. Kalau noona tak bisa membuat buku motivasi seperti milik appa, maka buatlah cerita yang lebih jarang ditemukan." Haewon berdiri, siap keluar dari kamarku. "Menjalani hubungan dengan artis, misalnya. Susah menjadwalkan kencan dan bertemu, tapi bisa terjalin."

Hubungan dengan artis? Saat pertama kali mendengar kata artis, aku langsung terpikir akan Mingyu. Tapi, sepertinya tak mungkin aku memintanya menjalani hubungan denganku secara tiba-tiba, apalagi kami baru saja bertemu, dan ia sedang mempersiapkan comeback.

Lagipula, tidak mungkin ia menyukaiku, 'kan?

"Di dekat sini, 'kan, ada gedung agensi. Pergi saja kesana, mana tahu ada jodohmu," tambahnya lagi sebelum benar-benar keluar dari kamarku.

Heol. Kim Mingyu? Yang benar saja!

Kalau Boo Seungkwan masih mungkin, tapi aku takut itu akan mengganggu proses pendekatannya dengan Seunghee. Aku belum bertemu dengan member lain, dan tak mungkin aku tiba-tiba mengaku sebagai seorang Carat dan seorang calon penulis, lalu meminta mereka menjalin hubungan denganku!

Mereka pasti akan menganggapku sebagai orang gila dan menuntut aku karena telah mengganggu privasi.

Pintuku diketuk lagi saat aku sedang merutuki diriku karena berpikiran untuk meminta bantuan kepada Seventeen. Haewon muncul lagi dan berkata dengan santai, "Aku dengar dari Sorae noona kalau kau ada teman artis. Kenapa tak meminta bantuannya saja?"

"Sorae?" Aku menghampiri adikku yang kini lebih tinggi dariku. Wah, ternyata remaja memang pertumbuhannya lebih cepat. "Kau kenal Sorae?"

Haewon terlihat canggung sebentar sebelum ia menjawab, "Iya. Aku kenal dia. Sekarang, apa kau punya teman artis?"

"Punya," jawabku.

"Maka, jalanilah hubungan dengannya. Tak susah. Minta saja bantuannya," kata Haewon lagi.

Ada apa dengan adikku ini? Kenapa ia terus memaksaku menjalani hubungan dengan artis?

"Jangan salah paham," katanya, "setiap calon penulis itu akan menulis cerita yang bagus jika cerita itu berdasarkan dari pengalamannya."

Aku terperangah. Benar juga adikku ini.

"Appa bisa menuliskan kata-kata motivator juga karena ia pernah melalui itu semua dulu."

"Adikku pintar sekali!" Aku memeluk Haewon. Tubuhnya harum sekali! Pasti banyak teman-teman wanitanya yang menyukainya. Hoho. Apa Haewonku ini sudah menjadi si pembuat wanita patah hati?

Haewon berusaha melepaskan pelukanku. "Ya! Ya! Noona! Lepaskan aku!"

Aku berencana untuk menjahilinya dengan tetap memeluknya erat, tapi dasar, ia memang sudah bukan adikku yang dulu sangat pendek dan mudah dibodohi, ia berhasil melepaskan diri.

Haewon menatapku, pura-pura marah dan kesal, padahal aku tahu kalau dia hanya malu.

"Ya! Aku noona-mu! Kenapa kau malu hanya karena kupeluk?" Aku mengacak-acak rambutnya dengan gemas. Lucu sekali adikku ini!

"Ada apa ini? Apa Haewon mengganggumu?"

Kami berdua menoleh ke arah pintu. Appa berdiri disana, memegang secarik amplop.

"Iya, Appa," jawabku yang membuat Haewon melotot menatapku.

"Jangan sembarangan!" katanya.

Appa dan aku tertawa mendengar balasan dari Haewon. Ah, dia terlalu imut untuk anak berumur tujuh belas tahun.

"Itu, temanku mendapatkan tiket ke Music Bank untuk putrinya. Tapi, tiba-tiba putrinya harus membatalkan janjinya dengan temannya. Kudengar kau menyukai musik K-pop, apa kau mau pergi?" Appa menyerahkan secarik amplop itu padaku.

Aku langsung membuka amplop itu begitu aku mendengar Music Bank. Gila! Ini gila!

"Appa, jinjja-ya? Ini gratis?" tanyaku dengan mata berbinar-binar.

Yah, meskipun tidak ada Seventeen disana, setidaknya ada BTS! Lagu terbaru mereka, Run, benar-benar telah mencuri hatiku! Dan juga, siapa lagi yang mendapatkan seluruh perhatianku kalau bukan Min Yoongi yang berlidah pedas itu?

Kudengar, mixtape miliknya akan segera dirilis. Hoho. Aku sangat tak sabar!

"Iya, gratis. Pergilah, bawa temanmu atau," Appa berdeham sekali, "pacarmu." Haewon hampir tersedak ludahnya sendiri. "Kalau kau punya," tambah appa.

"Oh, kalau tidak, bawa saja Haewon!" usul appa.

"Tidak!" Haewon menjawab dengan nada datar dan keluar dari kamarku.

"Biasa," kata appa, "sepertinya ia punya masalah dengan wanita."






NANTIKAN HUBUNGAN AMING DAN HAEKANG YANG PENUH SENSASI /emot laknat/

SVT: MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang