Pt. 20

2.4K 260 22
                                    

Hari ini aku gugup sekali.

Setelah aku membalas pesan Mingyu, ia mengajakku untuk bertemu. Katanya, ada yang harus ia sampaikan kepadaku. Karena ada Haewon di sebelahku yang memelototiku, aku iyakan ajakan Mingyu.

"Haewon-ah, noona benar-benar tak ingin bertemu dengannya lagi," ujarku. "Nanti noona—"

"Itu urusan noona, bukan aku."

Astaga. Anak ini.. ckck.

Mingyu akan datang ke butikku pada jam sembilan malam, saat butik sudah tutup. Memang seharusnya aku tidak boleh membiarkannya tahu dimana tempat tinggalku dan juga tempat kerjaku, tapi kami tak mempunyai pilihan. Terkadang fans pun bisa datang ke hotel tempat mereka menginap.

"Aku mau ke atas dulu," kata Haewon.

Lantai dua butikku ada ruangan kerja milik eomma yang digunakan untuk meeting bersama kliennya. Disana juga ada sofa yang lumayan besar, jadi kami bisa beristirahat disana.

Setelah Haewon naik ke atas, saat itu jugalah Mingyu datang.

God. Dia semakin tinggi dan tubuhnya semakin besar. Apa ia berolahraga akhir-akhir ini?

"Hey," sapanya. "Lama tak bertemu."

Aku hanya tersenyum. Bibirku terlalu kaku!

Tiba-tiba, Mingyu menyentil dahiku lalu menutupinya dengan telapak tangannya. Ia menatap mataku. "Kau ini sangat jahat, kau tahu?"

Ia melanjutkan, "Bagaimana kau bisa tiba-tiba pergi begitu saja? Tak cukup memutuskan hubungan, haruskah kau juga meninggalkan tanah air?"

Inilah kenapa aku tak mau bertemu dengan Mingyu lagi. Pasti sesi tanya-jawab ini akan terus berlangsung.

"Maaf," kataku. Aku ingin menjelaskan kepadanya, tapi aku tak ingin membahas ini lagi. Sekarang, 'kan, Mingyu ingin menyampaikan sesuatu padaku.

"Boleh.. Bolehkah aku memelukmu?"

AKSBWKDBSKDHEOSBDLEBSLSBSPHELOA. WHAT?

"Kalau tak boleh juga tidak apa-apa," lanjutnya lagi sambil tersenyum.

????????????????????

"Ya, aku hanya meminta izinmu untuk memelukmu, bukan menyuruhmu untuk memelukku!"

Tunggu dulu. Maksudnya apa?

"Aih, kau ini pintar karena buku saja, bukan pengalaman," kata Mingyu pada akhirnya. Ia masih menatapku.

Jantungku masih saja berdetak dengan kencang sedari tadi. Aku tidak tahu apa yang salah, tapi ini salah.

"Ja-Jadi, apa yang ingin kau sampaikan?" tanyaku. Kumohon, katakan lalu pergilah.

"Apa kau benar-benar tidak akan menjawab pertanyaanku tadi?"

Huft.

"Tidak, kau tidak boleh melakukan itu," jawabku, "kumohon jangan membuang waktu tidurku."

Mingyu menghela napas. Ia menekan kedua bibirnya bersamaan sebelum berbicara. "Aku.. Aku merindukanmu."

"Iya, aku tahu itu." dan aku merindukanmu juga. "Ada lagi?"

Raut wajah Mingyu berubah menjadi kecewa. Aku merasa bersalah karena telah membalas ucapannya seperti itu, tapi aku harus tetap teguh dengan keputusanku.

"Apa kau.. tidak merindukanku?"

Aku mengalihkan mataku dari matanya. Kujawab, "Tidak." Tapi bohong. Aku sungguh merindukanmu.

SVT: MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang