Pt. 17

2.3K 262 19
                                    

Aku tak bisa mengelak ataupun melepaskan tubuhku saat Mingyu menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Lengan ini, tubuh ini, wangi ini.. aku merindukannya.

"Katakan kalau ini keputusanmu," ulangnya lagi, "maka aku akan mempercayainya."

Air mataku semakin deras dan perlahan-lahan kurasakan setetes air mata milik Mingyu jatuh di dahiku. Ia menangis?

"Katakan kalau ini semua bohong. Katakan kalau tadi kau hanya bercanda. Meski April Mop sudah berlalu, meski ulang tahunku juga sudah berlalu, tolong.. tolong katakan ini hanya bercanda. Aku akan menerimanya."

Kurasa aku akan merindukan kehangatan tubuhnya ini.

"Yoon Haekang, kumohon, katakan sesuatu. Jangan bertindak pengecut dan meninggalkan aku lagi seperti dulu saat kita masih--"

Aku melepaskan pelukannya, membuat Mingyu terdiam dan tak jadi melanjutkan perkataannya. Kutatap wajahnya, memastikan wajah tampannya itu tersimpan dalam memoriku. Tumben alisnya rapi hari ini.

Lalu aku berjalan meninggalkannya. Mingyu tak bergeming dan sepertinya juga tidak akan mengejarku lagi seperti yang di drama-drama, yang membuatku sedikit lega juga namun sedih di waktu yang sama. Tapi, setidaknya ia tak membuat ini sulit bagiku.

Jariku memencet nomor HP yang kuhapal betul. Lalu kutelpon orang itu. Setelah tiga dering kemudian, ia mengangkat teleponnya.

"Halo, putriku? Ada apa menelpon? "

"Appa, aku akan pergi ke Jepang. Jaga diri baik-baik."

Appa tak berusaha membuatku berubah pikiran untuk tidak kembali ke Osaka dan ia hanya berpesan supaya aku berhati-hati selalu dan menjaga kesehatan tubuh. Yah, lagipula aku hanya mengikuti sifatnya yang gemar pergi ke tempat lain secara tiba-tiba. Appa menyuruhku untuk pergi ke Osaka besok supaya aku juga sempat memberitahukan hal ini kepada Haewon, sehingga ia tidak terlalu terkejut dan membenciku (?), mungkin.

"Pokoknya,  ingat saja," kata Appa, "appa sebagai orang tua akan terus mendukung apapun pilihanmu sejauh itu adalah hal yang benar."

"Iya, terima kasih, appa."

"Sudah sampai rumah?"

Aku mengernyit. "Bagaimana appa bisa tahu kalau aku sedang di luar?"

"Ada suara klakson mobil tadi. Lagipula, jika kau ada di rumah, pasti kau akan menelponku melalui telepon rumah."

Benar juga.

"Aku baru saja sampai," kataku sambil membuka pintu. Aku menyempatkan diri untuk melihat ke belakang, hanya untuk melihat Mingyu saja. Ia sudah pergi. Mungkin aku tidak akan pernah melihatnya lagi selain di TV dan HP.

"Baiklah, istirahat yang banyak, jangan beragumen dengan Haewon."

"Ne, appa."

Sambungan telepon itu kumatikan setelah pintu rumah sudah kukunci. Haewon tidak ada di rumah,  entah kemana ia pergi.

Tapi, jika aku akan meninggalkan Korea, bukankah aku harus mengabarinya kepada orang lain? Yah, tentu saja orang lain selain Mingyu.

Seungkwan, mungkin? Seunghee? Sorae?

Haekang : seungkwan-ah~~
Haekang : aku akan meninggalkan Korea ㅋㅋㅋ
Haekang : jaga diri baik-baik, oke?
Haekang : jangan lupa undang aku bila kau menikah dengan Seunghee ㅋㅋㅋ
Haekang : kurasa kau sedang sibuk berlatih
Haekang : yolsimhae! (berlatih dengan sungguh-sungguh!)

SVT: MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang