Aku benar-benar terkejut saat Mingyu berbalik dan menahan badanku. Tatapannya itu.. ternyata selama ini ceritaku kurang detail setiap adegan. Pantas saja semua penerbit tak menyukainya.
Kukira Mingyu akan menciumku. Hei, tentu saja, tak salah untuk berharap, bukan?
Tapi dia malah mengecup hidungku. Lalu ia tersenyum. "Hadiahku pasti akan kuambil."
Dan disinilah kami, duduk bersama di sofa sambil memakan ayam goreng, dengan Haewon yang duduk di lantai sambil menonton TV. Haewon ternyata menyukai SNSD. Kukira ia tidak memedulikan idola-idola.
Mingyu bergerak lebih dekat ke tubuhku dengan mengangkat kedua kakinya ke sofa sehingga tubuhnya menjadi menyamping. Kepalanya, seperti biasa, ia senderkan ke bahuku, dan bau parfumnya menyerbak. Sangat berbeda dengan aku yang dibangunkan pada jam satu pagi, memakai kaus dan celana pendek, lalu rambutnya dicepol asal-asalan.
Kurasa orang-orang seperti Mingyu memang sempurna.
"Hyung, Noona, aku ke kamar dulu," pamit Haewon. Ia mencuci tangannya di wastafel dan naik ke kamarnya. Entah berbuat apa, sepertinya menghabiskan waktu dengan Sorae. Siapa tahu mereka sudah berbaikan?
Di ruang tamu, hanya ada aku dan Mingyu. Mingyu masih bersandar pada tubuhku dan ternyata ia makan dengan cepat. Ia bahkan sudah menghabiskan tiga potong ayam saat aku baru selesai menghabiskan satu potong!
"Apa kau yakin, kau tidak mempunyai jadwal siang ini?" tanyaku, mencoba memecah keheningan. Aneh rasanya jika hanya berdua dan tidak berbicara tentang apa-apa.
Kurasakan kepala Mingyu bergerak. "Iya, benar, kok. Besok baru pre-recording."
"Jadi, apa yang akan kau lakukan hari ini?"
"Apa ya?" Mingyu kembali duduk dan menghadapku. "Tadinya, sih, ingin mengambil hadiahku. Tapi tak jadi. Sekarang aku jadi tak punya rencana."
Aku memukul pelan bahunya. "Mwoya?"
"Jangan malu, dong," ejeknya.
"Ya!"
Mingyu tertawa dan memperlihatkan gigi taringnya yang imut itu. Ia lalu menggapai tangan kiriku yang bersih sedari tadi, yang tidak ada saus ayam gorengnya. "Kalau kau tidak suka sesuatu dariku, katakan saja. Akan kuperbaiki."
"Bicara apa kau ini?" Sejak kapan aku tidak menyukai sesuatu darimu?
-------
Tapi yang benar saja! Kata-kata Mingyu itu terus terngiang di telingaku. Kenapa ia merasa aku tidak menyukai sesuatu darinya?
Apa selama ini aku terlalu kaku dengannya? Atau aku terkesan menolak apapun yang ia inginkan?
Maksudku, aku hanya menolak, bukan, aku hanya sekedar belum siap untuk memberikannya hadiahnya, makanya aku tidak melakukannya. Apa dia marah karena itu?
Memang sih, Mingyu itu teman lamaku dan ia memperlakukanku dengan baik. Tapi Mingyu juga seorang laki-laki. Ia mempunyai hormon dan juga ia butuh sentuhan wanita.
Ia seorang artis dan tak bisa sembarangan menyentuh wanita untuk memuaskan nafsunya sendiri. Dan aku adalah pacar palsunya. Ia boleh menggunakan aku karena aku telah menggunakannya juga untuk ceritaku.
Tapi aku yakin, Mingyu tak akan berbuat seperti itu. Aku percaya padanya. Bagaimanapun juga, Mingyu merupakan manusia yang memiliki akal sehat.