Pt. 19

2.2K 254 8
                                    

Fuck.

Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Aku membaca ulang kalimat itu.

'Apa kabar?'

Bagaimana.. Bagaimana Mingyu bisa mendapatkan nomor HPku yang baru?

Aku hapal benar nomornya. Nomor yang telah kutatap setiap malam saat aku tidak bisa tidur karena merindukan pelukan Mingyu. Dan, nomor itu tiba-tiba tertera di layar HPku, bersamaan dengan sebuah pesan.

Haruskah aku membalasnya? Tapi bagaimana? 'Hai, lama tak bertemu'? Atau 'bagaimana kau bisa mendapatkan nomorku'? Atau 'apa kabarmu'? Atau 'apa kau merindukanku'? Atau hanya 'aku merindukanmu'?

Argh!

Aku benar-benar berharap Haewon ada di sisiku saat ini. Ya, dia ada di Osaka bersamaku, mengambil jurusan fashion stylist di salah satu universitas fashion ternama di Jepang. Ia memutuskan untuk tinggal bersama denganku, karena appa juga memutuskan untuk tinggal di Singapura saja.

Sudah lewat empat bulan sejak fanmeeting Seventeen yang kutinggalkan. Aku putus hubungan sejenak dengan Hana, namun ia memaafkanku karena telah lari dari venue setelah menonton video Mingyu. Memang keanak-anakan, aku juga tidak habis pikir mengapa aku bisa lari begitu saja saat itu.

Mengapa Haewon lama sekali berada di universitasnya? Padahal ia cuma mendaftar untuk sekolah bahasanya dulu!

Jadi, apa yang harus kulakukan? Ah, bodohnya! Mengapa aku menyimpan nomornya?

Mingyu : ini benar nomor Haekang?

Apa yang harus kubalas? 'Tidak, kau salah nomor'?

Ini jelas-jelas nomor Jepang! Bagaimana ia yakin aku berada di Jepang? Apa ia melihatku atau bagaimana?

"Noona, aku lapar!" teriak Haewon dari pintu masuk butik. Ya ampun. Untung saat ini sudah jam 12 dimana orang-orang sedang makan siang, jadi butikku sedang kosong!

Atau mungkin karena orang tidak ingin masuk ke butikku.

Hehe.

"Kukira kau akan pergi makan siang bersama dengan teman barumu?" sindirku. Semua orang tahu bahwa Haewon tidak pandai beradaptasi di lingkungan baru. Ia sangat payah dalam urusan pertemanan, berbanding terbalik denganku. Kata eomma, itulah alasan mengapa ia membawaku dengannya ke Jepang daripada membawa Haewon.

Haewon menepuk kepalaku sekali. "Jangan ribut dan buatkan aku makanan!"

Aish, jinjja! Tak bisakah Haewon berhenti bertumbuh? Tidak bertemu dengannya selama satu tahun lebih membuatku terkejut dengan perubahan tingginya. Waktu itu ia sudah sama tinggi denganku, lalu sekarang ia sudah lebih dari 180cm (katanya begitu).

Mungkinkah ia sudah sama tingginya dengan Mingyu?

Ah. Kenapa dia lagi?

"Noona, apa kau pernah kepikiran untuk mengecat rambutmu blonde?"

"Aku belum pernah mengecat rambut sih. Tapi apakah warna pirang cocok denganku?"

Haewon mengeluarkan dua bungkus ramen dari laci di meja kasir dan menumpukkannya di atas kepalaku. "Cocok dengan otak lambatmu itu. Cepat buatkan aku ramen!"

Cih. Dasar adik durhaka.

Setelah aku memasakkan ramen itu, aku meletakkannya di sebuah mangkuk besar untuknya. Tentu saja, aku sudah memakan sedikit. Hehe.

"Ini, makanlah," kataku.

Haewon tersenyum seperti anak kecil. "Hehe. Gomawoyong~"

"Sejak kapan kau memiliki banyak aegyo? Kau seperti bukan adikku saja."

SVT: MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang