Aku memejamkan mata saat flash dari kamera-kamera yang tertuju pada appa terus muncul, seakan-akan tidak berencana untuk berhenti dalam waktu dekat. Appa baru saja menyelesaikan buku barunya, dan kini, ia mengadakan acara fansign dadakan di toko buku di dekat rumah kami. Semua demi para penggemarnya.
Aku berbisik kepada Haewon, "Bagaimana appa bisa menahan semua ini? Tidakkah matamu sakit?"
Saat eomma sedang menyaksikan sesi foto para modelnya, ia hanya berdiri dengan santai dan tersenyum puas jika modelnya melakukan kerja bagus. Sedangkan aku hanya mengalihkan mata ke arah lain, atau bermain hape.
Haewon tidak menjawab dan hanya tersenyum. Aku tak yakin apa maksudnya itu; matanya sakit atau tidak?
Semoga appa ingat kalau aku ada acara reuni setelah ini. Aku harus mengantarkan appa dan Haewon ke rumah dulu, sebelum aku pergi ke reuni SD. Jangan sampai telat di hadapan teman-teman!
Tak lama kemudian, setelah semua sesi penandatanganan, wawancara dan pengambilan foto selesai, appa kembali bergabung dengan aku dan Haewon. Aku menyadari kalau ia sedang berkeringat sedikit, tapi aku tak ingin mengatakan hal itu di hadapan publik.
Appa pasti sangat menyayangi para fansnya, sampai rela tidak menyeka keringat. Padahal, seingatku dulu, appa paling benci ketika badannya lengket.
-------
Aku mengedarkan pandanganku ke sekelilingku. Lobi hotel ini sungguh membingungkan. Sorae berkata kalau ia sudah berada di lobi, tapi aku tidak melihat batang hidungnya sedikitpun sedari tadi.
Tak mungkin hotel ini salah, karena aku menggunakan google maps.
"Hei!"
Aku berbalik saat kurasakan seseorang menepuk pundakku ringan dari belakang. Ah, ternyata Han Sorae!
"Ya! Yoon Haekang! Bagaimana kau bisa segini cantik?!" pekiknya lalu memelukku.
Aku memeluknya balik dan mengucapkan terima kasih. "Kau juga banyak berubah."
"Iya dong!" Sorae tersenyum dan menekan tombol lift. "Aku sudah menjadi seorang trainee di YG sekarang. Mau tak mau, aku harus selalu tampil cantik."
Oh. Pantas saja. Seingatku, Sorae itu lumayan gendut dulu.
Di dalam lift, kami berdua tidak berbicara. Sorae memainkan hapenya, begitu juga denganku, meski aku hanya meng-slide homescreen karena tidak ada notifikasi yang masuk ke dalam hapeku selain appa yang menanyakan apakah aku sudah sampai atau belum.
Kulirik ke arah Sorae yang senyum-senyum sendiri melihat hapenya. Timbullah rasa isengku. "Ya, Sorae-ah. Kau sedang berpacaran, ya?"
"Ani!" Sorae tidak menatapku dan tetap fokus kepada hapenya. "Trainee tidak diperbolehkan untuk berpacaran."
Lift berdenting dan kami berdua keluar. "Jadi? Mengapa engkau terus senyum saja dari tadi?"
"Oh," Sorae merapikan rambut lurusnya yang dicat pirang itu di hadapan sebuah kaca di depan lift. "Ada seorang pria yang kusuka, dan ia sepertinya menyukaiku kembali."
"Kau akan berpacaran dengannya?"
Sorae mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu. Dia hanya seorang pelajar."