Pt. 9

2.8K 324 0
                                    

Yoon Haewon kembali berulah. Yang benar saja, ia sedang sangat ribut sekarang!

"Noona, bangun! Bangun!"

"Hari ini hari Minggu, bocah! Tidurlah kembali."

Tapi Haewon malah naik ke atas ranjangku dan melompat-lompat, tak peduli dengan beberapa bagian tubuhku yang tak sengaja ia injak.

"Iya, iya! Aku bangun! Kau yakin kalau kau sudah tujuh belas tahun?"

Aku duduk di atas ranjang, mencoba mengumpulkan nyawaku kembali. Haewon duduk di sebelahku dan membisikkan, "Mingyu hyung ada disini."

"Ya!" Aku memukul paha Haewon dengan mata yang masih tertutup. "Jangan bercan--"

"Selamat pagi, Haekang-ah."

Oh. My. God.

"Tuhkan," bisik Haewon padaku, "noona tak percaya kepadaku."

Mataku yang tadi seolah-olah ada beban satu ton yang membuatnya tetap tutup langsung terbuka. Kim Mingyu benar-benar sedang berdiri di ambang pintu kamarku, dengan hoodie hitamnya yang biasa dan topi yang selalu melekat dengannya.

"Maaf tiba-tiba," katanya.

Aku buru-buru merapikan rambutku karena pasti aku kelihatan seperti singa sekarang. Wah, bau mulutku bisa membunuh sekelompok gajah dewasa.

"Tidak apa-apa," Mingyu memegang kedua tanganku dan menatapku sebentar, "kau masih cantik, kok."

Hei, jantung! Jantung!

Ia meletakkan tanganku di sebelah tubuhku dan tangannya menangkup pipiku lembut. Aku menatapnya, tapi saat ia menatap mataku kembali, mataku malah beralih ke arah lain. Dasar mata penakut!

Bisa kurasakan ia sedang berusaha menutupi senyumnya. Tapi aku tidak kepikiran itu lagi saat ia mendekatkan wajahnya dan mencium dahiku! Katanya, sebuah kecupan manis di pagi hari akan membuatku semangat.

"Aku membawakanmu bubur."

Ia menggandeng tanganku dan kami turun ke bawah, dengan Haewon yang wajahnya seperti orang mesum; seperti baru menonton film porno. Atau kira-kira begitu.

"Buburnya enak sekali, hyung!"

"Tadi Mirae noona memasakkannya untuk kami," ia tersenyum pada aku dan Haewon. "Oh, dia manajer kami," lanjutnya.

Aku tersenyum sebagai ucapan terimakasih saat Mingyu menarik kursiku untuk aku duduk. Di hadapanku sudah ada semangkuk bubur. Saat aku akan makan, Mingyu berkata, "Maaf, tak bisa menemanimu makan. Aku harus.. kembali berlatih."

"Tak apa-apa," kataku pada akhirnya. Aku tak jadi makan dan mengantarkannya sampai ke depan pintu. "Kalau aku berjalan denganmu ke Pledis di siang seperti ini, pasti akan ketahuan, 'kan?"

Mingyu tertawa. "Tak apa. Makanlah yang banyak. Ingat nanti malam," katanya padaku sambil berkedip.

Setelah Mingyu meninggalkan rumahku, Haewon bertanya padaku, "Noona, kalian sudah sejauh itu, atau memang itu sudah hal yang biasa di kalangan orang dewasa?"

-------

Malam harinya, Mingyu mengabari kalau ia tak bisa datang karena tiba-tiba ada tambahan latihan. Yah, aku hanya memaklumi saja, meski agak kesal juga, karena aku sudah mempersiapkan semuanya.

Aku bahkan rela menggeser letak sofa sendirian! Haewon pergi ke sekolah, jadi aku tak bisa meminta bantuannya.

Aku memesan sekotak ayam goreng untukku dan Haewon. Aku tak makan terlalu banyak, jadi aku yakin Haewon bisa menghabiskannya. Tentang appa, ternyata ia sedang berlibur ke Vietnam. Entah ada apa di tempat itu, tapi appa berkata kalau ia akan menetap disana selama dua minggu.

SVT: MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang