8

261 38 2
                                    

~~Happy Reading~~

.

.

.

Setelah kereta kuda yang berisikan Pangeran Taekwoon dan Hakyeon sampai di pekarangan istana, pengawal yang berjaga di depan pintu istana membukakan pintu kereta kuda tersebut. Saat ini mereka sudah mulai sedikit terbiasa lagi seperti dahulu, bahkan Hakyeon pun mulai mencoba berbicara tidak terlalu formal kepada sang pangeran.

"Maaf, Pangeran. Baginda raja memanggil anda ke ruangan utama," ujar pengawal itu sopan. Taekwoon mengerutkan dahinya bingung, orangtuanya telah sampai? Kenapa sangat awal?

"Ada apa?" tanya Taekwoon. "Maafkan saya, Pangeran. Saya tidak tahu menahu akan hal itu." Hakyeon menatap Taekwoon penuh tanya, apa yang sedang terjadi?

"Aku pun tak tahu," jawab namja itu singkat. Kemudian, Taekwoon berjalan memasuki istana dengan Hakyeon yang mengikutinya dari belakang. Namja itu bertanya-tanya, apa yang orangtuanya ingin bicarakan dengannya? Masalah-masalah yang harus ia tuntaskan kemarin sudah terlaksana semua, tak ada yang kurang lagi. Apa yang.. Seketika Taekwoon menghentikan langkahnya.

'Ya Dewa, pasti masalah perjodohan,' batin Taekwoon. Hakyeon yang sedari tadi mengikuti langkah sang pangeranpun ikut berhenti. Dahi yeoja itu berkerut, apa lagi sekarang?

"Ada ap—/ Ikut aku," potong Taekwoon seraya menarik tangan Hakyeon. Namja itu terus berjalan tanpa berniat memberitahu maksud dan tujuannya menarik Hakyeon. Hakyeon yang ditarik pun hanya dapat terdiam menunggu sang pangeran menjelaskan lebih dulu, toh ia sudah berkata bahwa ia akan melaksanakan semua perintahnya.

Sampailah mereka ke dalam kamar Taekwoon, tempat mereka pertama kali bertemu. Namja itu menyuruh Hakyeon untuk duduk di ranjangnya sedari ia menutup pintu. Saat Taekwoon beralih mengunci pintu, otak Hakyeon sontak mulai berpikiran liar. Apa yang ingin pangeran itu lakukan padanya sekarang?

"Apa yang Pangeran ingin lakukan?" tanya Hakyeon takut-takut. Taekwoon menghembuskan napasnya panjang dan beranjak mendekati Hakyeon. "Aku tidak akan melakukan apapun, tenang saja. Aku hanya ingin membicarakan sesuatu padamu," jawabnya dengan tatapan serius.

"Apa itu?" tanya Hakyeon heran. "Ini masalah perjodohanku, kau tahu itu dengan pasti, bukan?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Hakyeon. Taekwoon mendudukkan dirinya di sofa yang terletak di samping ranjangnya dan mengurut pelipisnya pelan.

"Hahh.. bagaimana aku harus menjelaskannya padamu," keluhnya. Hakyeon yang menatapnyapun ikut merasakan sebuah perasaan bingung yang menumpuk di dalam pikiran pangeran tampan itu. Hal tersebut sangatlah rumit.

"Tak apa, Pangeran. Kau bisa menjelaskannya perlahan," tenang Hakyeon. Taekwoon menatap yeoja manis itu sekilas, lalu tersenyum kecil. Samar namun terlihat sangat tulus.

"Seharusnya mereka baru kembali esok hari, seperti yang kau dengar dari Sora, mereka pergi ke Bertoria untuk membahas perjodohanku. Aku tahu, keputusanku untuk menikahi seorang manusia tak pernah benar-benar mereka percayai. Mereka mengiyakannya dengan mudah karena tahu jika tak mungkin ada seorang manusia lagi yang dapat datang ke sini. Tetapi, pada kenyataannya mereka pulang lebih awal, dan hal ini pasti karena kedatangan dirimu. Aku tahu mungkin di sekolah identitasmu sulit terkuak, namun bagi kami para bangsawan, hal ini sangatlah mudah. Aku sangat yakin bahwa appaku tahu semua ini dari penasehat kerajaannya," jelas Taekwoon. Hakyeon juga terlihat ikut berpikir, ia juga berusaha untuk menemukan jalan keluar dari masalah ini.

"Jadi, Pangeran. Apa selanjutnya?" tanya Hakyeon. Taekwoon menatap yeoja itu sebentar, lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Kau adalah manusia satu-satunya di sini, aku tak ingin menikahi putri dari Bertoria. Aku tidak mencintainya. Jadi..Bisakah kau membantuku?" tanya Taekwoon hati-hati. Ia tak mau lagi mendapat penolakan seperti hari lalu, ia ingin bertanya dengan baik-baik agar yeoja itu mau melakukan hal tersebut.

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang