4

433 55 8
                                    

~~~Happy Reading~~~

.

.

.

"Eunghh...OMO!!" Jeritan Hakyeon terdengar saat dirinya membuka kelopak matanya dan ternyata di hadapannya terdapat Taekwoon yang sedang menatapnya sembari tersenyum. Tak tahu mengapa, jantungnya kini berdetak tak menentu. Jadi, ia terdiam sejenak guna menetralkan degup jantungnya. Wajah Taekwoon yang berada sangat dekat membuatnya dapat secara jelas melihat lekuk wajah pria itu yang amat tampan.

"Sudah bangun, eum? Mimpi Indah?" tanya Taekwoon lembut.

"Eoo..Ne, mimpiku indah. Bagaimana denganmu?"

"Ahaha tentu saja indah, kau memelukku sangat erat semalaman. Aku? Tentu saja aku mimpi indah, kau berada di pelukanku membuatku senang," ujar pria itu seraya melebarkan senyumannya.

~Blush~

"Y-ye? Naega jinjja?" tanya Hakyeon ragu. Ia meringis lalu menundukkan kepalanya malu, kenapa ia bisa melakukannya semalam dan tak menyadarinya?

'Ahh...Malunya diriku,' batin Hakyeon.

"Geureumyeon~ Wae? Omo..Wajahmu memerah, Yeonie. Apa kau kedinginan?"

"Ahk-Aniya..Gwenchanayeo," sahut Hakyeon seraya menahan lengan Taekwoon yang berusaha memeluknya, lalu namja itu terkekeh sembari menjauhkan kedua lengannya.

Tok

Tok

"Ya..Aku sudah terbangun," ujar Taekwoon saat mendengar ketukan di pintunya, ia tahu jika itu pasti pelayannya yang bertugas membangunkannya. Biasanya pangeran tunggal kita ini memang sulit sekali bangun karena ia sering menghabiskan malamnya dengan kebosanan. Ia sering sekali sulit tidur, namun sepertinya berkat keberadaan gadis manusia itu acara tidurnya berjalan dengan lancar dan nyaman.

"Kajja,Yeonie. Kita harus bersiap untuk berangkat sekolah," ucap Taekwoon. Sontak Hakyeon menoleh dengan melayangkan tatapan bingung. "Mwoo? Sekolah? T-tapi kan aku baru saja datang ke-/Psstt.. Tenanglah! Aku sudah mengurus semuanya," potong Taekwoon. Hal ini membuat Hakyeon mengerutkan dahinya. Kapan namja ini mengurusnya jika semalaman saja ia bersamanya.

"Tapi.. Kenapa aku harus bersekolah di sini? Lantas bagaimana kehidupanku di dunia?" tanya Hakyeon cemas. Sontak Taekwoon tersenyum dan beranjak mengelus helaian poni yeoja manis itu. "Apa kau tak ingin menjadi seorang putri mahkota di kerajaanku ini? Aku bisa menjadikanmu seorang putri dan ku jamin kau akan hidup bahagia selamanya, Yeonie," jelas Taekwoon lembut.

Hakyeon membalas tatapan Taekwoon dan sejenak terdiam, lalu dengan perlahan ia menjauhkan tangan Taekwoon dan beranjak turun dari ranjang. "Ini tidak benar, Taekwoon-ssi. Aku adalah manusia dan tempatku adalah di bumi, bukan di sini." Taekwoon segera beranjak menghampiri Hakyeon setelah mendengar ucapannya.

"T-tapi..kau adalah takdirku, Yeonie. Kau dikirim dewa ke tempatku memang untuk bersamaku, tidakkah kau mengerti itu? Bagaimana bisa kau tiba-tiba tersasar ke sini jika bukan karena dewa yang mengirimmu?" tanya Taekwoon dengan senyuman merekahnya, ia berusaha untuk meyakinkan gadis di hadapannya itu.

"Kau sebut itu takdir? Apakah kau tak berpikir tentang kehidupanku di dunia? Bagaimana dengan keluargaku, saudaraku, dan teman-temanku? Apa aku harus meninggalkan mereka hanya karena namja yang baru sehari ku kenal ini?" tanya Hakyeon seraya menatap Taekwoon dalam.

"Tapi..kau adalah--/ Takdirmu? Orang yang dikirim dewa untukmu? Yang mulia Taekwoon, maafkan aku sebelumnya. Kau memang seorang putra mahkota di kerajaanmu ini, tapi kau tidak bisa mengambil hak seorang manuia yang bahkan tidak tinggal di daerah kerajaanmu. Jadi, kumohon bantu aku kembali ke dunia asalku. Bisa kau mengerti aku?" Taekwoon tersentak, senyumannya seketika luntur. Ia sempat berpikir bahwa kehidupannya tak akan kosong lagi karena kedatangan gadis itu, namun ternyata gadis yang telah membuatnya nyaman dalam kurun waktu sebentar itu tak ingin hidup bersamanya. Lantas kini apa yang harus ia lakukan? Memaksa gadis itu tetap di sini atau membiarkan gadis itu pergi dan kembali ke kehidupan kosongnya.

"Yang mulia.. Kumohon. Kita bahkan baru bertemu kemarin, tak mungkinkan jika dirimu sudah memiliki pe--/ Aku akan membantumu," potong namja tampan itu. "Tapi, kau tetap harus di sini dan melakukan kegiatan yang ada di sini beberapa hari karena aku tak tahu bagaimana bisa membuka portal dunia manusia. Jadi, selama aku belum berhasil menemukannya, kau harus melakukan semua yang aku mau, apa kau sanggup?" lanjut sang pangeran.

Hakyeon terdiam. Apa maksud dari melakukan semua yang ia mau? Memang menolong dirinya itu sulit sekali sampai harus melakukan semua yang ia mau? Namun, karena gadis itu berpikir jika hanya itu satu-satunya jalan untuk kembali ia menyanggupinya. "Aku bersedia," jawab yeoja itu tegas.

"Baiklah, kau boleh keluar dari kamarku. Temui salah satu pelayan untuk bersiap," perintah sang pangeran. Kemudian, Hakyeonpun beranjak keluar dari kamar sang pangeran seraya sesekali memandang punggung lebar pria itu. Entah kenapa ia merasa jika pria itu terdengar dingin sekarang.

"Oh iya, panggil aku dengan sebuat Yang mulia pangeran," lanjut Taekwoon singkat. Hal ini sontak membuat gadis manis itu semakin yakin dengan dugaannya, namja itu berubah.

.

.

.

"Yang mulia putri, apakah putri adalah kekasih Yang mulia pangeran?" tanya salah seorang pelayan yang kini sedang membantunya mengenakan seragam sekolah. Seragam sekolah dunia toria ini memang sedikit rumit, mereka harus mengenakan baju putih lengan panjang yang memang dirancang lebih besar dari lengannya, ditambah rok berwarna hitam yang menutupi tiga perempat pahanya disertai celana lezing hitam berwarna senada. Tak hanya itu, Hakyeon juga harus mengenakan rompi hitam dan juga jubah berwarna hitam yang terurai sepanjang betisnya.

"Ye? Oh..aniya, bukan seperti itu. Aku.." ucapan Hakyeon menggantung sejenak. Siapa ia bagi pangeran itu? Orang yang tak sengaja tersasar di kamarnya? Bodoh jika ia berkata demikian. "Hanya temannya hehe," lanjut gadis itu.

"Ahh..aniya, Yang mulia. Putri pasti adalah kekasihnya, aku bahkan dapat melihatnya dari cara pangeran memandang putri. Tatapannya sarat akan kasih sayang hihihi," jawab seorang lain dari salah satu pelayan itu. Hakyeon seketika terdiam, apakah hal yang dikatakan pelayan itu benar? Tapi..mereka bahkan baru bertemu kemarin, bagaimana bisa pria itu menyukainya?

"Pangeran adalah namja yang baik dan bijaksana, putri. Ia mungkin memang terlihat dingin, namun sebenarnya dibalik sifat dinginnya, ia adalah namja yang sangat perhatian. Putri beruntung sekali dapat memiliki hatinya, banyak sekali gadis yang mengiinginkannya, namun pangeran bukanlah orang yang mudah ditaklukan. Aku yakin, putri adalah orang yang sangat hebat, yakan??" pelayan yang lainpun ikut membenarkan perkataan salah seorang temannya itu.

'Ia bukan orang yang mudah ditaklukkan, tapi kenapa ia bisa dengan mudah menyukaiku?' batinnya.

"Yakk..sudah kukatakan jika pangeran bukanlah kekasihku. Aku hanyalah seorang temannya, lagipula bagaimana bisa ia menjadi kekasihku? Sama sekali tak pantas," protes Hakyeon. Di ujung pintu kamar tersebut, tanpa gadis itu ketahui, Taekwoon yang tadi sedang mencuri obrolan mereka itu berlalu dengan tatapan sedihnya.

'Sebegitu tak pantaskah diriku?'

.

.

.

TBC

Gimana chap ini?? Suka sama karakter mereka di sini?? 

Ada request untuk kedepannya? Oh iya, menurut kalian orang ketiga diantara mereka yang lebih cocok siapa? Ada request??!!

Just for itXD Sorry for typo~~

Thanks for reading!!

#hhanie

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang