12

222 35 7
                                    


~~Happy Reading~~

.

.

.

Setelah kepergian sang pangeran, Hakyeon beranjak duduk di tempat yang sudah disediakan. "Apakah semuanya sudah lengkap?" tanya pelatih Lee kepada yang lain. Mereka pun mulai menghitung anggota mereka satu-persatu. "Lee Wongeun belum sampai, Saehwan ssi." Mereka memang berjumlah sedikit, terhitung delapan toria yang menjadi seorang penunggang rysing termasuk Hakyeon dan Wongeun.

Pelatih Lee berdecak pelan. "Bocah itu.." lirihnya. Hakyeon yang mendengar nama namja itupun mengalihkan pandangannya, benar saja namja itu belum ada di sini. "Sang ryser, perkenalkan nama saya adalah Do Hyunso, senang mendengar anda telah datang." Hakyeon menolehkan kepalanya menatap seorang pria paruh baya yang membungkukkan tubuhnya. "Ah.. namaku adalah Cha Hakyeon, senang juga bertemu dengan anda," jawab Hakyeon sedikit tak nyaman.

Para penunggang rysing lainnya yang mendengar penuturan Hakyeon pun menatap yeoja itu intens. Mereka sebenarnya masih sedikit heran dengan datangnya sang ryser mereka, mereka tak pernah mengira jika sang ryser mereka itu masih sangatlah muda. Namun, saat melihat kalung berlian yang melingkar manis di leher yeoja itu, mereka pun mulai sedikit percaya akan hal tersebut. "Maaf, Sang ryser. Apakah anda adalah calon putri mahkota kami? Kulihat Pangeran sangatlah dekat dengan anda dan biasanya ia tidak sedekat itu dengan toria lain," celetuk Hyunso lagi yang membuat seluruh toria di sana kembali mengalihkan pandangan mereka kearah Hakyeon.

Hakyeon yang mendapat pertanyaan itu pun terdiam bingung. Ia harus menjawab apa? Membeberkan kebohongannya dengan sang pangeran kepada mereka atau berkata sejujurnya? "Aku dengar memang seperti itu, benarkan, sang ryser?" tanya seorang wanita paruh baya yang berada tak jauh darinya. "I-itu..Ya begitulah," jawab Hakyeon. Yeoja itu mendesis pelan mengutuk dirinya yang sulit berkata sejujurnya. Sudahlah.. toh, berita itu memang sudah menyebar.

"Aku datangg!!" seru seseorang memecahkan ketegangan di antara para penunggang rysing. Hakyeon yang melihat datangnya Wongeun pun merekahkan senyumannya, setidaknya ada toria yang dekat dengannya sekarang. "Kenapa kau selalu saja terlambat, bocah?" tanya pelatih Lee kesal seraya menjitak pelan dahi Wongeun. Namja itu meringis lalu menyengir. "Maafkan aku, tadi ada yang harus aku urus. Lagipula, aku tak ketinggalan apapun kan?" kata Wongeun dengan santai.

"Eish, kami memang sengaja menunggumu, bocah. Sudahlah, kau harus memberi hormat terhadap sang ryser, cepat!" perintah pelatih Lee. Wongeun menatap Hakyeon seraya tersenyum lalu yeoja itu menggeleng pelan. "Cepat!" perintah pelatih Lee lagi. "Ah, tidak perlu, pelatih Lee. Kita mulai saja pertemuannya," ujar Hakyeon.

Wongeun pun semakin merekahkan senyumannya dan langsung beranjak duduk di samping Hakyeon. "Lee Wongeun!" ujar pelatih Lee. "Apa salahnya duduk di sini?" tanya Wongeun. "Kau tidak--/ Pelatih Lee, tak apa. Tak ada salahnya juga kan," potong Hakyeon. Pelatih Lee pun lagi-lagi menghembuskan napasnya.

"Para penunggang rysing itu sudah tua-tua kan, Yeon ah. Kurasa mereka tak menyangka jika ryser kami itu masih semuda dirimu," bisik Wongeun. Yeoja itu menolehkan kepalanya lalu terkekeh. "Kau ini ada-ada saja." Wongeun menolehkan kepalanya menatap yeoja di sampingnya. "Aku benarkan? Mereka--/ Lee Wongeun, bisakah kau diam? Kita tidak akan memulai pertemuan ini jika kau terus saja berceloteh," protes pelatih Lee. Wongeun pun mengatup kembali bibirnya dan membenarkan posisi duduknya.

Hakyeon terkekeh pelan, ia merasa sangat terhibur akan kedatangan namja itu. "Baiklah kita mulai pertemuan kali ini. Aku Lee Saehwan, yang selama ini memimpin para penunggang rysing ingin memperkenalkan anggota terbaru kita dan juga sang ryser kita, Cha Hakyeon." Hakyeon pun yang mendapat isyarat untuk berdiri membangkitkan tubuhnya dan membungkuk pelan. Para penunggang rysing lain dan juga Wongeun membalas bungkukkan tersebut dan mereka kembali duduk.

"Maaf, sang ryser. Agar di antara kami tidak ada kesalah pahaman dan semuanya percaya bahwa anda adalah ryser kami, kami akan melakukan sebuah ritual pembuktian, apakah anda keberatan?" pelatih Lee bertanya kepada Hakyeon. Yeoja itu terdiam sejenak, sebenarnya ia takut. Takut jika kalung pemberian Carlosie itu hanyalah kalung biasa, bukanlah kalung tanda seorang ryser. Tetapi, karena pada dasarnya ia juga penasaran dengan hal itu, ia mengangguk setuju. "Silahkan saja, pelatih Lee."

Mereka mulai menyatukan tangan mereka satu sama lain, Wongeun yang berada di sampingnya mengisyaratkannya untuk melakukan hal yang sama. Yeoja itu menyatukan tangannya dengan Wongeun dan juga pelatih Lee yang berada di sampingnya. "Tutuplah mata anda, dan kami akan mulai ritual tersebut," ujar pelatih Lee.

Hakyeon memejamkan matanya perlahan, setelah yang lain melakukan hal yang sama, munculah sinar putih yang mengalir dari pembuluh nadi mereka semua. Aliran tersebut menuju satu tempat yang tak lain yakni tubuh Hakyeon. Jika memang Hakyeon adalah seorang ryser yang sesungguhnya, maka aliran sinar tersebut akan mengalir juga ke pembuluh nadinya, dan juga sebaliknya. Jika ia bukanlah ryser sesungguhnya, aliran tersebut hanya akan terhenti pada pergelangan tangan Wongeun dan juga pelatih Lee.

'Ya Tuhan, apakah benar jika aku adalah seorang ryser?' batin Hakyeon. Yeoja itu sebenarnya tak merasakan apapun sejak ritual pembuktian itu dimulai, hal ini membuat hatinya mulai gelisah takut-takut jika kalung itu memang hanyalah kalung biasa. Namun, tiba-tiba sebuah energi mengalir ke dalam tubuhnya, energi tersebut kemudian berkumpul ke dalam hatinya. Tak berselang lama hatinya terasa seperti diselimuti awan, sejuk sekali rasanya sampai-sampai ia tak sadar jika para penunggang rysing lainnya telah melepaskan tangan mereka masing-masing dan beralih menatap yeoja itu.

Sinar putih itu mulai terlihat semakin terang, lalu terlihat semakin terang lagi seraya membuahkan sebuah ukiran sayap di belakang bahu yeoja itu yang nampak seperti tato. Setelah itu sinar tersebut hilang, para penunggang rysing pun menatap tak percaya tubuh Hakyeon yang sempat bersinar terang itu.

"Selamat datang, sang ryser." Hakyeon membuka kelopak matanya perlahan mendengar seruan para penunggang rysing lainnya itu. Ia dapat melihat bahwa mereka semua kini sedang bersimpuh di hadapannya. Entah apa yang baru saja ia dapatkan, tetapi ia merasa jika ada sebuah energi besar yang membuatnya merasakan sebuah martabat seorang pemimpin. Kini rasa percayanya terhadap anugrah ryser yang diberikan padanya bahkan telah menembus angka seratus persen.

"Berhentilah bersimpuh di hadapanku dan juga berhenti memanggilku dengan sebutan sang ryser. Cukup perlakukan aku seperti toria yang lain dan panggil aku dengan sebutan, Hakyeon. Walaupun aku seorang ryser, tetapi kalian tetaplah orang yang lebih tua dariku," perintah Hakyeon. Mereka semua pun kembali menegakkan tubuh mereka dan menatap bangga sang ryser mereka.

.

.

.

TBC

Heyyy~~ Back again^^

Gimana ceritanya?? Gimme your comment~

Penggambarannya terbayangkan ga? Soalnya takut ga kebayang wkwkwk

Okay...Thanks for reading and sorry for typos^^

#hhanie

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang