~~Happy Reading~~
.
.
.
Sang ratu mengajak Hakyeon untuk berbincang di balkon lantai dua istana. Yeoja itu masih terdiam bertanya-tanya tentang hal apa yang akan sang ratu bicarakan kepadanya seraya menundukkan kepalanya. Setelah beberapa pelayan yang menyajikan teh melati di meja balkon meninggalkan keduanya, sang ratu mulai memperhatikan gelagat calon menantunya itu. Tak lama ia tersenyum kecil, baru ia sadari bahwa yeoja itu sangat mungil dan manis. Pantas saja ia dapat meluluhkan hati es putranya, bahkan hanya dengan melihat yeoja itu pun ia dapat merasakan sebuah aura yang membuatnya merasa nyaman.
"Apakah kau tinggal di Seoul?" tanya sang ratu memecah keheningan. Sontak Hakyeon mengangkat kepalanya saat mendengar pertanyaan sang ratu yang benar-benar keluar dari ekspetasinya. "Maaf, Yang mulia. Maksud Yang mulia itu Seoul di Korea Selatan?" tanyanya sopan.
Sang ratu tertawa kecil. "Ahaha tentu saja, sayang. Aku bertanya tentang tempat tinggalmu, dan berhentilah memanggilku seperti itu," ucapnya. Hakyeon merengut, lantas ia harus memanggil sang ratu seperti apa? Ia rasa panggilan itu pantas. "Panggil aku dengan sebutan eomma," lanjutnya saat ia dapat membaca pikiran Hakyeon.
Hakyeon tersentak, eomma? Bagaimana ia bisa memanggilnya seperti itu jika ia dan pangeran saja belum terikat hubungan apapun. "Ahh.. maafkan saya, Yang mulia. Saya rasa panggilan tersebut tidak sopan melihat anda yang seorang ratu Tandtoria," bantah Hakyeon halus.
Sang ratu yang lagi-lagi dapat membaca pikiran yeoja di hadapannya pun tersenyum kecil. "Saat Taekwoon mengatakan sesuatu, maka ia serius akan ucapannya." Hakyeon menurunkan pandangannya, kali ini apa lagi maksud dari sang ratu? Kenapa semua orang di dunia ini sangat suka bermain tebak-tebakkan?
"Baiklah, Yang—maksudku, Eommonim," jawab Hakyeon sedikit tak nyaman. Sebenarnya ia mengiyakan ucapannya karena tak ingin membahas hal ini lebih lanjut, entah kenapa akhir-akhir ini dirinya tak dapat terkontrol jika berbicara tentang Taekwoon. Padahal jika ia bertemu namja itu dirinya baik-baik saja, ya.. walau sedikit tak terkontrol.
Sang ratu tersenyum lembut. "Jadi, kau tinggal di Seoul?" tanyanya lagi. Hakyeon mengangguk-anggukkan kepalanya. "Benar, Eomma. Namun, aku baru pindah ke Seoul sebulan yang lalu, aku berasal dari Busan," jawabnya.
"Bagaimana keadaan Seoul? Aku sangat merindukan Seoul," lirihnya. Hakyeon melebarkan matanya terkejut, ya Tuhan ia lupa jika sang ratu adalah seorang manusia. "Maaf, Eomma. Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Hakyeon sopan. Sang ratu menatapnya lalu mengangguk. "Tentu, sayang. Katakanlah.."
Hakyeon terdiam sejenak untuk memilih kata yang cocok. "Bagaimana bisa Eomma berada di dunia toria ini? Apakah kasusnya sama sepertiku? Tak sengaja tersasar kemari?" Sang ratu terdiam, ia mencoba kembali mengingat kenangannya. Ia tak menyangka akan ada seseorang yang membuatnya menguak masa lalunya.
"Tidak, sayang. Saat itu Raja Siwan sedang dikejar oleh kawanan makhluk hitam, namun ia salah memasuki ruang dimensi. Ia tersasar ke dunia manusia, saat itu aku tak sengaja bertemu dengannya. Lalu, entah karena apa aku tiba-tiba menyukainya, dan saat tahu ia bukanlah manusia aku rela meninggalkan urusan duniaku untuk ikut bersamanya," jelas sang ratu. Hakyeon yang masih tak percaya akan cerita sang ratu bergeming, bagaimana bisa ia dengan mudah meninggalkan urusan dunianya demi cintanya?
Sang ratu menatap teduh wajah Hakyeon yang masih terlihat terpaku akan ceritanya. Ia sangat tahu bahwa sosok di hadapannya ini bukanlah yeoja biasa, ia pasti tak akan berpikiran seperti dirinya yang dengan mudah meninggalkan urusan dunianya demi cinta pandangan pertamanya. Ia bahkan dengan mudah menyimpulkan bahwa Hakyeon adalah sosok yang hebat. Ia tak mungkin dengan mudah memutuskan suatu perkara, ia pasti akan memikikan hal tersebut matang-matang agar tak ada penyesalan di kemudian hari. Sama seperti putranya Taekwoon, namun kini ia tahu. Sosok sehebat Taekwoon pun memiliki titik lemah, dan titik lemahnya adalah Hakyeon. Taekwoon bahkan dapat berubah 360 derajat karena yeoja itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN
FantasySeorang manusia yang seenaknya datang ke duniaku dan masuk ke kehidupanku. Sosok yang membuatku mulai mengerti, seorang pangeran itu juga makhluk hidup. Makhluk yang tak dapat hidup tanpa orang lain. Ia mengajarkanku apa makna dari kata bahagia. I...