25

183 26 7
                                    

~~Happy Reading~~

.

.

.

Semua warga kerajaan Tandtoria sudah berkumpul di wilayah istana kerajaan mereka, ternyata Taekwoon berhasil melindungi seluruh warganya. Portal keamanan bahkan semakin dipertebal setelah kedatangan para penunggang rysing yang memerintahkan rysing mereka untuk membekukan portal tersebut.

"Pangeran, kerajaan Bertoria mengirimkan bala bantuan," ujar panglima Tae. Taekwoon menoleh sejenak, lalu mengangguk. "Ucapkan terima kasih kepada mereka, dan perintahkan semua bala bantuan untuk menjaga wilayah belakang istana. Jangan sampai ada diantara mereka yang berhasil masuk," perintahnya yang langsung dituruti oleh sang panglima.

'Aku harus menemukan Hakyeon,' batin Wongeun sembari turun dari Zelond dan berjalan untuk memasuki pintu istana. Setelah masuk ke dalam istana, ia terdiam sejenak. Dapat ia lihat jika istana telah dipersiapkan untuk sebuah acara, apakah hari ini mereka akan menikah? Atau memang mereka telah menikah? Tapi, tak ada sedikitpun informasi yang terdengar, ia rasa mereka menikah sembunyi-sembunyi.

"Ya Dewa, jika mereka telah menikah. Ini pasti saat-saat terlemah Hakyeon, aish di mana dia?" keluh Wongeun kesal. Kemana ia harus melangkah? Ia tak tahu di mana keberadaan putri itu sekarang.

"Hei kalian, Putri Hakyeon berada di kamar Yang mulia. Cepat pergi kesana." Sebuah suara mengalihkan pandangan Wongeun, akhirnya ia dapat menemukan keberadaannya. Ia pun beranjak mengikuti langkah ketiga pelayan tersebut. Setelah menaiki tangga dan melewati beberapa ruangan, sampailah mereka ke depan kamar yang ia duga kamar dari Sang raja dan ratu.

Wongeun tersenyum kecil, lalu kembali melanjutkan langkahnya mengikuti ketiga pelayan tersebut. "Siapa kau?" langkahnya terhenti seketika saat beberapa pengawal menghadang langkahnya. Ia lupa jika ia akan memasuki kamar seorang raja, tak seharusnya ia bersikap sesantai ini.

"Namaku Lee Wongeun, aku ingin bertemu Putri Hakyeon. Bisakah aku masuk?" ucap Wongeun. Beberapa pengawal tersebut terlihat saling bertatapan, lalu salah satu dari mereka berjalan mendekatinya. "Tangkap dia!" perintahnya. Sontak mata Wongeun melebar kala mendengarnya, apa salah dirinya?

"Lepaskan aku! Aku harus bertemu dengan Putri, kumohon.. ada sesuatu yang harus aku katakan padanya," rontanya saat tangannya tiba-tiba terborgol dengan besi. Beberapa dari mereka mulai mendekatinya dan menyeretnya pergi. "Pangeran berkata jika tak ada penyihir yang boleh mendekat."

Wongeun terbelalak, kenapa bisa ia seceroboh ini. Ia bahkan melupakan dirinya yang seorang penyihir. "Tapi, kumohon. Aku bermaksud baik, tolong pertemukan aku dengan Putri," pintanya lagi. Namun, sepertinya para pengawal tersebut enggan menggubrisnya.

"Wongeun ah? Neo jinjja?" Wongeun menoleh. Ya Dewa, beruntungnya dirinya dapat bertemu dengan Hakyeon sekarang. "Hakyeon ah.." lirihnya menatap Hakyeon lega saat tahu bahwa ternyata yeoja mungil itu baik-baik saja, itu tandanya pernikahan belum terlaksana. Hakyeon menautkan alisnya, kemudian ia menatap pergelangan tangan Wongeun yang terborgol.

"Apa yang terjadi? Dan kenapa kalian menangkapnya?" tanya Hakyeon bingung kepada para pengawal. Salah satu dari mereka berjalan mendekati sang putri, kemudian ia membungkukkan tubuhnya. "Maafkan hamba, Tuan putri. Ia adalah seorang penyihir, jadi kami akan menangkapnya," tuturnya.

Hakyeon menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Lepaskan dia," ujarnya membuat para pengawal istana terkejut. Bahkan ketiga pelayan Hakyeon pun yang baru mengetahui jika Wongeun adalah seorang penyihir ikut terkejut. "Tapi--/ Ia bukanlah penyihir jahat, ia adalah sahabatku. Kumohon lepaskan dia," pinta Hakyeon.

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang