18

219 36 14
                                    



~~Happy Reading~~

.

.

.

"Hakyeon ah, pelan-pelan," ujar Taekwoon yang entah ke berapa kali. Tetapi, seorang yeoja mungil yang menarik tangannya itu sama sekali tidak mengindah ucapannya. Ia terus saja menariknya memasuki istananya tanpa memberi tahu ingin pergi ke mana.

"Putr—Hmpp!" Woori memberontak saat kedua temannya membekap mulutnya dan menariknya menjauh. "Apa yang kalian lakukan?" tanya Woori heran. Kedua temannya itu lalu menghela napas pelan. "Kau ini bagaimana sih, apa kau tak lihat? Putri sedang bersama pangeran, bagaimana kita bisa memberi tahu hal ini?"

Woori yang baru mengerti hal itu menyengir lebar. "Hehe maafkan aku," ujarnya pelan. Jiah dan Sora menggeleng-gelengkan kepalanya maklum. Terkadang teman mereka satu ini memang sedikit lamban.

"Apa--/ Duduklah!" seru Hakyeon setelah sampai ke ruang makan istana. Taekwoon hanya menatapnya bingung seraya mendudukkan dirinya di salah satu bangku meja makan. "Kau mau kemana?" tanya Taekwoon saat Hakyeon beranjak meninggalkannya.

Hakyeon menoleh dan tersenyum. "Me..Meman..eosakanmu, eish...sulitnya," jawabnya. "Untuk apa? Biarkan para pelayan yang melak--/Psstt! Diam dan tunggu saja, Pangeran," potongnya seraya kembali beranjak menuju dapur.

Taekwoon terdiam. Apakah ia bisa melakukan hal itu? Aish, ia ingat kecelakaan tadi. Tak mau membuang waktu, namja itu beranjak menuju dapur dengan langkah terburu-buru. Ia tak ingin sesuatu terjadi lagi pada Hakyeon, ia harus mencegahnya memaneosa sebelum terlambat.

Tap

Taekwoon menghentikan langkahnya. Tak lama kekehan terdengar, dapat ia lihat Hakyeon yang diam berdiri di depan pintu dapur. Ia rasa yeoja itu tak berani masuk ke dalam sana, ia tahu kebiasaan para pelayan pada jam segini. Ketua pelayan akan memberi tahu menu makan malam kerajaan, dan perbincangan itu memang terlihat sedikit serius.

"Apa yang kau lakukan, hm?" tegur Taekwoon. Hakyeon tersentak lalu beralih menatap namja di belakangnya itu. "Hah.. kurasa aku tidak jadi memaneosakanmu, mereka terlihat sangat serius. Mungkin lain waktu," jawabnya lesu.

Taekwoon semakin merekahkan senyumannya, kenapa Hakyeon dapat terlihat seimut ini? Jika saja ia tidak dapat menahannya, mungkin ia sudah memeluk erat yeoja mungil itu tanpa berniat melepasnya. "Kalian keluarlah," perintahnya singkat setelah sedikit membuka pintu besar itu. Semua pelayan yang memang sangat mengerti perkataan pangeran mereka itu langsung membubarkan diskusian mereka dan beranjak keluar.

"Apa yang kau lakukan? Aku kan bilang tidak jadi," protes Hakyeon. Ia tak menyangka namja itu dapat melakukan hal ini, tak lihat kah ia jika mereka sudah merencanakan segalanya dengan baik?

"Orang tuaku tak ada di istana, jadi mereka hanya akan menyiapkan sumber energi untuk kita. Dan.. aku ingin mencicipi buatanmu, apa aku salah?" tanyanya santai. Hakyeon terdiam, tak ada yang salah sih. Tetapi, kenapa ia merasa jika semua penuturan sang pangeran sangat salah di telinganya?

"A-anu, baiklah. Tapi, tunggulah di luar," ujarnya mendorong pelan lengan Taekwoon. Namja tampan itu hanya terdiam sembari menatap Hakyeon heran, kenapa ia harus keluar? Ia adalah pangeran di istana ini, mau di manapun ia berada, terserah padanya lah.

"Taekwooniee, jebal kkaa~" rengek Hakyeon yang tak sanggup lagi selalu ditatap oleh sang pangeran. "Arraseo," jawabnya singkat sembari berjalan keluar. Namun, belum sampai ia menutup pintu dapur tersebut, ia kembali menghentikan langkahnya. "Hakyeon ah," panggilnya pelan.

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang