31

234 31 11
                                    


~~Happy Reading~~

.

.

.

Tetesan air mata tak dapat berhenti keluar dari kelopak mata indahnya. Hatinya amat perih mengetahui fakta tentang keobsesian Taekwoon yang semakin menjadi. Ia kira semua pikirannya selama ini salah, ia bahkan mencoba menyingkirkan segala pikiran buruk setelah mencuri obrolan sang pangeran dengan panglima Tae. Namun, semuanya salah, Taekwoon bahkan mengurungnya di dalam kamar demi rasa egoisnya.

"Hiks, dia keterlaluan. Aku tak percaya ia dapat seperti ini, hiks."

'Putri, pangeran bukanlah toria seperti yang ada dipikiran putri.'

Buk

"Kau bicara apa,hiks?! Kau bahkan melihatnya dengan jelas tadi, jangan mencoba membelanya!" ujar Hakyeon marah memukul leher sang rysing. Akhirnya, Carlosiepun memilih diam membiarkan sang penunggang meluapkan emosinya. Toh, jika ia berkata lagi lehernya akan kembali dipukul. Jadi, lebih baik ia diam.

Setelah cukup lama terbang di udara, Carlosiepun mulai terbang lebih rendah dan mendarat dengan perlahan. "Kita ada di mana?" tanya sang putri bingung. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri guna mengetahui tempat mereka berada.

"Hei, kita ada di mana, Carlosie?" tanyanya lagi yang tak kunjung mendapat jawaban. Namun, lagi-lagi rysing tersebut terdiam. Ia menatap sekitarnya sejenak, sulit untuk mengetahui keberadaan mereka jika hari sudah amat larut. Akhirnya, ia hanya berjalan pelan menuju sebuah pohon besar dan berhenti di sana.

'Aku hanya mengikuti arah pikiran putri.'

Setelah mendengarnya Hakyeon mencoba untuk mengingat-ingat di mana tempat ini. Kemudian, dari arah selatan ia dapat melihat sebuah gedung yang tertutup pohon, lalu tiba-tiba ingatannya muncul. "Kenapa aku berpikir untuk kembali ke kerajaan Wongeun?" lirihnya seraya turun dari Carlosie.

Ia berjalan mendekati sebuah tanaman rambat yang tumbuh pada batang pohon, dan Carlosie yang sudah cukup lelah hanya menatap Hakyeon dari kejauhan. Hakyeon mencoba menggeser tumbuhan tersebut dan ia menemukan sebuah saung.. oh tidak, tidak dapat disebut saung karena bangunan tersebut lumayan besar. Karena penarasan ia kembali berjalan untuk mendekati bangunan tersebut.

'Apa ini?!' serunya dalam hati kala melihat puluhan tongkat yang ia yakini adalah tongkat sihir tertata rapih di sebuah rak yang berada di dalam bangunan tersebut. Iapun semakin berjalan mendekat untuk sekedar menyentuhnya.

"Apakah samchun telah melemparkan sihir itu padanya?"

"Tentu saja. Ngomong-ngomong bagaimana kau dapat berpikir untuk berpura-pura menolongku ? Itu adalah hal yang amat bagus. Dengan begini mereka pasti berpikir semuanya telah selesai, mereka tak akan berpikir jika aku telah melemparkan sihir itu pada putri. Dengan begitu, pasti mudah melakukan rencana selanjutnya. Kita hanya tinggal menunggu hari dimana putri terpengaruh dan akan menyerang kerajaan Jung itu. Pangeran Jung itu memang bodoh, ahahaha!"

"Tapi kau tenang saja, Wongeun. Semua akan berjalan dengan lancar setelah ini, kau akan kujadikan pangeran nantinya. Tunggu saja!"

"Tapi, apakah ada kemungkinan ini tak berhasil?"

"Ada, tapi aku yakin sekali jika pangeran itu tak mungkin membiarkan gadis yang dicintainya itu kembali ke dunianya. Jadi, kau tak perlu khawatir. Serahkan semuanya kepadaku."

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang