21

200 33 8
                                    



~~Happy Reading~~

.

.

.

Setelah cukup lama berpelukan, Hakyeon kembali menjauhkan tubuhnya. "Maafkan aku, aku hanya terlalu senang," ujarnya pelan menunduk. Wongeun tersenyum lalu mengacak-acak pucuk kepala yeoja itu pelan. "Gwenchana, Yeon ah. Yang penting kau baik-baik saja," jawab Wongeun lembut.

Hakyeon mengangkat kepalanya dengan senyuman. "Aku harus pergi sekarang," tutur Wongeun. "Ehh.. secepat itu? Lalu, kau juga akan membawa Carlosie?" tanyanya. Wongeun menatap rysing putih itu sejenak, lalu menggeleng. "Tidak, ia ingin bersamamu. Lagipula kau adalah pemiliknya, dan suatu saat nanti kau pasti membutuhkannya." Mendengar hal itu Hakyeon terdiam, kemudian ia menatap Carlosie lama.

"Baiklah, tapi.. di mana aku bisa menempatkannya? Ah iya, aku harus meminta izin pangeran terlebih dahulu," jawabnya. Wogeun tersenyum kecut, lagi-lagi pangeran. "Kalau begitu coba kau minta izin padanya, kulihat ia berada di dalam," ucap Wongeun. "Ehh? Dia ada di istana?" tanya Hakyeon bingung. Ia rasa Taekwoon masih di pusat kota, kenapa cepat sekali?

"Aku melihatnya melintas tadi." ucapan Wongeun sontak membuat kelopak matanya melebar, bagaimana jika ia melihat dirinya berpelukan dengan Wongeun tadi? Yaampun, kenapa kau bodoh sekali Hakyeon? Pikirnya.

"Wongeun ah, bisakah kau membuatkan kandang untuknya? Ada yang ingin aku lakukan," tuturnya. Wongeun mengerutkan dahinya bingung, namun ia tetap mengangguk. Kemudian, ia melemparkan sihirnya ke sebuah tempat yang kosong dan terciptalah sebuah kandang besar.

Hakyeon meraih tangan Wongeun, lalu menatapnya. "Terima kasih atas bantuanmu, kuharap kita dapat bertemu lebih sering. Sampai jumpa~" sapanya sembari berlari memasuki istana.

"Hakyeon ah, kumohon jaga dirimu baik-baik," tuturnya menghentikan langkah Hakyeon sejenak, lalu yeoja itu melemparkan senyumannya dan kembali berlari memasuki istana. Wongeun terdiam menatap punggung Hakyeon dan tersenyum kecut, ia tahu bahwa yeoja itu pasti akan menemui sang pangeran. Hahh.. apa daya dirinya yang hanyalah seorang penyihir, tak akan bisa sedikitpun menyaingi seorang putra mahkota kerajaan Tandtoria.

"Taekwoon ah!" panggil Hakyeon saat melihat Taekwoon sedang mengambil sebuah buku di rak perpustakaan istana. Namja itu tak menjawab seolah-olah tak mendengar panggilan Hakyeon, ia dengan santai beranjak menuju sofa dan mulai membaca buku tersebut.

Alis Hakyeon tertaut, ada yang salah dengan namja ini. Tak biasanya ia begitu pendiam. "Yakk, Woonie ya! Bagaimana kau bisa pulang secepat ini? Atau jangan-jangan kau merindukanku um?" goda Hakyeon sembari duduk di samping namja itu berusaha untuk mengganggunya.

"Jangan bermimpi," jawabnya dingin. Hakyeon tersentak, apa jangan-jangan ia memang melihatnya? Tidak mungkin, jangan sampai benar-benar terjadi.

Greb

"Eodiga?" tanya Hakyeon sembari menahan lengan Taekwoon yang beranjak dari sofa. "Bukan urusanmu,"jawabnya singkat menghempaskan tangan Hakyeon. Seketika yeoja itu mengerti dengan pasti, Taekwoon melihatnya tadi. Yaampun, tidak seharusnya ia melakukan hal tersebut tadi. Ini pertama kalinya namja itu mengenal cinta, ia yakin Taekwoon belum dapat mengerti semua hal tentang hal tersebut. Bagaimana bisa ia menghancurkan hatinya dengan aksi bodohnya?

"Maaf," ujar Hakyeon menghentikan langkah Taekwoon. "Kau tak sengaja melihat diriku di arena kuda kan? Maafkan aku, Taekwoonie," lirihnya menunduk. Bukannya menjawab, Taekwoon justru tertawa miris.

"Wongeun datang untuk menolongku tadi, dan pelukan itu tanda terima kasih, Woonie. Tidak ada maksud lain, aku bersungguh-sungguh," jelas Hakyeon. "Alasan," desis Taekwoon pelan.

Hakyeon mengangkat kepala tak percaya, kenapa Taekwoon tak mempercayainya? Bukankah ia berkata bahwa ia mencintainya? Seharusnya jika ia mencintainya, ia pasti percaya padanya. Bukan seperti ini. "Tadi..ada yang menyerangku, dan Wongeun datang saat itu," lirihnya lagi. Ia benar-benar tak mau jika Taekwoon salah paham akan hal ini. Taekwoon yang mendengar kata 'serang' keluar dari bibirnya sontak membalikkan tubuhnya dan menatap Hakyeon khawatir.

"Neo gwenchana??!" tanyanya panik.

.

.

.

"Akhh.." lenguh Hakyeon sembari menutup matanya guna menahan sakit. Uisa kerajaan berkata bahwa luka-luka Hakyeon diakibatkan oleh serangan seorang penyihir, jadi luka-lukanya tidak dapat begitu saja sembuh dengan riamonya, ia harus mengobati luka-luka tersebut menggunakan beberapa bahan alami.

"Uisa, tak bisa kah kau menghilangkan rasa sakitnya?" tanya Taekwoon kesal. Ia tak sanggup melihat Hakyeon yang terus saja merintih kesakitan saat sang uisa melumuri luka-lukanya dengan obat-obatan itu. Yeoja itu terlihat sangat kesakitan, dan ia tak tega melihat hal itu.

"Maaf, Pangeran. Efek sihirnya sangat kuat." Taekwoon menghembuskan napas panjang, kemudian ia mendekatkan dirinya ke arah Hakyeon lalu melingkarkan lengannya di leher Hakyeon erat. "Sshh," tenang Taekwoon sembari menyalurkan aura ketenangan kepada yeoja itu. Tak lama, Hakyeon pun tertidur di dalam rengkuhan Taekwoon.

Sang uisa selesai mengobati Hakyeon, ia pun berpamitan keluar. Setelah sang uisa keluar, kini Jokyun yang masuk ke dalam kamarnya. "Kau sudah tahu siapa pelakunya?" tanya Taekwoon singkat. "Lee Donghun pelakunya, Yang mulia. Pemimpin kerajaan hitam, ia mengirimkan salah satu penyihir handalnya untuk menyerang putri."

Taekwoon menggertakan giginya marah, bisa-bisanya makhluk itu mengirim penyihir untuk menyerang yeoja yang ia cintai. "Apa maksud dirinya melakukan hal ini?" Jokyun membungkukkan kepalanya, "Maafkan saya, Pangeran. Kami belum mengetahui maksud dan tujuan ia menyerang putri, untuk saat ini kami menyimpulkan bahwa ia ingin mengincar toria-toria yang dekat dengan anda," jawabnya.

Kepalan tangan sang pangeran semakin kuat. "Cepat ketahui maksud dari serangan ini dan temukan penyihir yang berani menyakiti Hakyeon. Bawa ia kehadapanku segera!" perintah Taekwoon penuh tekanan. Amarahnya sudah sangat mendidih mengetahui Hakyeon tersakiti, akan tetapi ia tak bisa berhenti menyalahkan dirinya. Kenapa dirinya bisa tak ada di saat yeoja itu membutuhkannya?

"Eunghh," lenguh Hakyeon seraya mengeratkan pelukannya. Taekwoon menurunkan pandangannya menatap pucuk kepala Hakyeon. Ia mengecup pelan pucuk kepalanya, lalu membaringkan tubuh keduanya ke atas ranjang.

"Maafkan aku, Hakyeonie," lirihnya sembari mengeratkan pelukannya. "Aku berjanji akan selalu berada di sampingmu." Ia menyembunyikan wajah tampannya di dalam pelukan, menyesal sekali dirinya datang terlalu lambat.

'Sepertinya, aku harus melihat Wongeun dari sisi lain.'

.

.

.

TBC

Woaa.. Kayaknya si Taekwoon sudah mulai percaya sama sahabatnya Hakyeon wkwkwk. Gimana kelanjutannya?? Is it okay?? I hope yes wkwkwk.

Btw, sorry for typos and thanks for reading~~ 

Gimme ur comment guyssXD 

#hhanie

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang