19

212 30 2
                                    

~~Happy Reading~~

.

.

.

Setelah pergi ke perpustakaan bersama Taekwoon dan membaca beberapa buku, Hakyeon kembali ke kamarnya. Hari semakin larut, dan ia memutuskan untuk membersihkan dirinya sebelum tidur. Ia beranjak memasuki kamarnya dan dapat ia lihat ketiga pelayannya telah berada di sana, sepertinya memang menunggunya.

"Kalian sudah lama menungguku?" tanya Hakyeon. Ketiganya menggeleng lalu beranjak mendekati sang putri. "Kami baru saja datang, Putri. Apakah putri ingin membersihkan diri terlebih dahulu?" tanya Sora. Hakyeon menoleh dan mengangguk, "Tentu saja, tapi bisakah aku mandi sendiri kali ini?" tanyanya penuh harap.

Mereka bertiga saling menatap satu sama lain, mereka mencoba mempertimbangkan permintaan sang putri. "Maaf, Putri Hakyeon. Kami ditugaskan melayani dan menjaga Putri," ujar Sora menyesal. Hakyeon tersenyum, "Ahh..tidak apa, lagi pula aku hanya iseng hehe." Ucapan sang putri menimbulkan senyuman kecil di bibir ketiganya. Yeoja itu memang amat rendah hati.

"Putri, tadi ada seorang namja yang mengantarkan pin pararel ini. Ia berkata jika ini ditujukan untuk Putri," tutur Woori seraya memeberikan sebuah pin pararel yang biasa para toria gunakan untuk berkomunikasi. Yeoja itu mengerutkan dahinya, siapa namja yang mereka maksud?

Ia menggapai pin tersebut lalu menatap ketiganya. "Siapa namanya?" tanyanya bingung. "Aku tidak tahu, Putri. Namja itu tinggi, putih--/ Dan juga tampan," potong Woori. Mereka sontak menatap yeoja itu. "Aishh..kau ini kebiasaan sekali asal berbicara," keluh Jiah pelan. Woori yang tahu ia salah hanya menyengir, dan hal ini tentu membuat kedua temannya mengehembuskan napas sabar.

"Ahaha.. tak apa, kawan. Aku kan sudah bilang bahwa kalian tak harus berlaku formal padaku, apakah benar namja itu tampan, Woori ya?" tanya Hakyeon ramah. Woori mengangguk-anggukkan kepalanya dan beranjak mendekati sang putri. "Ne, Putri. Namja itu sangat tampan, yaa... walaupun Pangeran masih lebih tampan sih hehehe."

Jiah dan Sora menatap yeoja itu kesal. "Wooriii!" pekik mereka tertahan. "Hey, aku serius. Tak apa.." lera Hakyeon. "Maafkan kami, Putri. Ia memang kadang berlaku tak sopan," ucap Sora seraya menarik lengan temannya itu mendekat.

"Iya, tak apa kok.. Jadi, apa lagi ciri-ciri namja itu? Apakah ada yang spesial agar aku dapat mengenalnya?" ketiganya mengerutkan dahi. "Ah! Aku ingat, ia kesini menggunakan seekor rysing, Putri," seru Jiah. Sora pun mengangguk membenarkan ucapan Jiah. "Ia adalah seorang penunggang rysing, kurasa Putri mengenalnya," tambahnya. Hakyeon tersentak, lalu terdiam. Wongeun? Apakah itu dia?

"Putri, maaf. Bolehkah aku bertanya sesuatu?" intrupsi Sora pelan. Hakyeon mengerjapkan matanya lalu menoleh. "Ada apa?" tanyanya. Jiah dan Woori yang juga tak tahu apa yang ingin teman mereka tanyakan itu pun menatapnya bingung. "Eumm.. sejak kapan Putri mendapatkan tanda di pergelangan tangan anda?" tanyanya sedikit ragu.

Hakyeon mengerutkan dahinya, lalu ia mengangkat kedua tangannya untuk memeriksanya. Ternyata memang benar, ada sebuah ukiran infinity di pergelangan tangan kirinya. Kenapa ia tak menyadarinya selama ini? "Entahlah.. aku tak tahu kenapa ini bisa berada di sini," jawabnya sedikit bingung.

Sontak perkataan Hakyeon membuat ketiganya kembali saling menatap. Kemudian, senyuman mulai merekah di ketiga bibir mereka. Entah kenapa saat Hakyeon melihatnya, ia rasa ada yang salah di sini. "Putri, maaf kami lancang. Tapi, apakah Pangeran sudah melakukan sesuatu kepada Putri?" tanya Jiah dengan sopan.

Hakyeon tersentak, apa yang ia maksud? Taekwoon dan dirinya tak melakukan apapun, hanya aktivitas biasa. "Apa yang kalian maksud dari melakukan sesuatu?" tanyanya was was. Tak lama senyuman jail terlihat dari ketiganya. "Seperti pelukan, ciuman, atau jangan-jangan..."

I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang